Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Residu Perang Bubat yang Banyak Dijadikan Alasan Menolak Pernikahan

Puji Khristiana Dyah Nugrahaini oleh Puji Khristiana Dyah Nugrahaini
3 Agustus 2020
A A
Residu Perang Bubat yang Banyak Dijadikan Alasan Menolak Pernikahan MOJOK.CO

Residu Perang Bubat yang Banyak Dijadikan Alasan Menolak Pernikahan MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika asik ngolah daging Idul Adha di dapur, ada sebuah curhatan dari seorang wanita usia matang yang masuk pada inbox media sosial saya. Ceritanya panjang. Namun pada intinya, orang tuanya menolak calon suami yang diajukan hanya gegara berasal dari suku Sunda. Sedangkan dia dari suku Jawa. Dengan alasan, jika suku jawa menikah suku sunda, maka salah satu di antaranya akan meninggal. Residu Perang Bubat masih ada.

Mitos tidak dibolehkannya pernikahan antara suku Jawa dengan suku Sunda lekat dengan sejarah yang terjadi sekitar 663 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1357. Sebuah peristiwa sejarah, Perang Bubat yang melibatkan dua kerajaan besar. Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda.

Peristiwa ini berawal dari niat Raja Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mempersunting sekar kedaton Dyah Pitaloka Citraresmi. Ketertarikan Hayam Wuruk pada kecantikan Citraresmi menjadi gayung bersambut saat Raja Linggabuana yang tidak lain adalah Raja dari kerajaan Sunda sekaligus ayah dari Citraresmi merestui hubungan mereka.

Demi menindaklanjuti surat lamaran, Maharaja Linggabuana berangkat bersama rombongan yang di dalamnya ikut serta Istri dan putrinya, Citraresmi. Keberangkatan mereka ke Majapahit murni untuk melangsungkan pernikahan.

Namun sayang, harapan mereka untuk bisa menjalin hubungan baik dengan Majapahit melalui jalan pernikahan tidak seindah yang dibayangkan. Gajah Mada, Mahapatih Majapahit masih belum bisa menggenapkan Sumpah Palapa. Dari seluruh kerajaan di Nusantara, hanya Sunda saja yang belum mau tunduk.

Gajah Mada menganggap kedatangan Maharaja Linggabuana dan rombongannya sebagai bentuk penyerahan diri Sunda. Bukan semata untuk menjalin tali kekeluargaan melalui hubungan pernikahan.

Sadar harga diri keluarga dan kerajaannya diinjak-injak oleh Gajah Mada dan pasukannya, Linggabuana memutuskan untuk melawan dengan persenjataan ala kadarnya. Datang dengan maksud mengadakan pernikahan dan bukan untuk perang, perbekalan senjata serta pasukan tidak sebanding dengan Majapahit.

Sunda melawan hingga titik penghabisan. Mereka lebih memilih mati terhormat daripada harus menyerahkan diri. Majapahit menang telak dalam Perang Bubat. Peristiwa inilah yang dinamakan Perang Bubat karena terjadi di Pesanggrahan Bubat.

Baca Juga:

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

Kekalahan ini menjadi sejarah getir bagi sebagian masyarakat Sunda hingga sekarang. Perang Bubat dianggap sebagai penghianatan. Sebuah luka lama yang percikannya mampu menjadi emosi kolektif bagi sebagian masyarakat Sunda. Dampanya, renggangnya dua suku yang secara teritorial masih berada di satu pulau yang sama.

Ratusan tahun berlalu sejak Perang Bubat, tapi ketegangannya kadang masih terasa. Salah satunya, tidak ada nama Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk, dan Jalan Majapahit di sebagian wilayah Jawa Barat, terutama di Bandung. Sebaliknya, tidak ada nama Jalan Siliwangi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Namun, atas inisiasi Sri Sultan Hamengkubuwono X, pada 3 oktober 2017, Jalan Pajajaran dan Jalan Prabu Siliwangi secara resmi ada di Yogyakarta. Lalu diikuti dengan hadirnya Jalan Sunda dan Jalan Prabu Siliwangi di Surabaya pada 6 Maret 2018.

Rekonsiliasi budaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah cara mengakhiri perselisihan. Di Jawa Barat, kini ada nama Jalan Majapahit yang terletak di sisi barat Lapangan Gasibu dan Jalan Hayam Wuruk sebagai pengganti nama Jalan Cimandiri yang ada di sisi barat Gedung Sate.

Dengan harmonisasi dua budaya ini diharapkan Jawa dan Sunda melupakan Perang Bubat. Tidak adanya prasasti atau bukti sejarah konkret tentang Perang Bubat membuat sebagian masyarakat hanya menganggapnya sebagai fiksi. Cerita sejarah tanpa dasar yang sengaja diproduksi dari mulut ke mulut lalu diceritakan dari generasi ke generasi untuk merusak tatanan kerukunan antarsuku.

Dampak Perang Bubat sampai sekarang memang tidak begitu terasa. Namun tidak bisa dimungkiri ada sebagaian masyarakat yang masih mengaitkan peristiwa itu pada mitos tidak diperbolehkannya pernikahan antara Jawa dengan Sunda. Parahnya lagi, perang tersebut hanya digunakan sebagai alasan pembenaran atas sebuah pernikahan yang tidak direstui.

BACA JUGA Cara Ampuh Mengatasi Pelakor atau Pebinor atau tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Agustus 2020 oleh

Tags: gajah madaJawamajapahitperang bubatSunda
Puji Khristiana Dyah Nugrahaini

Puji Khristiana Dyah Nugrahaini

Menulis adalah caraku untuk mengubah galau jadi uang.

ArtikelTerkait

Trowulan, Daerah di Mojokerto yang (Hampir) Tak Mungkin Kena Banjir

Trowulan, Daerah di Mojokerto yang (Hampir) Tak Mungkin Kena Banjir

15 Maret 2024
Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa. Istimewa! (Unsplash)

Hebat! Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa! Wujud Konsistensi dari Daerah Paling Istimewa di Dunia

6 Juli 2024
Kisah Fakboi Ken Arok yang Mampu Taklukkan Hati Ken Dedes mojok.co

Kisah Fakboi Ken Arok yang Mampu Taklukkan Hati Ken Dedes

26 Agustus 2020
Reaksi Saya sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas terminal mojok.co

Reaksi Saya sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas

2 Desember 2021
Culture Shock Orang Jawa yang Merantau ke Barabai Kalimantan Selatan: Nggak Ada Indomaret di Barabai

Culture Shock Orang Jawa yang Merantau ke Barabai Kalimantan Selatan: Nggak Ada Indomaret di Barabai

9 Desember 2023
Kasta Lalapan yang Biasa Jadi Teman Makan Orang Sunda Mojok.co

Kasta Lalapan yang Biasa Jadi Teman Makan Orang Sunda

10 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.