Kesabaran manusia, pada akhirnya, akan menemui batasnya. Itu yang saya rasakan terhadap Telkomsel, dan akhirnya beralih ke Tri.
Saya akhirnya muak dan tidak menjadikan kartu ini sebagai kartu utama setelah hampir satu dekade. Ini semua gara-gara kebijakan masa aktif yang menurut saya tololnya minta ampun. Sudah paketannya mahal, nambah masa aktifnya pelit, rasanya saya kayak diakali oleh Si Merah.
Sekarang bayangin, saya selalu beli pulsa 200 ribu. Niatnya, biar nambah masa aktifnya panjang, yaitu 90 hari. Toh paketan internet yang biasa saya pakai harganya 110 ribu. 90 sisanya bisalah untuk langganan Vidio dsb. Masalahnya, saya kira nambahnya bakal 90+90 kayak gitu tiap bulan. Ternyata, tidak. Masa aktifmu diitung dari kamu beli.
Misalnya nih, Januari kamu beli pulsa 200 ribu, kamu dapat perpanjangan 90 hari. Harusnya Januari-Februari-Maret. Nah, kamu beli pulsa lagi 200 ribu di bulan Februari. Lumrahnya nih di mana-mana, masa aktif tambahannya diitung dari Maret kan? Nah ini nggak. Kalau Telkomsel, ya diitungnya dari Februari, dari kamu beli pulsa. Ngerasa goblok nggak bacanya?
Oke, saya masih agak nggak masalah. Ya saya tidak bermasalah karena ya terpaksa aja aing pake ini nomor. Udah telanjur lama, banyak orang menghubungi saya pakai nomor Telkomsel ini. Kalau pindah, jadi masalah besar.
Tapi suatu hari, saya iseng daftar e-sim Tri. Kebetulan di kampung saya, yang bagus justru Tri, bukan Telkomsel. Ketika saya tahu harga paketan dan total pertambahan masa aktifnya benar-benar masuk akal, saya putuskan untuk tidak lagi menggunakan nomor Si Merah.
Baca halaman selanjutnya: Liat paketan Tri jadi ngerasa goblok…