Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sebat

Rokok Murah dan Perkara Humanis Para Perokok Kelas Bawah

Saiful Amin oleh Saiful Amin
28 Juni 2022
A A
Rokok murah (Unsplash.com)

Rokok murah (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai perokok yang terklasifikasi kelas bawah dan identik dengan rokok murah, saya memiliki macam-macam pengalaman mengecewakan. Pengalaman kecewa di mana kekecewaan itu nyaris selalu berhasil membuat diri ini cemas, sebal. Berhasil membuat jantung berdetak kencang tak keruan.

Kekecewaan itu muncul saat setiap kali saya bertaruh membeli rokok paling mahal satu bungkus, dengan maksud self reward, setelah selama ini menyabarkan diri dengan rokok murah.

Ketika duduk santai di warung kopi, tiba-tiba teman datang, tanpa apa dan bagaimana, langsung mengambil rokok satu per satu sampai habis tak tersisa. Menyebalkan sekali kejadian seperti ini.

Lantaran peristiwa di atas terjadi berulang, saya jadi malas untuk keluar dari kamar. Saya takut kalau bertemu mereka, saya menanggung rasa sakit, perasaan nyelekit, itu lagi. Perasaan yang betul-betul tak mengenakkan. 

Mungkin saya mau keluar kamar, tapi dengan tidak membawa rokok pertaruhan itu. Atau kalau saya bawa, saya akan menyembunyikannya agar tidak diminta. Sampai kapan disembunyikan? Sampai mereka pergi, menghilang lalu menyatu dengan debu-debu!

Kalau saya kelas menengah ke atas dan tidak terlalu akrab dengan rokok murah, tentu kejadian tersebut tak jadi soal. Namun, saya berani bersumpah, bahwa rokok-rokok yang saya beli adalah hasil dari pertaruhan luar biasa besar. 

Misalnya, meski uang kiriman tinggal sedikit, saya tetap membeli rokok yang paling enak. Syaratnya, saya harus produktif membaca sekian puluh halaman, menulis sekian ribu kata atau sebagai self-reward setelah bersih-bersih kosan, mencuci piring dan baju atau lain dan sebagainya, lalu setelahnya, bersantai di salah satu warkop, dengan perasaan tenang dan damai.

Namun sayangnya, semua ketenangan dan kedamaian itu sirna ketika teman-teman saya yang tak diundang pada “waktu-waktu surga” datang lalu mengambil rokok, Mereka menyulutnya begitu saja. Maka, self-reward menjelma self-suffer.

Baca Juga:

Perokok di Toilet Umum Adalah Spesies yang Sama Busuknya dengan Mereka yang Merokok Sambil Berkendara

Mari Bersepakat bahwa Galang Baru 12 Adalah Rokok Murah 10 ribuan Paling Enak Saat Ini

Tapi, sebagai insan yang sering mengklaim diri sebagai pegiat kemanusiaan, sebagai manusia yang cinta pada sesama, saya coba memaklumi dan iklas. Saya coba menanamkan dalam diri bahwa, barangkali mereka sedang butuh, bahwa mereka barangkali sedang di keadaan miskin-miskinnya dan terlalu mesra sama rokok murah.

Bukankah sesama yang miskin harus saling menguatkan? Meskipun, ini betul-betul berat. Meskipun, meskipun, ini kerap kali dilakukan oleh orang yang sama, yang itu-itu lagi.

Perkara rokok murah

Satu hari saya bertemu dengan dua sahabat saya. Dari pertemuan itu, saya mendapatkan fakta-fakta tak terduga.

Waktu itu saya datang menemui dua sahabat tanpa membawa rokok. Karena tak bawa, saya coba minta pada teman saya. 

Tanpa disangka, dikeluarkannya satu bungkus rokok setelah diambil satu batang. Saya ambil satu batang kemudian saya sulut dengan senang. Teman saya yang satu lagi, yang bernama Agung, juga mengambil satu lalu disulutnya. 

Setelah menyulut rokok masing-masing, kami berbincang. Merasa senang karena mendapat rokok gratis dan percakapan yang lumayan menyenangkan, saya jadi berpikir akan menghadiahi pertemuan ini dengan membeli rokok satu bungkus. Saya lihat bungkus rokok sudah diremek-remek. 

Meski uang tinggal Rp30 ribu terakhir tapi tak mengapa. Besok ya besok. Besok ya dipikir besok. Tapi saya tetap berinisiatif mengajak kawan-kawan saya patungan. Siapa tahu, harap saya. Siapa tahu mereka mau patungan. Kalau tidak, tidak apa-apa, saya akan beli sendiri. Meski yang didapat rokok murah sesuai kemampuan.

