Di Salatiga, ada beberapa sekolah tinggi dan universitas, tapi salah satu yang paling terkenal adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Kampus yang terletak di Jalan Diponegoro No. 52-60, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga ini bahkan kerap mendapat julukan “Indonesia mini”. Hal ini dikarenakan keberagaman yang ada di kampus ini. Makanya meski terletak di kota kecil, UKSW berisi banyak mahasiswa yang berasal dari luar kota.
Akan tetapi kali ini kita nggak akan membahas soal kampusnya. Saya justru kepikiran seandainya kampus swasta satu ini nggak pernah ada, seperti apa nasib Salatiga? Mungkin begini jawabannya.
Terminal Tingkir bakal kehilangan mahasiswa UKSW dari luar daerah yang menjadi penumpang
Di Salatiga ada terminal tipe A bernama Terminal Tingkir. Terminal satu ini menjadi satu-satunya terminal yang ada di sini.
Sebagai satu-satunya terminal, banyak mahasiswa UKSW dari luar daerah yang mengandalkan terminal ini sebagai tempat naik-turun bus. Bisanya terminal bakal ramai saat libur semesteran ketika mahasiswa libur panjang.
Akan tetapi seandainya UKSW nggak pernah ada di Salatiga, terminal ini mungkin bakal kehilangan penumpang. Soalnya nggak ada lagi mahasiswa luar daerah yang naik-turun bus di sini. Terminal hanya akan dipenuhi penumpang ketika arus mudik Lebaran tiba, selebihnya ya situasinya biasa saja.
Bisnis kos dan kontrakan di Salatiga lesu kehilangan pasar
Seperti yang saya katakan sebelumnya, banyak mahasiswa UKSW berasal dari luar daerah. Mereka datang dari kota-kota di sekitaran Jawa Tengah dan bahkan luar Pulau Jawa. Lantaran merantau, tentu saja mereka membutuhkan tempat tinggal yang layak selama menempuh studi di sini. Biasanya mereka akan memilih kos atau kontrakan.
Maka nggak usah heran kalau kos dan kontrakan bisa dijumpai dengan mudah di sekitaran kampus. Mahasiswa perantau bisa memilih yang sesuai dengan bujet atau fasilitas yang mereka harapkan. Tetapi coba bayangkan seandainya UKSW ini nggak ada di Salatiga. Saya yakin, bisnis kos dan kontrakan di sini bakal lesu. Para pemilik kos dan kontrakan kesulitan mencari penyewa karena kebanyakan yang menyewa rumah dan kamar mereka adalah mahasiswa dari luar daerah.
Coffe shop nggak akan ramai seperti sekarang
Sebagai mahasiswa, saya hafal betul kebiasaan satu ini. Ya, mahasiswa kerap nongkrong bareng teman untuk melepas penat atau sembari mengerjakan tugas kuliah. Nongkrongnya juga bukan di sembarang tempat. Biasanya kawula muda kayak saya memilih coffee shop kekinian yang ada free WiFi. Atau malah kalau bisa cari yang buka 24 jam biar bisa bebas nugas sampai pagi.
Coba bayangkan seandainya nggak ada kampus besar kayak UKSW di Salatiga, tentu coffee shop di sini nggak akan ramai seperti sekarang. Soalanya kalau nggak ada mahasiswa, belum tentu juga warga Salatiga tiap hari nongki di sana mengingat UMK kota ini yang bikin gigit jari.
Suasana malam di Salatiga bakal sepi
Banyaknya mahasiswa membuat Salatiga semakin gemerlap. Malam hari di sini rasanya tak pernah sepi karena mahasiswa bakal keluar malam entah untuk cari makan, nongki, atau cari hiburan. Kebayang kan kalau nggak ada UKSW, suasana malam kota ini pasti nggak ramai kayak sekarang. Bukan hal mustahil jika jam 8 malam banyak warung dan coffee shop yang tutup karena nggak ada lagi mahasiswa yang cari makan dan nongkrong.
Kira-kira begitulah yang terjadi pada Salatiga seandainya kampus besar kayak UKSW nggak ada di sini. Perekonomian warga setempat dan UMKM mungkin bakal lesu karena nggak akan semaju sekarang. Kehadiran mahasiswa dari luar daerah ini secara otomatis membuat roda perekonomian di kota pensiunan ini terus berputar.
Penulis:Â Wulan Maulina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Salatiga, Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Tengah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















