Saya Nonton Home TV Shopping Malam-malam dan Berakhir Membeli Barangnya

Saya Nonton Home TV Shopping Malam-malam dan Berakhir Membeli Barangnya

Pasti banyak yang sebel dengan acara Home TV Shopping kalau udah nongol di stasiun televisi. Ya nggak? Gimana nggak sebel kalau acara kesayangan kita jadi bergeser jam tayangnya atau malah nggak tayang sama sekali. Kejadian itu barangkali nggak ditemui lagi sekarang—atau kalau masih ada ya jarang banget—karena entah pihak lejel atau jaco—dua brand yang sering banget nongol—sudah fokus ke chanel TV mereka sendiri alih-alih ndompleng di stasiun TV swasta lain.

BTW tau kan yang saya bicarakan? Itu loh acara TV yang nawarin produk-produk out of the box macem produk slimming suit yang konon bisa bikin badan kita langsing hanya dengan memakainya. Katanya ada pancaran infrared yang bisa menumpas lemak-lemak jahat di pinggang. Entahlah benar atau tidak, barangkali kita bisa bertanya ke Olla Ramlan yang ditunjuk sebagai ambasador dari produk ini. Lah, kalau Olla Ramlan sih emang udah langsing dari sononya. Doi mau pakai slimming suit atau kagak ya ngaruhnya dikit banget.

Ada lagi produk yang pasti kalian inget produk peninggi badan itu. Nah, itu juga salah satu produk yang digencarkan promosinya melalui Home TV Shopping ini. Itu loh, alat yang konon bisa nambah tinggi badan kita dengan cara narik-narik tubuh. Kita tinggal berbaring, terus kepala sama kaki kita ditarik. Ya kali, meski jadinya tinggi, bukan karena badannya yang tumbuh, tapi karena lehernya yang memanjang.

Ada juga yang jual produk kalung kesehatan yang katanya menggunakan batu-batu dari entah mana saja itu, pokoknya berkhasiat membantu menjaga kesehatan. Tak lupa untuk menarik calon pembeli, ditampilkan juga wawancara dengan pakar yang mengatakan bahwa kalung tersebut memang bermanfaat.

Mbak-mbak pembawa acara Home TV Shopping juga sangat enerjik saat menginfokan manfaat dari produk-produk yang dijual. Gerak tubuhnya sangat bersemangat, suaranya lantang dan jelas, juga menekankan berkali-kali bahwa kita butuh produk mereka untuk ini untuk itu… bla bla bla. Hal yang nggak boleh ketinggalan, tentu saja menawarkan harga diskon fantastis untuk beberapa orang yang membeli saat itu juga.

Pasti gini ngomongnya, “Khusus malam ini saja. Dispenser Ajaib yang bisa ngangkat galon sendiri, diskon besar tujuh puluh persen. Hanya untuk malam ini saja, khusus untuk lima puluh pelanggan pertama. Pesan sekarang juga dan dispenser ajaib seharga lima puluh juta bisa didapatkan dengan harga lima belas juta saja!” sambil tak lupa berkali-kali menghitung mundur slot tersisa, misal… “Ayo, slotnya tinggal dua puluh orang lagi. Segera pesan sebelum harga kembali normal!”

Hal yang membuat saya heran, itu kan acara Home TV Shopping nggak live, yak. Kok mbak-mbaknya bilang kudu pesen segera dan slotnya berkurang terus? Itu gimana caranya? Apa pesennya kudu pakai mesin waktu dulu? Emang mereka jualan mesin waktu juga? Aneh bener. Udah gitu, tiap malam tayangannya sama lagi. Lah itu siapa yang pada pesen?

Terus setelah saya coba iseng buka website salah satu penyedia home shopping itu, ternyata harga yang tertera semuanya harga setelah diskon—ya memang nyantumin harga sebelum diskon tapi dicoret. Kan saya jadi berspekulasi macam-macam kalau emang harganya segitu, terus pakai embel-embel diskon buat narik calon pembeli aja.

Lagian, siapa sih yang bakal tertarik beli produk dari acara begituan? Kayak… nggak ada kerjaan banget, sama nggak ada tontonan lain selain acara home shopping begituan.

Eh, ternyata saya salah satu korbannya.

Semuanya bermula dengan kegabutan saya saat nggak ada tontonan bagus di televisi, terus saya asal mindah saluran sampai nemu saluran lejel. Biasanya kalau udah nemu acara begituan pasti auto saya ganti, tetapi produk yang ditawarkan saat itu sungguh menggoda iman. SEBUAH ALAT FITNES! Bayangkan! Saat situasi tengah kocar-kacir gegara pandemi yang belum kelar, pun banyak orang jadi rajin olahraga untuk menjaga kebugaran, tiba-tiba takdir mempertemukan saya dengan acara yang menawarkan produk kebugaran.

Saya mantengin mbak-mbaknya yang njelasin bahwa hanya dengan satu alat itu, kita sudah bisa memaksimalkan olahraga dan gerak tubuh kita, setara kalau kita tiga jam di pusat kebugaran. Bayangkan godaannya. Satu alat setara dengan banyak alat sekaligus. Pun khawatir kondisi tubuh akan melebar karena jarang beraktivitas, saya benar-benar fokus memperhatikan demo yang ditayangkan.

Alat itu bernama hit power squat—asli, ini bukan advertorial yak. Intinya sih kalau pakai alat itu, kita bisa jungkat-jungkit naik turun dan ada tali pemberatnya. Jadi konon, kaki, perut, lengan, dada, akan terbentuk jika rutin menggunkannnya. Harga yang ditawarkan juga ramah kantong, dari yang konon tiga juta rupiah kalau saya pesan saat itu juga, harga yang harus saya bayar hanya satu setengah juta. Tetapi, saya juga harus beradu cepat karena hanya ada dua puluh slot untuk mendapat harga miringnya. Bedebah betul, dulu saya menghujat acara tersebut, malah jadi sangat terhipnotis dengan acaranya.

Untungnya—atau sialnya—saya tahan iman dan nggak buru-buru order, tetapi mimpi untuk mendapat alat itu masih saya gantung tinggi-tinggi. Beberapa hari kemudian saya memutuskan untuk googling alat tersebut, dan harga rata-rata memang sejuta lima ratusan, pun nggak cuma lejel yang menjualnya. Setelah milih beberapa penjual di situs jual beli online, saya memutuskan untuk menghubungi salah satunya. Tanya ketersediaan alat sekaligus nego jahat.

Setelah sepakat, saya janji ketemuan di kos saya—iya saya ngekos—esok harinya. Bapak-bapaknya datang ke kos, merakit alat, lantas saya bayar. Mulailah aktivitas saya berolahraga, dan merasa menjadi manusia paling bugar di semesta ini. Mimpi untuk memiliki badan atletis sudah di depan mata. Full seminggu setelah itu saya rajin berolahraga dengan semangat membara.

Sebulan kemudian, alat itu mangkrak di pojokan kamar karena nggak pernah saya pakai lagi.

BACA JUGA Malam-Malam Net, Acara yang Bikin Generasi Z Mau Nonton TV dan tulisan Riyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version