Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Repotnya Punya Teman Yang Suka Menghasut Dan Bermuka Dua

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
27 Mei 2019
A A
teman

teman

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak yang bilang, punya teman yang baik adalah salah satu rezeki dari Tuhan yang patut disyukuri. Kehadiran teman dalam hidup memang tidak jarang memberi warna tersendiri dan bisa membuat seseorang merasa lebih bahagia. Bagi sebagian orang, kadang ada momen yang membuat mereka merasa lebih nyaman untuk menceritakan masalah yang dihadapi kepada teman daripada kepada pasangan atau keluarga. Teman kadang dianalogikan sebagai “tempat sampah” untuk menampung semua cerita sedih maupun bahagia dalam hidup.

Tapi terkadang—tanpa pernah kita duga—bukan tidak mungkin satu dari sekian banyak teman yang kita punya ternyata punya sifat yang menyebalkan. Teman yang suka menghasut, misalnya.

Untuk tipe orang yang seperti ini, biasanya saat dia sedang tidak suka pada seseorang maka hampir setiap waktu yang dia sampaikan kepada kita adalah rasa benci atau tidak sukanya. Dari yang sekadar menyampaikan sampai mengajak kita untuk ghibah. Lalu kemudian—dengan begitu terstruktur, sistematis, dan masif—dia menghasut kita untuk ikut membenci orang yang sama.

Padahal orang yang dia benci justru adalah temannya sendiri yang malah tidak tidak kenal. Kalaupun kenal, tidak begitu akrab. Kalaupun akrab, ya kita tidak punya masalah dengan orang tersebut yang kemudian bisa menjadi alasan untuk kita ikutan tidak suka.

Menurut dia, teman yang baik itu, ya teman yang bisa ikut tidak suka kepada orang yang tidak dia suka juga. Singkatnya, “Kalau kamu temanku, maka musuhku adalah musuhmu juga.” Begitu cara berpikirnya—gila toh?

Yang juga terasa ajaib dari teman yang suka menghasut ini adalah—entah dari mana sumbernya  dan bagaimana cara mendapatkannya—dia selalu punya stock “ujaran kebencian”. Ada saja tingkah laku orang lain yang bisa banget untuk dia caci maki setengah mampus. Dia seperti punya banyak waktu luang untuk memerhatikan hidup orang lain. Pokoknya hari yang sedang berjalan itu jadi tidak sempurna kalau belum membicarakan sisi buruk dari orang yang tidak dia suka. Heran akutu~

Menghadapi teman seperti ini memang bisa membuat kita jadi lebih sering istighfar. Jangan sampai jadi ikutan gila. Apalagi kalau ternyata sifat suka menghasutnya satu paket dengan sifat munafik. Kepada kita, dia mengungkapkan kebencian atau ketidaksukaannya dengan begitu berapi-api, tetapi kepada orang yang katanya dia benci atau tidak suka, dia malah masih bersikap biasa saja atau bahkan bersikap manis-manis saja. Tidak pernah sekali pun dia kelihatan sedang tidak suka atau benci kepada orang tersebut—dasar munafik.

Tipe orang seperti ini yang berbahaya. Lengah sedikit, malah jadi kita yang bisa ribut sama orang lain. Kita sudah termakan hasutannya, ehh dia malah semakin akrab. Kan jadi pengen berbisik di kupingnya—bacot woy bacot~

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Ketika dijejali jejak digital kemunafikannya, dengan entengnya dia berkilah, “ Ya kan biar bagaimanapun dia temanku. Tidak baik memutus silaturahmi.”

Eh, buset. Kemunafikan malah dianggap cara untuk menjaga silaturahmi, ckckckck.

Nih yah, biar saya kasih tahu. Justru yang lebih pas itu, ketika menemukan kesalahan atau apa pun itu yang membuatmu jadi tidak suka kepada teman sendiri, harusnya sampaikan baik-baik secara langsung—tegur dia, ingatkan dia. Bukan malah disebarkan ke orang lain lalu kemudian memasang tampang sok polos dan sok tidak pernah melakukan apa-apa di depan teman sendiri.

Saya sendiri pernah mendapati beberapa orang yang seperti itu. Di grup WhatsApp suka ghibahin temannya sendiri, suka mengumbar aib temannya sendiri, tapi di unggahan Instagram orang tersebut, dia berkomentar layaknya seorang fans kepada idolanya. Isinya pujian semua. Iiuuuhh… Jijique deh lihatnya!

Kadang ada juga orang yang tidak ingin menegur temannya saat berbuat kesalahan karena takut dianggap ikut campur terlalu jauh. Padahal kalau memang tidak mau ikut campur terlalu jauh, ya harusnya dilakukan dengan total dong—tutup mulut sekalian. Kalau ada yang bertanya, jawabannya cukup, “No comment” atau “Saya tidak tahu, silakan tanyakan langsung sama yang bersangkutan.”

Menjalani suatu hubungan—termasuk pertemanan—memang perkara yang gampang-gampang susah karena ada tanggung jawab moral di dalamnya. Seperti yang dicontohkan Kang Maman (dalam bukunya yang berjudul Sundul Gan) beliau dengan temannya itu, sepakat untuk “Saling mengingatkan jika ada yang tersesat jalan, saling mengulurkan tangan jika ada yang terantuk, dan saling mendukung dalam kebaikan.”

Saya pribadi meyakini jika ketiga hal di atas bisa kita aplikasikan dalam hubungan pertemanan, maka jalinan hubungan pertemanan yang awet dan penuh ketulusan sudah menunggu di depan mata. Teman yang mengingatkan ketika salah jalan, kemudian mengulurkan tangan ketika “terantuk” dan sangat mendukung dalam kebaikan adalah sebenar-benarnya teman yang peduli. Bukan teman yang sekadar pencitraan dan bukan teman “kaleng-kaleng”.

Saya juga selalu menanamkan pada diri sendiri—jika belum bisa menjadi teman yang baik, setidaknya jangan menjadi teman yang merugikan. Menjadi teman yang baik memang tidak mudah, sama tidak mudahnya dengan mengembalikan nama baik setelah terkenal sebagai tukang hasut dan suka bermuka dua. Sekali saja nama tercemar, butuh waktu yang tidak sedikit untuk memulihkannya kembali.

Bukan begitu teman-teman?

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Hubungan SosialMahasiswaPergaulanTeman
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Kemeja Flanel, Pemegang Takhta Tertinggi dalam Dunia Fesyen Mahasiswa

Kemeja Flanel, Pemegang Takhta Tertinggi dalam Dunia Fesyen Mahasiswa

30 Maret 2023
Tips Lulus Cepat dan Cum laude Tidak Berfungsi untuk Kaum Bad Luck terminal mojok.co

Katanya Mahasiswa Pintar, tapi kok Nggak Cum Laude?

30 Juni 2023
BEM Itu Problematik dan Saya Menyesal Telah Bergabung

BEM Itu Problematik dan Saya Menyesal Telah Bergabung

16 September 2022
11 Istilah Tempat yang Cuma Diketahui Mahasiswa ITB

11 Istilah Tempat yang Cuma Diketahui Mahasiswa ITB

3 Oktober 2023
rektor dari luar negeri

Perlukah Mendatangkan Rektor dari Luar Negeri?

29 Juli 2019
Makan di Warteg Harusnya Menduduki Puncak Klasemen Rekomendasi Kuliner terminal mojok.co

Warteg: Romantisme dalam Sepiring Nasi dan Keakraban dengan Mbak Penjualnya

14 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.