Baru beberapa minggu lalu rasanya saya mengulas Realme C11, hape yang diklaim berbaterai cadas tanpa batas tetapi performanya membuat saya menangis karena diungguli oleh Redmi 8A Pro yang lebih murah. Eh, sudah lahir penerusnya yaitu Redmi 9A. Di sisi lain, Realme juga agresif dan tidak mau kalah. Realme C12 hadir untuk mengisi ruang di antara C11 dan C15. Pertanyaannya, apakah Redmi 9A lebih baik dari Redmi 8A Pro? Apakah Realme C12 menjawab keresahan saya terhadap si C11?
Jangankan Redmi 8A Pro, Redmi 8A pun masih jauh lebih baik dibandingkan Redmi 9A
Kurang tepat jika kita bandingkan Redmi 9A dengan Redmi 8A Pro, jadi pembandingnya diubah jadi versi non-Pro. Redmi 8A varian 2GB/32GB saat ini dijual dengan harga resmi Rp1,35 juta, ketika Redmi 9A dijual dengan harga daring Rp1,2 juta (2GB/32GB) dan Rp1,3 juta (3GB/32GB) serta lebih mahal Rp50 ribu untuk pembelian luring. Bau-bau korting fitur dan memang demikian.
Baterai memang tetap besar, 5000mAh, tetapi daya pengecasan turun dari 18W di Redmi 8A ke 10W di Redmi 9A alias tak lagi punya keunggulan terhadap ponsel lainnya dengan harga di bawah Rp1,5 juta. Biang keladinya adalah perpindahan prosesor ke MediaTek Helio G25. Performanya memang sedikit lebih kencang dari Snapdragon 439 di Redmi 8A, tetapi jelas masih kalah sekitar sepuluh persen dari Helio G35 di Realme C11.
Layar Redmi 9A tetap mengusung teknologi IPS LCD dengan resolusi HD+, tetapi membesar ke 6.53″ dibandingkan Redmi 8A yang hanya mengusung ukuran 6.22″ sehingga ponsel pun memanjang 1 cm. Hanya ada satu kamera belakang beresolusi 13MP dan kamera depan pun downgrade dari 8MP ke 5MP, tetapi tidak masalah karena masih sesuai terhadap kebutuhan. Sisanya, lebih mengenaskan!
Konektor pengecasan kembali ke Micro-USB, bukan USB Type-C alias tidak memenuhi definisi ponsel kekinian bagi banyak warganet. Perlindungan terhadap percikan air dan lapisan Corning Gorilla Glass (GG) juga tidak ada. GG5 di Redmi 8A dengan proteksi terhadap kejatuhan hingga satu meter, turun ke GG3 di Redmi 9 dengan proteksi antigores dan tekanan beban saja, berharap ada di Redmi 9A? Okelah, mungkin itu semua tidak terlalu terasa dalam penggunaan sehari-hari.
Akan tetapi, di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, hilangnya kemampuan untuk mendengarkan radio FM tanpa earphone adalah sebuah kerugian besar. Di tengah jam kerja yang memanjang akibat praktik work from home, menonton televisi dan membaca berita di situs web tentu kalah praktis dibandingkan terhadap mendengarkan radio. Informasi dan hiburan bisa diperoleh secara gratis tanpa memakan kuota internet, ya kan? Masalahnya, meski audio jack 3.5mm-nya ada, tetapi earphone tidak termasuk dalam paket penjualan Redmi 9A alias jadi pengeluaran tambahan.
Meski Tak Ideal, Redmi 9A Masih Lumayan untuk Study From Home
Kesimpulannya, Redmi 9A bukanlah penerus Redmi 8A, apalagi dijadikan senjata untuk melawan Realme C11. Dia lebih layak diposisikan untuk mengembalikan citra keluarga Redmi A sebagai ponsel yang terjangkau setelah harganya terus melonjak dari iterasi ke iterasi, khususnya bagi pelajar yang membutuhkan ponsel murah untuk belajar dari rumah dengan performa memadai. Bermodal Rp1,3 juta, RAM 3GB dan ROM 32GB masuk kategori pas-pasan, masih lebih baik dibandingkan dengan pesaing terdekatnya yaitu Samsung Galaxy A01 dengan RAM 2GB dan ROM 16GB. Jadi, dia memang masih jauh lebih baik dibandingkan ponsel sekelasnya, tetapi sudah pasti bukan lirikan jika memiliki budget yang sedikit lebih besar. Daily driver? Masih pilih Redmi 8A.
