Selain KKN di Desa Penari, layar lebar Indonesia juga tengah diramaikan oleh sekuel film horor lainnya yakni The Doll 3. Meskipun merupakan sekuel dari The Doll dan The Doll 2, alur yang dibawakan The Doll 3 memiliki keunikan tersendiri dari segi konflik atau drama. Terlebih, boneka yang menjadi sentral keseraman film pun mempunyai karakter khas masing-masing di setiap filmnya. Kalaupun dikata ada benang merah, hal itu adalah kehadiran tokoh Bu Laras yang diperankan oleh Sara Wijayanto di mana dalam ketiga film tersebut ia memiliki citra sebagai seorang spiritualis, jika tak boleh disebut paranormal.
Tokoh antagonis berupa boneka memang bukan merupakan hal baru dalam dunia horor. Sebelumnya, sudah ada beberapa kisah horor yang menempatkan mainan anak tersebut sebagai tukang teror baik secara langsung maupun tidak. Misalnya saja tokoh boneka Chucky dalam film horor lawas Child’s Play yang dirasuki oleh arwah pembunuh berantai bernaman Charles Lee Ray lewat ritual sihir voodoo. Atau juga Billy, boneka ikonik bertampang menyeramkan yang ditampilkan sebagai pengganti Jigsaw, seseorang yang gemar membuat permainan maut antara hidup dan mati bagi korbannya. Dan pastinya, siapa yang tak kenal dengan Annabelle, boneka hantu paling populer dengan bentuk anak perempuan berkepang dua yang menjadi mimpi seram bagi penonton The Conjuring universe?
Semua gambaran sosok jahat yang terperangkap dalam tubuh artifisial tersebut mau tak mau pasti akan membayangi siapapun yang hendak membuat film dengan tema serupa. Tak terkecuali dengan The Doll. Sebelum The Doll 3 diproduksi, penonton sudah terlebih dahulu membandingkan film prekuel The Doll dan The Doll 2 besutan Rocky Soraya sebelumnya dengan berbagai judul film horor terkenal, khususnya buatan James Wan. Namun, toh, The Doll 3 tetap ditunggu penggemarnya apalagi mereka konsisten menggunakan banyak nama tersohor yang sudah memiliki fans masing-masing seperti Shandy Aulia, Denny Sumargo, Herjunot Ali, serta Luna Maya.
The Doll 3 yang dibintangi oleh Jessica Mila dan Winky Wiryawan ini pun patut untuk dipertimbangkan sebagai pilihan film yang ditonton di bioskop. Selain mendukung perfilman Indonesia, The Doll 3 juga membuat lompatan cukup jauh dari film-film sebelumnya, khususnya dalam menampilkan sosok jahat Boneka Bobby. Jika secara visual boneka dalam The Doll sekilas mirip Susan dan boneka Sabrina dalam The Doll 2 seperti Billy di seri Saw, boneka Bobby dalam The Doll 3 ini akan mengingatkan penonton pada tokoh boneka paling sadis, Chucky. Hebatnya, Bobby ini terlihat sangat hidup di dalam film, berbeda dengan para pendahulunya. Konon, harga yang dikeluarkan untuk boneka animatronics itu mencapai harga 2 miliar rupiah. Harga tersebut sepadan dengan efek yang dihasilkan untuk membuat Bobby benar-benar tampak seperti dirasuki roh yang membuatnya hidup.
Selain kemiripan dengan figure Chucky yang merupakan bentuk boneka anak laki-laki, Bobby masih mempunyai beberapa kesamaan lain dengan Chucky. Persamaan yang mencolok itu sudah ditunjukkan pada adegan awal di mana Bobby disebutkan sebagai mainan modern yang sangat laris saat peluncurannya. Begitu pula dengan Chucky. Keduanya merupakan mainan yang sangat disukai oleh anak kecil meskipun bentuknya—jika dilihat secara umum—memberikan kesan kurang nyaman bagi yang menatapnya. Di samping kemiripan tersebut, sifat kejam dan suka membunuh manusia juga ditunjukkan oleh keduanya. Yang membedakan adalah genre yang dimainkan antara dua karakter tersebut. Chucky membintangi film horor komedi. Sedangkan Bobby bermain dalam genre horor, slasher, dan drama.
Di samping Child’s Play, beberapa adegan dalam The Doll 3 juga mengingatkan kita pada beberapa film horor pendahulunya. Tak perlu lagi menyebut adegan menggorok leher atau menusuk korban berkali-kali yang juga sering dilakukan Chucky. Adegan ketika Aryan terjebak dalam ruang sauna yang suhunya meninggi di luar batas, sepintas memutar kembali ingatan mereka yang pernah menyaksikan film 274°F. Begitu pula adegan khas banyak film horor luar negeri yakni memanggil polisi ke sebuah rumah yang menjadi TKP tetapi malah menjadikan polisi tersebut sebagai korban.
Selain itu, kehadiran tokoh Laras dan Raynard pastinya akan menyetir benak penonton untuk membandingkannya dengan pasangan pengusir hantu paling terkenal seantero jagat, Lorraine dan Ed Warren. Belum lagi, bagian mengunci boneka Bobby dalam sebuah kotak di ruang bawah tanah sungguh persis ketika Lorraine dan Ed juga mengamankan Anabelle. Bisa dibilang, The Doll 3 ini seperti rangkuman dari berbagai film horor populer yang pernah tayang sebelumnya.
Walaupun terinspirasi dari banyak film horor yang sukses meraih minat penonton, bukan berarti The Doll 3 tanpa cela. Jika penonton berpikir kritis, akan ada banyak kejanggalan yang bisa ditemukan sepanjang cerita. Salah satu keanehan yang paling terlihat adalah ketidaksesuaian antara rumah Rere yang diperankan oleh Masayu Anastasia dengan pekerjaan yang dipunyai sebelum mengundurkan diri. Dikisahkan, Rere adalah staff gudang pada suatu toko mainan bernama Toys Island yang menjual boneka Bobby. Dia adalah anak buah dari Tara (Masayu Anastasia). Lucunya, rumah Rere sangatlah mewah. Bahkan monitor yang dipakai untuk CCTV-nya bermerek Apple. Rasanya, agak kurang cocok dengan profesi Rere tanpa bermaksud merendahkan.
Kejanggalan kedua terkait dengan tokoh Aryan yang sepertinya memiliki 9 nyawa seperti kucing. Bayangkan saja, Aryan selalu lolos dari kecelakaan maut yang diakibatkan oleh Bobby. Berawal dari terpanggang dalam ruang sauna yang menyebabkan ia luka karena memecahkan kaca, lalu terjun bebas dari elevator di atas lantai 20, ditusuk pisau beberapa kali, dan berakhir dengan jatuh dari lantai atas serta menimpa atap mobil karena dipukul dengan tabung APAR, ia tetap saja hidup. Ditambah lagi, Aryan, sebagai seorang yang sukses dan kaya raya, salah melafalkan “Island” dengan cara yang benar pada penghujung film. Namun bagaimanapun, film The Doll 3 ini layak tonton sebagai hiburan tanpa perlu berpikir terlalu keras. Nikmati saja alurnya. Apalagi, film ini juga menyajikan plot twist yang cukup membagongkan.
Udahhh gas ke bioskop mumpung banyak libur. Eh, lembur ya? Yamaap.
Sumber gambar: Akun Instagram @film_thedoll
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Tertawa dari Awal Sampai Akhir Bersama Film Srimulat: Hil yang Mustahal