Rekomendasi Film Thailand Underrated yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup

rekomendasi film thailand underrated mojok

rekomendasi film thailand underrated mojok

Bicara tentang dunia perfilman dengan segala komentar yang menguap, bagi saya, film Thailand adalah salah satu yang wajib dimasukkan ke dalam frasa “direkomendasikan”. Dari sisi alur cerita, para pemeran yang memainkan berbagai karakter, sampai dengan klimaks yang berujung plot twist. Semuanya selalu menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan dari banyak film Thailand.

Kalau dibedah dan diingat kembali, hampir semua film Thailand selalu punya unsur: selipan komedi—baik berupa slapstick maupun celetukan jenaka—selipan cerita mengharukan, lalu ditutup dengan plot twist, tapi tetap saja menarik untuk ditonton. Apa pun genre-nya, tiga komponen tersebut pasti ada.

Namun, sebagaimana banyak film yang dihasilkan oleh berbagai negara di belahan benua lainnya, tidak semua film Thailand dikenal oleh banyak orang. Bahkan, tidak sedikit yang diremehkan dan berujung underrated—tidak dikenal, ditonton, atau diperbincangkan oleh banyak orang dengan segala prasangkanya. Padahal, film tersebut tetap punya sisi menarik yang sangat disayangkan jika tidak ditonton. Ya, minimal sekali seumur hidup, lah.

Sebagai penyuka film Thailand, tentu saja saya merasa perlu memberi insight kepada khalayak, bahwa ada beberapa judul film Thailand yang hingga kini dianggap underrated, mungkin juga kurang familiar bagi banyak masyarakat, padahal punya alur cerita yang sangat ciamik, lho. Berikut beberapa judul film di antaranya:

The Iron Ladies

Sebelum dunia ramai membahas soal isu LGBTQ beberapa waktu yang lewat, FYI aja nih, pada 2000, Thailand punya film yang bersinggungan dengan hal tersebut dan dikemas secara jenaka, judulnya The Iron Ladies. Usut punya usut, film ini berdasarkan kisah nyata dari tim voli laki-laki yang juara di turnamen nasional pada 1996 di Thailand.

Sebetulnya, di balik cerita The Iron Ladies yang sangat lucu dan jenaka, terdapat konflik sosial yang cukup kompleks dan mendalam terkait isu LGBTQ. Bagaimana orang di sekitar sulit menerima—bahkan cenderung meremehkan—sekelompok orang yang tergabung dalam LGBTQ. Kemudian, bagaimana caranya orang tua mereka sendiri tetap memberi dukungan, meski orang lain merendahkan, dan lain sebagainya.

Tidak bisa tidak. Sebagai film yang ikonik, The Iron Ladies yang disutradarai oleh Youngyooth Thongkonthun sangat layak dan tetap menarik untuk ditonton di masa sekarang, meski film tersebut sudah tayang dari dua dekade lalu.

Saranae Siblor

Meski dibintangi oleh Mario Maurer, hanya segelintir orang yang tahu akan eksistensi Saranae Siblor. Film yang tayang pada 2010 ini, punya alur cerita yang sangat-sangat-sangat absurd. Nggak ketebak, tapi, absurd. Pokoknya, jangan harap kalian menemukan alur cerita atau konflik yang memukau dari film ini. Ya, gimana ya. Dibilang film horor, tapi lucu. Dibilang film drama, tapi lucu juga. Saya jamin, selama kalian nonton Saranae Siblor—dari awal sampai akhir—kalian nggak akan berhenti ngakak sampai rahang pegal.

My Girl

Bagi saya, My Girl (atau Fan Chan, dalam bahasa Thailand) adalah salah satu film terbaik yang pernah ada. Alur ceritanya sangat ringan dan tidak perlu sampai overthinking untuk mengira-ngira soal akhir kisahnya. Kebanyakan adegan lebih kepada nostalgia masa lalu, hampir tidak ada konflik berat yang njlimet bin ruwet, dan di sini letak menyenangkan dari film ini. Kisah haru, nostalgik, dan kocaknya konflik anak-anak betul-betul membangkitkan kenangan semasa kecil.

FYI, film ini tayang pada 2003 dan disutradarai oleh enam orang sekaligus; Vitcha Gojiew, Songyos Sugmakanan, Nithiwat Tharathorn, Witthaya Thongyooyong, Anusorn Trisirikasem, dan komgrit Triwimol. Apa karena hal ini juga, film My Girl akhirnya menjadi sangat menarik?

The Billionaire

Jika kalian mencari film biografi yang dikemas dengan cara yang asyik dan menarik, The Billionaire adalah film underrated yang sangat direkomendasikan. Film ini mencertikan tentang kisah nyata sekaligus perjuangan dari Top Aitthiphat Kulapopngvanich, pemiliki Tao Kae Noi—camilan rumput laut kriuk yang enaknya adiluhung itu—dalam memulai bisnisnya.

Film ini sangat saya rekomendasikan bagi siapa pun yang lagi giat-giatnya menekuni bisnis. Sebab, ada beberapa kata motivasi yang menyulut semangat biar nggak mudah putus asa di situasi yang sulit sekalipun saat memulai bisnis.

Bismillah, di-endorse Tao Kae Noi.

BACA JUGA Film Thailand Itu Lebih Menarik dari Film Korea, Ini Alasannya dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version