“Ayo patungan, beli rokok,” ajak saya pada teman yang satu, yang belum berkontribusi rokok.

“Aduh, tak punya uang aku,” kata Agung. Saya lekas percaya, karena kawan saya satu ini baru saja membeli mesin kopi.

Sebetulnya saya ingin minta pada teman saya yang satunya, tapi tak enak hati sebab dia sudah kontribusi, menggeletakkan rokoknya di atas meja.

“Oi urunan!” Kata Agung.

“Loh, aku udah kok tadi!” Kata Gagas tiba-tiba menyahut.

“Alah, alah!” Bantah Agung.

Kemudian Agung menoleh pada saya lalu menjelaskan.

“Dia ini, emang gitu! Jangan gampang terbuai dengan siasat dia!”

Saya bingung. Tak paham.

“Tadi rokok di dalam bungkus ada tiga kan? Benar?”

Saya ingat-ingat. Benar tiga batang. Saya mengangguk.

“Gagas ini,” Agung meneruskan, “setiap ketemu orang pasti naruh rokok bungkusan. Tapi, walaupun bungkusan, isinya hanya tiga batang!”

Saya menoleh ke arah Gagas di depan saya. Wajahnya merah seperti menahan sesuatu.

“Kau tahu, ya…,” lanjut Agung

“Apa?” tanya saya.

“Dia begitu biar nggak diajak urunan lagi! Karena apa? Karena sudah ngasih rokok satu batang!”

Saya menoleh ke Gagas.

Wajahnya semakin merah, mulutnya moncong ke depan. Tapi saya tatap dia terus. Kemudian tawanya meledak.

“Hahahaha!”

Saya diam saja. Sementara dua teman saya tertawa terbahak-bahak. Saya mengurungkan membeli rokok murah sialan itu, yang padahal sebelumnya saya sudah mantap akan menuntaskan pembelian ini sendiri.

“Coba kamu cek di tas Gagas. Di jaketnya. Pasti masih ada berbungkus-bungkus, yang isinya tiga batang-tiga batang.”

Saya melihat ke Gagas. Dia mesam-mesem saja.

“Mana coba kuperiksa, Gas!”

Gagas tersenyum mengejek, sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Coba bayangkan kalau kamu beli rokok satu bungkus, ya meskipun rokok murah, untung berapa Gagas?” tanya Agung. “Aku nggak urunan memang tak ada uang sama sekali. Kalau ada rokok juga kukeluarkan semua,” tegasnya

Saya berhitung berapa keuntungan Gagas bila saya jadi membeli rokok satu bungkus. Bajingan!

“Asu we, Gas!” Maki saya.

Gagas tertawa. Agung juga tertawa.

“Hu, dasar polos!” Ledek Agung.

Peristiwa pertemuan saya dengan Agung dan Gagas itu membuka cara pandang saya atas dunia perokokan ini. Bahwa dunia rokok murah adalah dunia hitam bagi para perokok kelas bawah. Dan, memberikan rokok pada kawan, bukan tindakan yang humanis-humanis amat!

Penulis: Saiful Amin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Rekomendasi 5 Rokok Murah dengan Rasa Mewah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Juni 2022 oleh

Tags: bungkus rokokperokokrokok murah
Saiful Amin

Saiful Amin

Penulis biasa yang tulisannya beruang kali gagal dimuat.

ArtikelTerkait

4 Dosa Perokok: Tolong Tegakkan Unggah-Ungguh Ini! Terminal Mojok.co

4 Dosa Perokok: Tolong Tegakkan Unggah-Ungguh Ini!

8 April 2022
Mari Bersepakat bahwa Galang Baru 12 Adalah Rokok Murah 10 ribuan Paling Enak Saat Ini

Mari Bersepakat bahwa Galang Baru 12 Adalah Rokok Murah 10 ribuan Paling Enak Saat Ini

20 Agustus 2025
Kalau Negara Bilang Kantor Kejaksaan Agung Terbakar karena Rokok, Ya Itu Pasti karena Rokok terminal mojok.co

Seandainya Saya Menjadi Seorang Perokok

13 Juli 2019
5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

19 Agustus 2023
Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih?

Tembakau, Perokok, dan Repetisi Debat yang Bikin Muak

4 Oktober 2021
Gambar Menyeramkan pada Bungkus Rokok Adalah Kesia-siaan yang Merusak Karya Seni terminal mojok.co

Gambar Menyeramkan pada Bungkus Rokok Adalah Kesia-siaan yang Merusak Karya Seni

20 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.