Sudah 6 tahun saya menunggangi motor Honda PCX. Ini bisa dibilang motor saya paling lama. Motor ini menemani saya dari masih pacaran hingga punya anak satu, dari karier yang cupu hingga masih cupu juga, tapi mendingan. Pokoknya, motor ini saksi perjalanan saya dari nol ke agak mendingan lah.
Tapi saya juga jadi saksi motor ini menua. Motor ini dulu amat sigap membawa saya membelah Jogja, tapi kini motor ini mulai mengirimkan sinyal bahwa dirinya tua. Yah, 6 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Banyak orang bahkan tidak memakai motor separuh masa saya. Tapi, setia dengan motor ini bukanlah pilihan, karena memang sekalipun menurun, motor ini masih menunjukkan keperkasaannya.
Dan dalam artikel ini, saya mau memberikan review penggunaan motor Honda PCX setelah 6 tahun.
Mulai menua, mulai menurun
Saya tidak bisa bilang motor ini seprima dulu. Mungkin semua karena perawatan yang ala kadarnya, yang penting tertib ganti oli. Jadi terasa betul motor ini kadang ngos-ngosan, padahal dulu nggak pernah merasa gini. Dulu saya merasa hina betul disalip Honda BeAT. Tapi sekarang, kalau udah lumayan jauh, saya memilih untuk tidak mengejar.
Dulu sih, saya voor. Sana mau sejauh apa, tak ladeni. Sekarang, wis kono, cegeh aku.
Sebenarnya bisa-bisa saja motor ini melaju sekencang dulu. Tapi kok saya merasa motor ini jadi bekerja lebih keras. Sedangkan saya masih ingin berlayar lebih jauh bersama motor ini, jadi ya saya eman-eman. Kalau rusak, berabe. Motor Honda PCX perawatannya nggak murah je.
Tapi ya saya nggak bisa berharap banyak, wong ini motor udah tua. Meski ya saya pikir motor 30 juta mosok nggak tahan lama. Cuman memang jangan berharap begitu tinggi.
Mungkin kalau saya menaruh perhatian lebih, saya yakin motor ini kembali sedia kala. Keknya 10 juta buat servis full sama ganti-ganti cukup deh.
Motor Honda PCX tetap worth untuk dibeli
Penurunan motor Honda PCX yang saya rasakan memang kentara di bagian performa. Sebenarnya di bagian peredam kejut juga lumayan terasa. Tapi faktornya ini bisa banyak, seperti pemilihan ban juga bisa jadi faktor. Saya sempat salah memilih ban, yang bikin motor terasa nggak enak. Bukan murahan sih, tapi nggak enak saja. Begitu ganti, enak-enak aja.
Oh iya, gredek dan stang yang gampang goyang makin terasa di tahun keenam ini. Sudah berkali-kali saya bawa ke bengkel resmi, lalu nggak goyang lagi. Cuma kumat lagi beberapa waktu kemudian.
Nah, pertanyaannya, worth nggak beli motor Honda PCX?
Saya sih akan bilang worth, sekalipun edisi lama dan seken. Versi 150 cc setau saya masih pake rangka lama, jadi aman. Tapi kudu cek kelistrikan dan mesinnya. Soalnya kalau kamu beli seken umur lama, dua hal inilah yang paling bikin khawatir.
Kalau versi baru, saya nggak pernah pakai. Cuman menurut saya motor baru sih enak-enak aja harusnya. Kalau dia beneran upgrade dari 150 cc, the more reason untuk beli.
Jadi, kesimpulannya, setelah 6 tahun, motor saya gimana?
Masih enak, harian masih begitu nyaman. Cuma untuk perjalanan jarak jauh, terasa betul motor ini mulai berkurang nafasnya. Dia tak terasa sekuat dulu, tapi masih terhitung kuat. Kalau dibilang apakah saya masih mau pake motor ini sampai beberapa tahun ke depan, saya sih dengan lantang akan menjawab iya.
Terlepas dari perasaan sentimentil, saya merasa motor ini adalah motor yang bisa diajak berlayar lebih lama. Dan tidak ada penyesalan sama sekali punya motor Honda PCX.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Honda PCX? Motor Premium yang Susah Putar Balik Itu?
