Siapa yang nggak suka mie ayam? Makanan satu ini menjadi salah satu comfort food yang selalu saya cari di mana saja saya berada. Sebagai pecinta mie ayam, saya sangat suka membanding-bandingkan makanan yang satu ini. Biasanya, saya melakukan pencarian mie ayam di sekitar tempat yang sedang saya singgahi hingga menemukan satu atau dua tempat andalan. Jakarta sebagai tempat perantauan saya saat ini pun tak luput dari target pencarian.
Saya sempat mengalami culture shock ketika melakukan pencarian mie ayam di Jakarta. Bukan karena rasanya, tapi lebih kepada kebiasaan orang-orang Jakarta. Ternyata mie ayam menjadi menu sarapan warga Jakarta. Saya yang terbiasa menikmati mie ayam saat jam makan siang atau saat sore hari jadi terkaget-kaget.
Demi bisa mengikuti kultur orang Jakarta, saya berusaha kelas menyugesti diri bahwa mie ayam cocok sebagai sarapan. Tidak langsung berhasil tentu saja, tapi setidaknya saya terus mencoba.
Menu sarapan favorit warga Jakarta
Awalnya saya nggak sadar bahwa mie ayam merupakan menu sarapan favorit warga Jakarta. Pada saat itu, setelah pulang kerja menjelang maghrib, saya iseng ingin mencari menu makan malam. Nggak tahu kenapa, saat itu saya sedang ingin makan mie ayam sehingga saya melakukan pencarian lewat Google Maps. Saya cukup terkejut melihat semua kedai atau penjual mie ayam yang tercatat di Google Maps justru buka dari pagi buta sampai sekitar pukul 2 siang atau paling sore pukul 4. Lebih anehnya lagi, ketika saya buka review, kebanyakan orang memberikan testimoni “cocok untuk sarapan”.
Oke lah, saya setuju bahwa mie ayam adalah tipe makanan yang cocok dimakan untuk situasi apapun dan waktu kapanpun. Namun, mendapati orang di Jakarta rela antre makan mie ayam pada pukul 6 pagi cukup mengejutkan bagi saya pribadi. Sepanjang hidup saya, sepertinya nggak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran saya, “Ah makan mie ayam kayaknya enak, nih” sesaat setelah bangun pagi.
Kasta mie ayam di Jakarta sebagai menu sarapan saya pikir sudah menyamai bubur ayam. Saya pun akhirnya ikut-ikutan mencoba kultur sarapan dengan mie ayam. Ternyata oh ternyata, satu gerobak mie ayam pinggir jalan sudah penuh oleh para pembeli sampai membentuk barisan. Para pembeli itu berdandan rapi seperti orang kantoran, pemandangan yang begitu asing bagi mata saya.
Mie ayam jadi menu sarapan memang nggak salah, tapi lebih mantap disantap siang atau sore hari
Saya sebenarnya nggak mempermasalahkan dari menyantap mie ayam di pagi hari. Mie ayam tetaplah mie ayam yang enak, menyegarkan, dan selalu memanjakan lidah dengan kenyalnya mie serta legitnya ayam. Tapi, jujur saja saya masih belum bisa menempatkan menu ini sebagai prioritas untuk sarapan di pagi hari. Bagaimana ya, saya masih merasa menu ini paling cocok dimakan saat siang atau sore. Kalau pagi hari, rasanya ada yang salah aja gitu.
Perkara waktu makan mie ayam yang berbeda dengan warga Jakarta lain ini sebenarnya bikin saya repot sendiri. Sangat sulit menemukan mie ayam yang masih buka di siang hari ketika pulang kerja. Akhirnya, saya yang harus merelakan diri untuk sesekali makan saat sarapan sebelum berangkat kerja atau saat siang hari sewaktu jam istirahat. Padahal, jauh dalam lubuk hati, saya sudah rindu menyeruput kuah mie ayam untuk melepas penat setelah pulang bekerja.
Saya pikir ini hanya masalah waktu dan kebiasaan saja. Mungkin kalau sudah lebih lama tinggal di sini, saya bisa seperti mayoritas warga Jakarta yang menikmati mie ayam di pagi hari. Kalau sudah seperti itu, petualangan saya mencicipi kuliner yang satu ini di Jakarta akan semakin gencar.
Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Orang Wonogiri Layak Dinobatkan sebagai Orang Paling Bakoh Se-Jawa Tengah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.