Denny itu sebenernya keren banget, asli. Bahwa kemudian banyak orang menganggap dia alay, ngeselin, dan jokes-nya seringkali garing, saya tetep menaruh hormat atas kerja kerasnya.
Serius, jarang lho ada orang yang bisa tetap sukses setelah keluar dari kelompok yang membesarkan namanya. Denny berbeda. Dia membuktikan bahwa tekad bajanya berhasil membawa dirinya sampai ke posisi sekarang. Punya rumah super mewah dan besar, lengkap dengan lift dan koleksi mobil mahal, itu jelas sesuatu yang luar biasa.
Pernah saya nonton liputan sebuah akun otomotif di Youtube, Denny pernah beli tujuh motor sekaligus “cuma” buat main mini-GP bersama anak-anak dan keponakannya. Masih di liputan yang sama juga, pernah pula suatu hari ia terjebak macet persis di depan shorum motor gede. Dan yang terjadi selanjutnya: Dia memutuskan ke shorum itu lalu langsung membeli sebuah Harley seharga lebih dari 1 miliar.
Tapi jangan segera mencap Denny sebagai OKB belaka. Lagian apa salahnya coba foya-foya dari hasil kerja sendiri? Dia, toh, tetep inget sama masa lalunya. Pernah tuh saya lihat video Denny mengunjungi rumah kontrakan tempat dia bermukim dulu. Dia masih inget semua orang-orang di sana, termasuk bocah-bocah yang sekarang sudah remaja.
Itu artinya, kan, Denny orang yang membumi. Dia bikin lift di rumahnya juga bukan buat gaya-gayaan, tapi untuk bapaknya yang sudah memakai kursi roda agar mudah naik ke lantai atas. Bayangin, sesayang itu dia sama orang tua, hal yang belum tentu kalian para tukang nyinyir itu mampu lakukan.
Sudahlah. Perkara bahwa belakangan Denny sering membuat kesal banyak netizen karena ulahnya di sosial media, saya kira itu juga nggak relevan. Sosmed ya sosmed dia. Kalau anda tidak suka, kan, tinggal unfollow, unfriend, atau report saja sekalian. Semua opsinya tersedia, tinggal anda saja yang menentukan: mau jadi haters yang caper atau haters betulan yang tidak peduli. Nggak perlu dibikin pusing, deh. Lagian siapa sih publik figur yang bisa menyenangkan banyak orang? Nyinyiran anda itu naif, paham?
Saya kira juga omong kosong jika menganggap Denny dekat dengan pemerintahan, apalagi sampai percaya dia dilindungi aparat kepolisian. Itu klaim yang sesat nalar, tendensius, khas pecinta teori konspirasi. Meski saya tidak mengenalnya secara pribadi, saya yakin, kok, dia kerja betulan. Dan kerjanya juga bukan cuma keras, tapi, ya memang jelas.
Bukan macam anda yang sudahlah kerja santai, gaji nggak seberapa, tapi suka banget nyinyirin hasil jerih payah orang. Mbok mikir! Otak itu dipakai, mas, mbak. Jangan cuma didiamkan terus sampai lingkarnya mengecil, mengecil, mengecil, eh tahu-tahu hilang, berganti sama biji kedondong.
Intinya, melalui tulisan ini saya menyatakan dengan tegas mau bersolidaritas untuk Denny. Bahwa nama baiknya harus dibersihkan, demikian pula haknya untuk bekerja dan jadi kaya raya. Segala gosip macam-macam tentangnya biarlah menjadi urusan yang berwewenang. Ingat, Indonesia ini negara demokrasi. Semua orang setara di mata hukum. Kalian netizen mestinya tahu itu.
Ayo, Bang Denny Cagur! Terus berkarya, jangan hiraukan suara-suara miring itu!
BACA JUGA Indonesia Lagi Lucu-lucunya… atau tulisan Eddward S Kennedy lainnya. Follow Facebook Eddward S Kennedy.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.