Keberadaan Bu Tejo dan kroni-kroninya yang berlambe turah di atas bak truk mengingatkan saya dengan budaya rewang dan keberadaan saya dalam dunia pergibahan profesional. Bagaimana seandainya kedepan ada versi remake atau spin off dari film tersebut? Tentu tidak jauh-jauh amat jika mau mengambil tema tentang konsep dasar yang diusung sang sutradara: The Fundamentals of gibah.
Saya selalu beranggapan kalau gibah tanpa fakta itu dosa, sementara gibah pakai fakta itu rezeki. Kali ini saya menulis dalam rangka urun konsep kalau misal ke depan ada film bertema gibah yang bisa jadi lebih berfaedah daripada gibahan sepanjang jalan yang tidak terlalu bergizi itu.
Lho maksudnya apa pula soal gizi? Lhaa makanya itu saya sodorkan: Rewang, sebagai konsep selanjutnya dari gibah versi 2.0. Versi emak-emak dan bisa jadi juga campur bapak-bapak dalam koridor yang lebih bergizi.
Bagi yang belum mengetahui budaya Jawa saya kasih tahu. Setiap ada orang mau punya hajatan, terutama pernikahan, bakal ada tim ‘rewang’ yang membantu kelancaran kegiatan hajatan tersebut. Jadi ya, semacam event organizer skala grup keluarga atau tetangga yang mengurus pasokan logistik buat para tamu undangan.
Alias, tukang masak, tukang menata prasmanan, tukang sound sampai juga pager ayu pun masuk struktural panitia rewang hajatan tradisional di rumah saya. Bahkan di zaman dulu sebelum ada EO, warga akan membentuk kepanitiaan resmi dengan struktur lengkap. Macam mau bikin ormas.
Mereka yang hadir untuk rewang biasanya diambil dari keluarga terdekat sebagai ring 1, keluarga besar di ring 2, kemudian ring 3 dari grup tetangga dan sisanya dari grup WA yang dipilih sesuai relevansi seperti komentar Facebook saat ini.
Sesuai dengan tongkat komando yang dijalankan oleh anggota di ring 1, merekalah yang menentukan siapa yang hendak mendapat posisi kehormatan dalam skuad rewang untuk melaksanakan tugas paling sentral: memasak dan menyiapkan hidangan. Posisi tukang masak memegang peranan penting sebagai eksekutor lapangan yang dapat menaikkan atau menurunkan rating si empunya hajatan di kalangan sosialita desa.
Nah…biasanya dalam setiap hajatan desa yang berlangsung tidak hanya dalam waktu sehari semalam, tentu dibutuhkan ekstra personil sebagai angkatan cadangan jika sewaktu-waktu si koki utama sedang butuh coffee break atau sekedar pengen bikin Insta-story di tengah padatnya jadwal mengaduk bumbu.
Personil tukang masak ini juga punya peran strategis dalam kegiatan rewang. Biasanya didominasi oleh para buibu dari golongan keluarga yang telah terverifikasi keahlian masaknya. Minimal menurut rekomendasi kerabat yang punya hajat. Dan di sinilah, dibutuhkan para personil yang tidak hanya jago masak tapi juga mampu jadi perekat keakraban antar semua yang rewang, alias harus supel antar peserta.
Minimal bisa menguasai topik yang cocok dan masih hangat dibicarakan. Minimal menguasai ilmu gibah tingkat dasar. Jangan level expert seperti Bu Tejo yang diprediksi bisa membuyarkan para tamu akibat gibahannya terlalu vokal.
Sedangkan untuk menjadi trending via jalur rewang, anda tidak perlu overlapping dalam hal pamer skill bergibah. Cukup tunjukkan kepiawaian Anda membantu pekerjaan tim dapur misalnya sebagai asistennya, atau tim pager bagus di depan, dan mulailah topik yang soft, padat, namun berisi. Seperti Yu Nah yang hanya bermodal satu kalimat saja bisa menjadi umpan dahsyat.
Spoiler gibah rewang bisa berawal dari berbagai hal tapi buat memulai, bicarakan saja menu hidangan yang disediakan pihak penghajat. Ohoo, jangan salah. Perkara stok logistik bumbu dapur sampai lauk yang kurang adalah aib yang paling mengharukan bagi para penghajat apalagi yang baru sekali atau pertama sekaligus terakhir ngunduh mantu.
Atas nama kearifan lokal dan persaudaraan gotong royong, lebih baik Anda menggunakan jasa rewang. Kegiatan ini sekaligus bisa menginspirasi siapa pun untuk jadi produser film. Cukup kasih isu yang simple tapi strategis, maka gibah skuad akan membawanya ke mana-mana. Berbagai isu dan omongan bakal terkuah selepas hajatan selesai. Penyebarnya bisa dari lambe ibu-ibu atau bapak-bapak yang rewang.
Gibah atau rerasan saat rewang bahkan lebih kompleks dari bagaimana alur informasi Bu Tejo di atas truk yang hanya sesaat itu. Karena sejatinya, hajatan adalah topik yang paling banyak membuahkan omongan-omongan sedap.
BACA JUGA Polisi Tidur di Jalan Persatuan Rektorat UGM yang Punya Fungsi Terselubung dan tulisan di Terminal Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.