Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Saya Nggak Langganan Spotify Premium Bukan karena Saya Miskin

Pradipto Bhagaskoro oleh Pradipto Bhagaskoro
16 September 2021
A A
Saya Nggak Langganan Spotiffy Premium Bukan karena Saya Miskin terminal mojok.co

Saya Nggak Langganan Spotiffy Premium Bukan karena Saya Miskin terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Suatu saat, ketika sedang duduk-duduk di sebuah pantai di Bali, terlihat beberapa muda-mudi lokal sedang menikmati musik yang dimainkan lewat speaker bluetooth yang lumayan keras suaranya. Tanpa sadar, saya ikut menikmati lagu-lagu yang mereka mainkan. Setelah lagu demi lagu berlalu, terdengar sebuah pengumuman yang terdengar lantang,“…tunggu apa lagi? Gabung Spotify Premium sekarang!”

Lagu-lagu tadi rupanya dimainkan lewat aplikasi Spotify milik salah satu dari mereka. Dengan terdengarnya pengumuman tadi, beserta iklan-iklan lain setelahnya, menunjukkan bahwa ia tidak menggunakan Spotify Premium. Lantaran hal tersebut, ia langsung jadi bahan ledekan kawan-kawannya. Kalau dari cara mereka meledek, sih, mestinya mereka telah rutin menganggarkan biaya berlangganan Spotify Premium setiap bulan, ya.

Iklan yang terdapat di Spotify gratisan tidak hanya jadi jeda yang mengganggu bagi sebagian orang, tapi juga memunculkan stigma ketidakmampuan ekonomi untuk membayar biaya berlangganan.

Dengan terdengarnya iklan-iklan ini, pengguna Spotify seakan-akan dipaksa untuk malu karena hanya menggunakan layanan gratisan. Seakan-akan, iklan-iklan ini—yang entah mengapa selalu terdengar lebih lantang daripada lagunya—adalah aib yang berpotensi jadi pergunjingan jika sampai terdengar oleh tetangga.

Padahal, alasan tidak berlangganan Spotify Premium itu belum tentu sesederhana karena keterbatasan ekonomi. Lho, kok tau? Ya iya, dong. Lha wong saya juga pengguna Spotify gratisan.

Seperti yang diketahui para penggunanya, Spotify Premium diiklankan sebagai fasilitas yang menawarkan kebebasan dalam memainkan lagu kesukaan “kapan saja, di mana saja, tanpa gangguan iklan.” Tapi segala sesuatu yang serba bebas, serba mudah, dan serba langsung, ternyata justru dianggap membosankan bagi sebagian orang.

Dulu, sebelum menjamurnya layanan streaming, untuk mendengarkan lagu kesukaan secara gratis (dan legal, tentunya) kita mesti menunggu radio memainkan lagu tersebut atau menunggu stasiun TV menayangkan klip videonya. Keleluasaan menikmati musik hanya bisa dicapai apabila kita memiliki rilisan fisik berupa kaset atau CD, dan memainkannya di pemutar audio yang kita miliki.

Demi keleluasaan mendengarkan musik di zaman itu, ada lebih banyak proses yang mesti dialami. Mulai dari menunggu berbulan-bulan kasetnya tersedia di toko hingga perjalanan ke toko kaset untuk membelinya. Bahkan jika ingin mendengarkan artis lain, badan mesti bergerak lebih banyak untuk mengganti kaset. Belum lagi mesti menggulung pita kaset dengan pensil apabila pemutar musiknya bermasalah.

Baca Juga:

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Dibandingkan dengan layanan streaming yang serba tinggal klik, ada proses yang lebih panjang, juga waktu menunggu yang lebih lama untuk menikmati musik di zaman serba analog dulu. Ini sedikit banyak juga membatasi waktu dengar dan jumlah lagu yang bisa kita nikmati.

Namun, justru dengan keterbatasan ini, rasa bahagia saat mendengarkan musik jadi terasa lebih sensasional. Mirip sensasi berbuka puasa setelah menahan haus dan lapar di hari yang panas nan melelahkan.

Dengan kemudahan layanan streaming sekarang, nyaris tidak ada yang menghambat kita untuk mendapatkan hiburan yang diinginkan. Apalagi dengan layanan berbayar seperti Spotify Premium, apa yang kita mau tinggal dicari dan bisa langsung dinikmati, memungkinkan kita untuk mendengarkan musik dalam jumlah dan waktu yang tak terbatas.

Hiburan yang tak terbatas ini ikut berpengaruh pada berlebihannya dopamin di dalam otak kita, yang pada akhirnya melemahkan sensasi kebahagiaan dalam mendengarkan musik itu sendiri. Lantaran sensasi penghiburannya semakin melemah, maka kita membutuhkan lebih banyak hiburan lagi untuk dapat terpuaskan. Pendeknya, kita menjadi mudah kecanduan dopamin. Dan ini jelas tidak baik untuk kesehatan mental kita.

Inilah salah satu alasan mengapa sebagian orang memutuskan untuk tidak berlangganan Spotify Premium. Hiburan yang serba mudah dipilih sendiri, lama kelamaan menjadi melelahkan dan membosankan bagi mereka. Dengan menggunakan Spotify gratisan, ada lebih jeda, lebih banyak penundaan, sehingga lebih banyak pula peluang bagi kita untuk “puasa” dopamin.

Selain itu, bagi mereka yang kekeuh menggunakan Spotify gratisan, keleluasaan memilih musik seperti yang ditawarkan Spotify Premium ternyata kebebasan semu belaka. Banyak orang memanfaatkan kebebasan ini justru untuk membuat pilihan-pilihan terbatas, dengan hanya memutar lagu-lagu yang mereka tahu mereka sukai.

Kecenderungan ini bisa jadi adalah cerminan kehidupan sehari-hari kita. Baik yang konservatif maupun yang gembar-gembor toleransi, semuanya ingin memaksakan pendapatnya kepada yang lain. Di antara keinginan semua orang untuk didengar pendapatnya, siapa, sih, yang benar-benar mau meluangkan waktu untuk mendengarkan?

Justru di sinilah kelebihan Spotify gratisan, yakni kemampuannya untuk membuat pikiran kita lebih terbuka. Pengguna Spotify Premium jelas tidak paham nikmatnya tersesat di sebuah playlist asing nan terpencil, tanpa bisa mengubah pilihan karena sudah melewati batas menekan tombol “next” yang hanya enam kali itu.

Sensasi terjebak seperti ini memang tidak selalu menyenangkan, tapi dalam banyak kesempatan juga mempertemukan kita dengan genre musik maupun musisi yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Dengan terjebak habisnya kuota tombol “next”, kita dipaksa untuk berkenalan dengan berbagai musik lain di luar zona nyaman lagu-lagu yang biasa kita dengarkan.

Dengan cara dipaksa seperti ini, wawasan musik kita jelas akan semakin luas, dibandingkan jika kita selalu menuruti diri sendiri untuk memutar lagu kesukaan atau lagu yang sedang menjadi tren.

Toh, kita masih bisa mendengarkan lagu kesukaan ketika menggunakan Spotify gratisan. Bedanya, keterbatasan memilih memaksa kita untuk juga mencintai lagu-lagu lain di album atau playlist yang sama, yang sering kali kita hiraukan hanya karena kurang terkenal. Ini ibarat pacaran, di mana kita tidak hanya berusaha mencintai pasangan kita saja, tapi juga mesti berkenalan dan belajar mencintai keluarga pasangan kita.

Begitulah. Sungguh dangkal sekali jika mengatakan bahwa alasan untuk tidak berlangganan Spotify Premium murni hanya perkara ketidakmampuan finansial.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2021 oleh

Tags: MusikSpotify Premiumstreaming
Pradipto Bhagaskoro

Pradipto Bhagaskoro

Penulis dan seniman bunyi-bunyian.

ArtikelTerkait

Haramkah Memutar Musik di Perpustakaan?

Haramkah Memutar Musik di Perpustakaan?

7 Juli 2023
Rekomendasi Album Folk yang Bukan Cuma Bahas Kopi, Gunung, dan Senja

Rekomendasi Album Folk yang Bukan Cuma Bahas Kopi, Gunung, dan Senja

15 Februari 2020
Semua Tidak Harus Lofi pada Akhirnya, tapi Wajib Dicoba jika Anda Musicaholic terminal mojok.co

Semua Tidak Harus Lofi pada Akhirnya, tapi Wajib Dicoba jika Anda Musicaholic

22 Oktober 2020
Indomaret Harusnya Introspeksi Diri. Udah Volume Musiknya Terlalu Keras, Nggak Sedia Asbak pula, Gimana Konsumen Mau Nyaman?

Indomaret Harusnya Introspeksi Diri. Udah Volume Musiknya Terlalu Keras, Nggak Sedia Asbak pula, Gimana Konsumen Mau Nyaman?

24 November 2023
Lupa Membawa Earphone Saat Bepergian Sendiri Itu Rasanya Hampa Banget Nggak, sih?

Lupa Membawa Earphone Saat Bepergian Sendiri Itu Rasanya Hampa Banget Nggak, sih?

31 Januari 2020
Album Baru Band Itu Pasti Mengecewakan, Nggak Usah Terlalu Berharap Makanya terminal mojok.co

Album Baru Band Itu Pasti Mengecewakan, Nggak Usah Terlalu Berharap Makanya

14 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.