Setelah melalui berbagai fase hidup, saya harus menerima fakta bahwa saya tidak berbakat recook resep viral TikTok dan Instagram.
Saya sudah mencoba berbagai tren makanan yang katanya mudah, praktis, bisa dibuat hanya dalam lima menit dan hanya menggunakan dua bahan saja. Dalgona coffee? Pernah. Corn dog? Sudah. Minuman dupe ala-ala kedai kopi kekinian? Tentu.
Hasilnya membuat saya bertanya-tanya apakah tangan saya ini benar-benar tangan manusia atau sebenarnya tangan saya sudah dikutuk untuk tidak cocok dengan dunia perkulineran. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan paling jujur dalam hidup saya: mending beli saja.
Takaran resep yang tidak bisa saya pahami
Pertama, alasan paling dasar dan paling menyebalkan: takaran resep yang tidak jelas. Resep viral di TikTok dan Instagram itu kalau dijembrengin pakai bahasa yang lebih sopan sebenarnya adalah ilmu kira-kira tingkat dewa. Entah kenapa para pembuat resep beranggapan bahwa semua manusia di dunia ini punya kepekaan rasa seperti mereka.
“Tambahkan sejumput garam.” Sejumput itu seberapa? Sejumput orang mana? Terus, sejumput jari siapa? Jari saya jelas beda dengan jari orang lain, kan?
“Tuang susu UHT satu bungkus.” Satu bungkus itu untuk satu porsi atau sebenarnya cukup setengah kalau tidak mau kumat maag?
“Kopi sachet-nya dilarutkan dulu atau masukin langsung sama susunya?” Kalau tidak dijelaskan, jangan salahkan saya kalau hasilnya menggumpal seperti hubungan yang tidak pernah diberi kejelasan.
Belum lagi resep-resep minuman kekinian yang cuma dijelaskan dengan kalimat sakti: “Campur semua, jadi deh!” Padahal ketika saya mencoba, hasilnya tidak “jadi deh”, tapi “jadi apa ini?”
Percobaan pertama sering gagal
Orang-orang di TikTok membuat semuanya terlihat mudah. Mereka merekamnya dengan cahaya bagus, background aesthetic, dan suara lembut yang membuat proses memasak terdengar seperti sesi healing.
Tapi itu semua tipu-tipu visual. Percobaan pertama saya selalu gagal. Kalau membuat dalgona coffee adalah ajang kompetisi, saya pasti tersingkir di babak penyisihan dengan skor nol.
Dan saya sadar kalau para kreator resep itu pasti juga awalnya gagal. Mereka pasti sudah mencoba berkali-kali sebelum tampil di kamera dan berkata, “Ini gampang banget, guys.”
Masalahnya, saya tidak punya kesabaran untuk trial and error. Hidup saya sudah cukup trial dan error tanpa harus ditambah oleh eksperimen camilan viral. Daripada saya mencoba bikin bola ubi ungu dan akhirnya jadi bola stres, mending saya beli di tukang gorengan terdekat.
Apalagi kalau harus mencoba dua kali. Dua kali berarti dua kali tenaga, dua kali bahan, dua kali cucian piring, dan dua kali patah hati karena hasilnya tidak seperti di video.
Bikin sendiri belum tentu lebih murah, kadang justru lebih mahal
Ini fakta yang rasanya perlu disosialisasikan ke publik luas bahwa bikin sendiri belum tentu lebih hemat. Era sekarang berbeda dengan era orang tua kita yang bisa bikin es sirup hanya dengan gula pasir dan pewarna makanan.
Sekarang, bikin dupe minuman ala kafe saja harus beli susu UHT full cream, krimer cair, bubuk coklat premium, sirup vanila, dan gula aren cair.
Belum lagi camilan viral harus beli butter, tepung terigu protein rendah, tepung maizena, coklat premium, dan bubuk matcha yang harganya membuat saya mempertimbangkan ulang keputusan hidup.
Sementara beli versi jadi, cukup 12 ribu saja sudah enak, cantik, dan tidak perlu cuci blender.
Logika ekonomi saya menang telak di sini. Memasak itu memang menyenangkan, dengan catatan kalau berhasil. Kalau gagal? Ya itu sama saja membakar uang demi melihat kekacauan yang kita buat sendiri.
Saya sudah menyerah dengan recook resep viral TikTok. Saya tidak mau lagi menipu diri sendiri. Hidup sudah cukup sulit tanpa harus menambahkan eksperimen gagal dalam bentuk makanan dan minuman yang tidak sesuai ekspektasi.
Orang-orang boleh bilang, “Bikin sendiri lebih hemat, lebih sehat, lebih puas.” Tapi buat saya, yang paling sehat adalah mental yang stabil, dan salah satu cara menjaganya adalah dengan berhenti mengikuti resep viral dan langsung beli yang sudah jadi. Lebih aman, lebih pasti, dan, yang paling penting, lebih enak.
Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Resep Indomie Hack Ala TikTok yang Wajib Dicoba
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.



















