Aspek keamanan yang terasa sangat kurang
Meski terbilang murah dan sederhana, saya merasa pengelola Bendungan Rowo Jombor Klaten belum memperhatikan aspek keamanan secara serius. Mau bagaimana, wisata air itu tetap mengandung risiko.
Sejak pertama kali menjelajahi aspal yang mengitari rawa untuk mencari tempat parkir, saya cukup terheran-heran. Pasalnya, saya masih mendapati banyak dari penumpang perahu tradisional bahkan speedboat yang tidak mengenakan life jacket.
Mengapa bisa begitu? Mungkinkah mereka tak mendengar kejadian yang terjadi di Kedungombo telah merenggut 9 nyawa pada pertengahan 2021 silam? Tragedi itu terjadi karena muatan melebihi kapasitas sehingga perahu terbalik, ditambah penumpang yang tak mengenakan pelampung.
Singkat cerita, di hari berikutnya, saya mengobrol dengan sebagian orang dari rombongan yang datang bersama saya ke Bendungan Rowo Jombor Klaten kemarin. Pada kesempatan itu, saya juga menyinggung soal tidak adanya baju pelampung yang membuat saya enggan naik perahu. Kami pun saling bertukar pendapat.
Tampaknya kami memiliki pandangan yang berbeda ketika saya mengemukakan pendapat tentang pentingnya baju pelampung sebagai standar keselamatan. Intinya, mereka yang naik perahu tanpa menghiraukan peralatan keselamatan pun menyadari bahwa pelampung itu penting, tapi tidak sampai mengurungkan niat seperti saya.
Kudu sadar risiko
Membudayakan pelampung sebagai standar keselamatan ketika beraktivitas di atas air masih sulit tercapai jika setiap individu tidak berusaha menyadari risiko. Bahkan, tanpa memandang seseorang mampu atau tidaknya berenang. Hal ini karena bisa berenang pun masih ada risiko mengalami kaki kram di dalam air dan terseret arus.
Sekelas tim SAR yang pasti sudah pandai berenang saja masih pakai pelampung saat bertugas, bukan? Begitu juga dengan pengemudi perahu yang tidak mewajibkan penumpang memakai baju pelampung. Apabila sudah sedia pelampung namun penumpang menolak karena alasan kenyamanan pun sebagai pengemudi harus tegas dengan tidak mengizinkan penumpang naik.
Sudah sepantasnya pemilik usaha memiliki manajemen risiko serta senantiasa menjalankan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di setiap operasionalnya. Ini semua demi keselamatan bersama, bukan.
Cukuplah tragedi Kedungombo sebagai pelajaran. Sebuah pengingat yang sangat mahal harganya bagi Bendungan Rowo Jombor Klaten. Akhirnya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kembali terjadi, mau tidak mau, aturan yang telah ada tetap harus ditegakkan dan diawasi oleh pemilik regulasi dan pengelola pariwisata sebagai tonggak pertama.
Tidak bisa hanya mengandalkan masyarakat sampai kesadarannya meningkat sendiri. Jika begitu, mungkin saja sudah terlambat. Semoga semua pihak, termasuk wisatawan, dapat selalu mengindahkan aturan keselamatan. Saya berharap dengan gencarnya promosi pariwisata pada kawasan berisiko selalu dibarengi dengan kesiapan pada standar keamanannya. Jadi, ke depannya, pengunjung tidak perlu merasa khawatir ketika pelesir ke Bendungan Rowo Jombor Klaten.
Penulis: Arum FR
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Polanharjo, Kecamatan Ternyaman untuk Ditinggali di Kabupaten Klaten