Selama lebih dari dua bulan masa karantina, kalian udah ngapain aja? Pasti, tak sedikit dari kalian yang udah menghabiskan berepisode-episode drama Korea, kan? Hayo ngaku….kalau iya, sini tos sama aku! Salah satu drakor yang sudah aku tonton sampai habis adalah Reply 1988.
Siapa yang udah nonton Reply 198? Personally, ini adalah drakor terbaik versi aku. Udah lama banget ditawarin temenku buat nonton, tapi baru niat nonton yah pas musim karantina ini. Dan yes, it’s worth to watch, for sure!
Di sini aku mau rekomendasiin Reply 1988 buat kalian tonton karena aku ngerasa drakor satu ini benar-benar beda. Karena bagiku, setelah melakukan hal yang mengorbankan waktuku, aku harus dapat sesuatu lebih untuk membayar waktuku yang terpakai itu. Ya pokoknya gitu.
Awal nonton Reply 1988, aku udah bahwa drakor satu ini bakal banyak bahas tentang keluarga dan persahabatan. Dan biasanya akan membosankan, bagi beberapa orang. Tapi, entah karena aku anak rantau yang ngekos, aku merasa kalau drakor ini emosional dan buat aku feel home.
Aku bisa ngebayangin gimana kehidupan keluarga dengan tetangga-tetangganya. Aku, yang memang dibesarkan di lingkungan yang rasa ketetanggaannya itu erat, can relate sama drakor ini.
Tentu saja, harta yang paling berharga adalah keluarga. Tapi, tetangga adalah harta berharga lainnya. Bersyukurnya, aku memang dibesarkan di tengah tetangga yang hangat. Persis seperti di Reply 1988.
Momen berbagi atau tukeran makanan. Diteriaki emak dari kejauhan pas kelamaan main bareng tetangga. Masuk ke rumah atau kamar tetangga tanpa perlu izin. Berangkat sekolah bareng walaupun beda sekolah. Buat rusuh bareng temen. Dan sebagainya. Semuanya tergambarkan dengan jelas dan penuh emosi di Reply 1988.
Aku nggak tahu gimana kehidupan bertetangga kalian, apalagi kalian yang tinggal di komplek perumahan tertutup. Tapi percayalah, setelah nonton Reply 1988, emosi bertetangga kalian akan dibangkitkan. Drakor ini memberikan gambaran bahwa tetangga itu harta berharga kedua setelah keluarga.
Tak hanya kehidupan bertetangga, masing-masing keluarga di drakor ini juga me-recall kenangan indah di masa kecilku. Dicereweti emak, berantem sama saudara kandung, orang tua yang berantem dan dieman, hubungan anak dan orang tua yang erat atau canggung, makan bareng keluarga, emak-emak yang ngegosip di depan rumah, bapak-bapak nongkrong bareng, rapat antartetangga, masak bareng, nonton tivi kotak tampilan jadul, janjian main bareng di sore hari, males belajar dan lebih suka ngumpul di rumah tetangga, dan sebagainya.
Dan tentu, semuanya tanpa gadget. Murni menjalin hubungan langsung tanpa gangguan bunyi notifikasi WhatsApp atau merekam semuanya di Instagram Stories. Benar-benar menikmati setiap waktu yang berjalan.
Ah, indahnya Reply 1988 menggambarkan ulang masa kecilku. Bahkan, emosiku semakin dikuras saat mereka semua bertambah dewasa. Harus berpisah satu sama lain. Dan berakhir dengan hubungan romansa yang terjalin antarteman tetangga—untuk yang satu ini aku can’t relate, sih. Hahaha. Tapi, tetap saja aku merasa erat dengan semua suasana itu.
Bertambah usia mungkin bukan keinginan banyak orang. Air mataku menitik saat mereka mulai berpisah untuk mengejar mimpi masing-masing. Suasana tetanggaan makin sepi. Tersisa para orang tua yang sedih karena kini anak mereka adalah “tamu”. Yap, momen anak pulang sama seperti momen tamu berkunjung. Harus menyajikan hal yang tak biasa.
Momen pulang, juga, adalah momen berkumpulnya teman-teman kecil. Berbagi banyak hal kehidupan setelah keluar dari masa kecil. Ah, indah sekali rasanya. Aku benar-benar merindukan masa kecil dan rumahku.
Sampai tibalah saatnya alarm dewasa semakin keras berbunyi. Satu per satu tetangga meninggalkan gang kecil itu, pindah ke rumah baru idaman mereka. Memulai kembali hidup baru yang diimpikan di masa kecil. Lalu, ada yang menikah. Semuanya berubah dan tak akan pernah lagi terulang.
Begitulah indahnya kehidupan harta yang paling berharga itu, keluarga dan tetangga. Aku jadi bertanya-tanya, apakah orang tua dan tetanggaku di sana merasakan hal yang sama?
Entahlah, tapi kalau boleh jujur, aku ingin kembali ke masa lalu dan memodifikasi kehidupan berkeluarga dan bertetanggaku. Semuanya agar kami lebih menikmatinya dan semakin banyak cerita yang ditabung untuk masa depan.
BACA JUGA Posisi Duduk Saat Belajar di Kelas dan Segala Mitosnya atau tulisan Rode Sidauruk lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.