Bagi suporter Persis Solo, Sate Cak Ali di Jalan Ronggowarsito, Mangkunegaran, itu bukan sekadar sate. Ini sudah jadi ritual. Satu porsi sebelum nonton Persis main? Wajib. Satu porsi setelah Persis menang? Sunnah muakkadah. Satu porsi meskipun Persis kalah? Ya, namanya juga hidup, tetap harus makan enak.
Sate ini bukan tipe yang butuh gimmick aneh-aneh. Nggak ada bumbu keju-kejuan, nggak ada saus ala Korea-Koreaan. Ini sate Madura yang sejujur-jujurnya: daging empuk, bumbu kacang legit, dan aroma bakaran yang bisa bikin iman goyah kalau lagi diet.
Cak Ali sendiri sering nongkrong di depan gerobaknya, siap melayani pelanggan setianya yang datang dari berbagai lapisan. Ada anak muda yang habis nobar, bapak-bapak yang butuh energi sebelum lembur, sampai orang-orang yang sekadar mampir karena kepengin sate enak tanpa ribet. Kalau soal harga, masih masuk akal. Kantong mahasiswa aman, dompet buruh nggak meringis.
Makanya, Sate Cak Ali ini ibarat titik temu: tempat di mana semua orang bisa duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, sambil menikmati tusukan-tusukan kenikmatan.
Sate, Bola, dan Persis Solo: Trio Sakral
Bagi suporter Persis Solo, makan di Sate Cak Ali itu bukan sekadar urusan perut, tapi juga bagian dari ritual tak tertulis. Sebelum nonton? Makan dulu biar energi penuh. Setelah menang? Rayakan dengan tambahan lontong. Setelah kalah? Ya sudahlah, hibur diri dengan tusukan-tusukan sate yang empuk.
Sate Cak Ali yang mangkal di Jalan Ronggowarsito, Mangkunegaran, sudah jadi bagian dari keseharian suporter Persis Solo. Nggak perlu ribet, nggak perlu reservasi. Datang, duduk, pesan, dan nikmati. Dengan harga yang masih masuk akal, sate ini jadi pilihan favorit dari anak kos sampai pejabat yang kebetulan lewat.
Kenikmatan yang nggak perlu gaya-gayaan
Sate Cak Ali ini bukan tipe makanan yang butuh gimmick aneh-aneh. Nggak ada bumbu fancy ala fusion food atau saus nyeleneh yang bikin lidah bingung. Ini sate Madura dalam bentuk paling jujur: daging sapi atau ayam yang empuk, dibakar dengan arang yang pas, dan disiram bumbu kacang legit yang bikin nagih.
Ciri khas lainnya, potongan dagingnya gede-gede, bukan yang abal-abal cuma lemak doang dan banyaknya uritan uritan yang bikin menggoda. Dibakar sampai matang sempurna dengan aroma yang bikin siapa saja susah menolak. Begitu digigit, bumbunya langsung terasa meresap, berpadu dengan sedikit rasa asap dari arang yang membuatnya makin sedap.
Semua orang makan di sini
Sate Cak Ali adalah tempat di mana semua kasta kuliner melebur jadi satu. Ada suporter Persis Solo yang masih pakai atribut lengkap, ada mahasiswa yang baru pulang kuliah, ada bapak-bapak yang mampir sebelum pulang ke rumah. Semua duduk sama rendah, berdiri sama tinggi—yang membedakan cuma jumlah tusukannya.
Uniknya, di sini nggak ada istilah orang asing. Datang sendiri pun pasti bakal ketemu orang yang siap ngajak ngobrol, apalagi kalau sudah bahas bola. Dari mulai pertandingan terakhir Persis, transfer pemain, sampai isu-isu tribun, semua bisa jadi topik obrolan seru sambil menikmati sate. Obrolan hangat dan bau sate menggoda rasanya merupakan suasana yang pas dinikmati ketika malam hari di pinggir jalan Ronggowarsito.
Harga bersahabat, kenyang berlipat
Kalau urusan harga, Sate Cak Ali ini nggak bikin kantong jebol. Masih masuk kategori “murah meriah” tapi kualitasnya nggak asal-asalan. Makanya, tempat ini selalu ramai. Mau habis gajian atau tanggal tua, tetap bisa makan sate tanpa drama.
Satu porsi sate ayam atau sapi plus lontong dan bumbu kacang yang melimpah bisa bikin perut aman sampai malam. Bahkan, banyak pelanggan yang sengaja pesan tambahan lontong karena bumbu kacangnya terlalu enak untuk ditinggalkan. Ada juga yang lebih suka sate kambing, dengan potongan daging yang lebih tebal dan rasa yang lebih gurih. Pokoknya, nggak ada yang rugi kalau makan di sini.
Gerobak Penuh Stiker: Bukti Cinta Suporter Persis
Kalau mampir ke Sate Cak Ali, satu hal yang langsung mencuri perhatian—selain aroma bakaran sate yang menggoda—adalah gerobaknya. Bukan gerobak biasa, tapi gerobak yang sudah jadi saksi bisu perjalanan Persis Solo dan para suporternya.
Gerobak ini penuh tempelan stiker dari berbagai kelompok suporter. Ada Pasoepati, Surakartans, Ultras 1923, sampai stiker-stiker nyeleneh khas tribun. Setiap stiker punya cerita, entah dipasang setelah kemenangan dramatis di Manahan atau sebagai bentuk rasa memiliki terhadap tempat makan favorit mereka.
Bagi suporter Persis, Sate Cak Ali bukan cuma warung sate, tapi semacam basecamp kecil yang selalu ada untuk mereka. Tempelan-tempelan stiker itu bukan sekadar hiasan, tapi simbol bahwa gerobak ini adalah bagian dari keluarga besar Persis Solo. Dan seperti halnya klub kebanggaan, gerobak ini juga tak tergantikan.
Entah Persis menang atau kalah, entah hati sedang senang atau gundah, Sate Cak Ali tetap jadi tempat yang nyaman untuk kembali. Karena di dunia yang penuh ketidakpastian ini, setidaknya ada satu hal yang pasti: sate di sini selalu enak, selalu bikin bahagia.
Bagi yang belum pernah mampir, mungkin saatnya mencoba. Tapi hati-hati, sekali mencoba bisa jadi ketagihan. Dan bagi suporter Persis Solo, tempat ini bukan sekadar warung sate—ini adalah rumah kedua di mana cerita tentang sepak bola dan persahabatan bertemu dalam satu piring sate yang nikmat.
Penulis: Rahul Diva Laksana Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema
