Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Reuni yang Berujung Malapetaka

R Fauzi Fuadi oleh R Fauzi Fuadi
23 Juni 2019
A A
reuni malapetaka

reuni malapetaka

Share on FacebookShare on Twitter

Di malam Jumat atau tidak—sesungguhnya, mereka yang tak kasat mata selalu mengintai orang-orang yang penakut dan suka berhalusinasi jika berada dalam ruang yang gelap, sepi, lagi sunyi.

Sekira dua minggu yang lalu, sejak tulisan ini dimuat. Seorang kawan sebut saja Khoir—pria berusia 24 tahun—pernah menggalami hal yang saya pikir cukup mengerikan dan membuat bulu kuduk merinding. Sehari setelahnya, dia menceritakan kejadian itu pada saya lewat telepon Whatsapp di malam hari, sekira pukul 00.30—dia nampak cerdik dalam menempatkan segala sesuatu rupanya.

Alkisah, saya beserta kawan-kawan satu leting waktu masih di SMA dulu, termasuk Khoir mengadakan reuni setiap tahunnya—dan ini reuni yang kedua. Diseleggarakan di desa kawan yang dalam menempuh perjalanan, kami harus melewati sawah, perkebunan, dan kuburan. Ditambah lagi tak ada penerangan jalan selain cahaya dari lampu motor yang berlalu lalang.

Reuni tahun ini sedikit agak berbeda dengan tahun lalu, yang membedakannya adalah tempat dan jumlah orang. Agendanya tetap sama, bakar ikan dan makan bersama. Diselenggarakan hari Sabtu, dimulai pukul 20.00 sampai selesai.

Singkat cerita, usai melaksanakan serangkaian acara, sebagian ada yang lagsung pulang dan sebagian lagi ada yang tidur di rumah kawan, saya termasuk di dalamnya. Dan Khoir lebih memilih untuk pulang, saya mencoba untuk membujuknya agar kembali setelah subuh, tapi dia tetap kukuh, memilih untuk tetap pulang malam itu juga.

“Ati-ati ndek dalan, Ir. Terutama pas ngelewati alas—kebun—ojo banter-banter. Kalem wae,” pesan kawan si tuan rumah.

“Siap, lur,” ujarnya.

Khoir sengaja tidak bareng dengan teman-teman yang pulang malam itu juga, sebab masih ada keperluan dengan kawan lamanya. Usai berbincang agak lama barulah dia pulang sendiri—malam itu juga. Untuk menyiasati agar tidak nyasar, dia mencoba untuk membuka Google Maps dan mempelajarinya terlebih dahulu. Maklum, dia baru kali pertama menjajaki jalanan desa itu. Sekira sudah paham dengan rute yang dituju, maka berangkatlah dia di malam hari tanpa purnama.

Baca Juga:

4 Keuntungan Punya Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Orang

Live Berburu Hantu di TikTok Sangat Tidak Pantas, para Kreator Sudah Keterlaluan!

Di awal perjalanan, Khoir masih mendapati rumah warga, tapi jalanan sudah nampak sepi, hanya ada satu dua motor yang berlalu-lalang, selebihnya suara jangkrik dan kelelawar yang berkali-kali melintasinya. Perjalanan menuju rumahnya memakan waktu yang cukup lama, kurang lebih setengah jam dengan kecepatan rata-rata 60-80 km/jam.

Sepuluh menit pertama, Khoir telah mencapai batas akhir perumahan warga, selebihnya dia mendapati kebun yang ditumbuhi pohon jati—atau lebih tepatnya hutan jati—serta kuburan yang minim penerangan—hanya ada satu hingga tiga lampu di sana, selebihnya gelap gulita. Ketika melewati jalanan sepi itu, dia langsung menambah kecepatannya. “Takut ada yang menampakan wujud,” ujarnya.

Usai melewati kuburan, di depan sana, dia mendapati gapura desa dan berinisiatif untuk berhenti sejenak guna memasang mp3 dengan headset—gunanya agar mengalihkan fokus dan tidak terpengaruh jika ada hal-hal aneh yang dia takuti. Saya pikir ada benarnya juga. Sebenarnya, tepat di depan gapura desa terdapat perempatan jalan yang menghubungkan ke empat desa, maka tak heran jika hanya perempatan ini satu-satunya jalan yang terang.

Sembari memasang headset, dia baru sadar ternyata ada pohon beringin di samping kirinya. Dia kaget bukan kepalang, jantungnya berdetak tak karuan. Tapi dia segera menguasai diri, dia percaya bahwa pohon beringin adalah tempat genderuwo beserta keluarga besarnya bersemayam, maka dia mengucapkan, “Punten, hanya sekadar lewat. Punten,”—dengan gugup dan ketakutan.

Seberes memasang headset dengan pemutaran lagu random. Dia pun menyalakan motornya, menstarter dan mengengkolnya. Tapi nahas, berkali-kali dia menyalakan motor dengan kedua cara tersebut, tapi hasilnya nihil.

“Wah, modyar iki lek mesine gak iso murup!” ujarnya sembari menengok kanan-kiri. Berkali-kali dia mengengkol motor tapi tidak berhasil, maka dia terpaksa turun dan memeriksa busi. Suasana semakin sepi dan mencekam.

Di tengah-tengah dia memeriksa busi, tiba-tiba ada suara aneh dari atas pohon, seperti orang yang sedang bersendawa. Khoir reflek melihat ke atas pohon itu—tapi tidak ada apa-apa. Dia lalu mempercepat prosesnya dan akhirnya selesai juga.

Suara misterius itu terdengar lagi yang kedua kalinya, dia semakin ketakutan. Sejurus dengan itu pada engkolan pertama, motor menyala, tanpa babibu dia langsung tancap gas. Keringat dingin keluar dari pori-pori dahinya.

Sekira 30 meter dari jarak dia dan pohon beringin itu, Khoir melihat kaca spion kirinya. Dan benar saja, dia mendapati sosok tinggi, besar, hitam, rambut acak-acakan, dengan wajah yang sangat menyeramkan sedang berdiri di atas pohon. Demi melihat sosok itu, dia langsung menaikan kecepatannya, hingga mentok di angka 80 km/jam—sebab motor yang dia naiki berjenis bebek.

Tapi nahasnya, lampu motor tidak bisa menjangkau jauh kedepan, hanya dapat menjangkau 15 meter. Oleh karenanya, dia harus berhati-hati di setiap tikungan. Dan benar saja, di tikungan yang kesekian, dia hampir keterusan dan terperosok ke kubangan, beruntung dengan sigap dia cepat-cepat menegerem roda depan dan belakang secara bersamaan.

Jam menunjukan pukul 00.20. Dia baru dapat setengah perjalanan, dan masih harus melewati jalanan yang di kanan kirinya berupa kebun dan hutan jati, tanpa adanya penerangan jalan. Dan pada saat itu pula, hanya dia satu-satunya orang yang melintasi jalanan sepi lagi sunyi itu.

Godaan dari makhluk halus tidak berhenti sampai di situ. Lagi-lagi di pertengahan jalan—sebelum masuk ke perkampungan warga —tepat 200 meter di hadapannya, di sisi kanan jalan Khoir melihat ada perempuan yang sedang berjalan sendirian dengan membawa nampan di tangan kirinya. Dia mengenakan daster putih yang nampak kumal dan menjulur sampai tanah dengan rambut yang awut-awutan yang panjangnya sampai lutut.

Dia pikir ia adalah warga sekitar. Tapi semakin dekat, dia pun mendapati perempuan itu ternyata berjalan sedikit agak membungkuk layaknya lansia. Dan akhirnya Khoir berpapasan dengan perempuan itu, kecepatannya agak dikurangi—dia mencoba menengoknya. Dan kamu tahu—jika perempuan itu dideskripsikan secara gamblang—mukanya hancur setengah, matanya terbelalak merah, lehernya lunglai seperti tidak bertulang, lidahnya menjulur hingga tanah, panjang kuku tangannya sekira 30-40 centi, dan—maaf—payudaranya menjulur hingga lutut. Seperti itulah.

Setelah melihat sosok itu dari jarak dekat, dia shock setengah mampus. Lantas menggeber gas sekencang-kencangnya, hingga pada akhirnya, dia masuk ke perkampungan warga. Suasana agak tenang, dan membuatnya sedikit agak selow.

“Woo duobol—kuntilanak ra nduwe sopan santun. Ngetokno wujud sakkarepe dhewe!” ujarnya, dengan emosi yang masih tidak karuan.

Di akhir percakapan, dia bilang tidak akan lagi keluar sendirian jika sudah lewat tengah malam, “Wes jan, kuapok tenan aku mlaku ijenan tengah wengi!”

Penyebab dari perkara ini semua adalah ternyata dia lupa berdoa—memohon perlindungan kepada Tuhan agar terhindar dari marabahaya dan malapetaka. Dan saya lantas mengatakan dengan santainya, “Kuapokmu kapan, lur!”

 

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: hantuHorormalapetakaReunitak kasat mata
R Fauzi Fuadi

R Fauzi Fuadi

Suka Jalan-jalan random. Tinggal di Samarinda.

ArtikelTerkait

di bawah pohon mangga

Pria Misterius Berkacamata di Bawah Pohon Mangga

4 Oktober 2019
Fenomena Horor di Dalam Mal Tidak untuk Semua Orang (Unsplash)

Fenomena Horor di Dalam Mal: Tidak untuk Semua Orang

20 April 2023
4 Keuntungan Punya Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Orang Mojok.co

4 Keuntungan Punya Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Orang

1 Mei 2025
midsommar

Panduan Mengikuti Festival Midsommar: Spoiler Alert!

4 September 2019
cara motret hantu komunitas fotografer hantu indonesia mojok.co

Nanya Cara Motret Hantu ke Komunitas Fotografi Hantu Indonesia

10 Agustus 2020
3 Fenomena Alam di Tegal yang Sering Dikaitkan dengan Hal Gaib Mojok.co

3 Fenomena Alam di Tegal yang Sering Dikaitkan dengan Hal Gaib

3 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

10 Desember 2025
4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa Mojok.co

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

11 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.