Universitas Pendidikan Indonesia atau selalu disingkat UPI merupakan kampus pendidikan yang sangat terkenal di Indonesia. Titelnya yang mengandung unsur “pendidikan” tentu membuat semua orang menilai bahwa semestinya kampus ini berisi calon-calon pekerja dengan upah rendah (guru). Tentu image karakter kuat khas para pendidik begitu melekat bahkan rasanya terpampang jelas di dahi mahasiswanya.
Namun, sejatinya ada satu hal paling tidak berpendidikan yang ada di UPI. Hal tersebut adalah perilaku parkir sepeda motor para mahasiswanya. Kami sebagai mahasiswa UPI sudah tidak aneh dengan berbagai anomali yang terjadi di gedung parkiran UPI yang hanya satu-satunya dan menampung ribuan kendaraan bermotor. Ibarat kata, nih, ya, kalaupun menemukan motor terparkir posisi hand stand di depan palang pintu masuk parkiran pun kami sudah tidak akan kaget. Karena memang perilaku parkir mahasiswa UPI itu sangat-sangat di luar nalar.
Bukan tanpa alasan. Perilaku-perilaku nyeleneh tersebut timbul karena kombinasi dua faktor: satu kampus hanya ada satu parkiran motor sehingga parkiran akan sangat penuh dan kemungkinan hanya terdapat ruang kosong di lantai atas. Kedua karena banyak mahasiswa yang malas harus antre lift dan malas menuruni tangga sampai 7 lantai. Oleh karena itulah, mahasiswa punya berbagai cara unik untuk tetap parkir di lantai bawah meski parkiran begitu sesak.
Kalau dibahas satu-satu tentu akan sangat panjang. Kuliah 4 SKS rasanya tidak cukup untuk menguraikan ke-absurd-an mahasiswa UPI dalam parkir motor. Maka dari itu, berikut saya rangkum tiga keunikan perilaku parkir mahasiswa UPI versi On The Spot.
Parkir menghalangi jalan
Kelakuan pikasebeleun pertama adalah orang-orang yang parkir menghalangi jalan. Entah itu parkir di belakang/depan motor kita, ataupun yang parkir sampai menghabiskan jalan untuk lalu-lalang motor. Memang kelakuan ini masih umum terjadi di tempat lain. Sengaja saya tampilkan di posisi pertama supaya pembaca tidak langsung shock berat sampai mengalami trauma.
Dari kelakuan tadi yang paling menyebalkan adalah kendaraan yang parkir menghalangi motor kita. Sering saya menemukan ketika pulang kuliah sudah ada motor terparkir berjejer di belakang motor saya (padahal tempat tersebut adalah jalan untuk mobilisasi kendaraan masuk dan keluar). Masalah lainnya yang muncul yaitu sering kali pengendara yang parkir di tempat tersebut mengunci stang motornya. Tentu hal tersebut menyusahkan ketika saya ingin keluar dan motor saya terhalang.
Mending kalau motornya sebatas Beat karbu yang pajaknya mati. Lah, ini tak jarang motor macam Aerox yang terparkir menghalangi jalan dikunci stang pula. Itu kalau boleh rasanya ingin saya lemparkan saja motornya dari lantai 7. Benar-benar menyusahkan orang.
Baca halaman selanjutnya: Parkir di zona pejalan kaki…
Parkir di zona pejalan kaki UPI
Gedung parkiran UPI punya zona pejalan kaki agar orang-orang yang turun dari parkiran menuju lingkungan kampus bisa aman dari chaos-nya lalu lintas keluar-masuk kendaraan parkir. Kampus UPI memang cukup baik dengan menyediakan tangga dengan kemiringan standar dan dilengkapi dengan satu-satunya eskalator yang sering kali rusak itu untuk mobilitas pejalan kaki.
Namun, nahas sekali nasib mereka, karena zona pejalan kaki sekalipun diisi oleh motor yang parkir. Betul sekali. Ruangan sempit yang dilalui banyak mahasiswa yang buru-buru karena terlambat itu dipersempit lagi dengan adanya motor yang terparkir.
Ada satu hal unik kalau soal kasus ini. Temuan dari postingan akun Instagram @upi.parkir menunjukkan motor yang sering parkir di tempat tersebut ada dua jenis, yaitu kalau tidak Fazzio hijau, ya, Vespa matic. Saya jadi curiga jangan-jangan pengendaranya menggadai otaknya supaya bisa beli motor itu. Soalnya, kok bisa, ya, motor sebagus itu tapi parkirnya seenak jidat.
Parkir di toilet
Kelakuan satu ini memang kelakuan paling di luar nurul. Pasalnya, sering ditemukan kendaraan Fazzio atau Vespa matic (lagi-lagi mereka) yang terparkir di toilet parkiran. Gedung parkiran UPI memang dilengkapi dengan fasilitas toilet, meskipun hanya di lantai 1 dan 2. Namun, bukan berarti bisa dipakai untuk parkir juga, dong. Sudah fasilitas toiletnya buruk, sangat terbatas untuk gedung dengan 7 lantai begitu, eh ditambah fasilitasnya malah dipakai parkir sembarangan. Lengkap sudah kesia-siaan kampus membangun toilet di gedung parkiran.
Saran untuk UPI
Jika berbicara soal masalah parkir di UPI, tentu sangat kompleks rasanya. Semua pihak, termasuk kampus, terlibat dalam masalah parkir yang tidak beres-beres ini.
Saya rasa pihak kampus pun paham bahwa salah satu karakter unik mahasiswa UPI yang didominasi orang Sunda itu yakni malas berjalan kaki dan terbiasa terlambat sehingga akan ada alasan “buru-buru kelas” untuk melindungi kelakuan menyebalkan mereka. Maka, sudah sepatutnya UPI mempertimbangkan ulang pembangunan lapangan Museum Pendidikan Nasional yang awalnya berfungsi sebagai parkiran motor tersebut.
Andai saja kampus benar-benar tidak membangun lahan itu menjadi parkiran motor baru, maka masalah parkir di UPI tidak akan selesai. Faktor parkiran yang sesak padat karena overload tersebut akan terus mendatangkan masalah-masalah lain. Apalagi didukung dengan karakter orang-orang yang “malas” membuat parkir motor di UPI sangat-sangat tidak kondusif. Saya sarankan memang disediakan parkiran resmi lain di wilayah kampus sehingga bisa membagi arus kendaraan di dua area dan menghindari parkiran yang overload dan akan mendatangkan masalah lainnya. Malu, tahu, masak kampus pendidikan tapi parkirnya saja tak berpendidikan!
Penulis: Razib Ikbal Alfaris
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Minta Shin Tae-yong Out? Kok Lucu Sampean