Realme C12, Mending C15 Sekalian? Upgrade yang Worth dari C11?
Realme C11 yang berdesain seperti iPhone 11 tidak berhasil menggoyang pasar, termasuk pula tagline-nya yaitu baterai cadas tanpa batas. Kapasitas 5000mAh tidak istimewa dengan harga Rp1,6 juta (2GB/32GB) atau Rp1,7 juta (3GB/32GB). Asus ZenFone Max Pro M1 sudah lama bisa menawarkannya, bahkan prosesornya pun lebih kencang (Snapdragon 636) dan mendukung pengisian cepat berdaya 18W berupa Qualcomm Quick Charge 3.0. Melawan Redmi 8A Pro pun, Realme C11 tak berdaya.
Realme tidak menyerah, sobat. Mereka berusaha membuat kapasitas baterai semakin cadas, tepatnya kini dengan kapasitas 6000mAh. Serangkaian fitur di Realme C15 dipangkas untuk menciptakan seri baru, C12 dengan RAM 3GB dan ROM 32GB seharga Rp1,9 juta, alias lebih murah hanya Rp100 ribu dari C15 (3GB/32GB) dan lebih mahal Rp200 ribu dari C11 (3GB/32GB).
Mari kita bandingkan C12 dan C15. Fitur fast charging di C15 hilang sehingga ponsel ini tahan lama untuk digunakan tetapi durasi mengecasnya tidak kalah lama bahkan bisa hampir dua kali lipat. Reverse charging untuk mengecas perangkat lain juga ada, meskipun saya tidak yakin kalian mau berbagi daya dengan C15 yang dicasnya lama ini. Penurunan resolusi kamera selfie dari 8MP ke 5MP bisa diterima, tetapi hilangnya lensa ultrawide 8MP demi lensa B/W 2MP sulit saya terima karena yang pertama jauh lebih penting. Dengan selisih Rp100 ribu, downgrade seperti ini sulit saya terima.
Sekarang dengan arah sebaliknya, yaitu dari C11. Kapasitas baterai naik dari 5000mAh ke 6000mAh. Dalam hitungan kasar saya, itu berarti kenaikan daya tahan dari enam belas ke sembilan belas jam alias sangat mengesankan ketika pandemi berakhir. Jam lima pagi berangkat dari rumah, pulang ponselnya masih bisa terus dipakai tanpa perlu sambil mengecas hingga jam dua belas malam. Fingerprint ditambahkan dan bagi saya ini lebih praktis dibandingkan face unlock. Selebihnya?
Untuk apa ya menambahkan lensa kamera B/W 2MP ketika sebenarnya bagi saya lensa depth sensor 2MP pun sudah tidak terlalu berguna? Sebaiknya, alih-alih datang dengan tiga lensa kamera belakang, cukup dua saja yaitu lensa utama 13MP dan lensa ultrawide 8MP seperti milik C15, lebih bermanfaat.
Layarnya kini sudah menggunakan Corning Gorilla Glass 3, tetapi hanya memberikan perlindungan terhadap goresan dan tekanan beban. Jika ponsel jatuh, tidak ada perlindungan sama sekali karena fitur seperti ini baru mulai ada di Gorilla Glass 5. Saya masih ingat dengan Galaxy S4 saya, ponsel keluaran tujuh tahun lalu yang sama-sama memiliki GG3, yang pecah dan langsung tidak bisa digunakan ketika jatuh dari ketinggian 50 cm. Lagipula, kebanyakan orang tetap akan menggunakan produk antigores aftermarket sekalipun layarnya sudah menggunakan GG.
Oke, menambah Rp200 ribu dengan upgrade seperti itu tidak memuaskan bagi saya. Baterai besar dan fingerprint memang mantap, tetapi lensa kamera B/W dan layar Gorilla Glass bukan hal yang penting. Andaikan, Realme lebih memilih untuk menaikkan RAM ke 4GB, ROM ke 64GB, atau menghadirkan fast charging, saya mungkin akan merekomendasikannya. Ups, nanti memakan pasar Realme C15 ya?
Redmi 9 untuk Performa dan All-Rounder, Infinix Hot 9 Play Jika Ngotot Baterai Super Besar dan Tidak Peduli Brand
Dengan berhemat Rp100 ribu, saya memilih Redmi 9 saja. Prosesornya Helio G80, jauh lebih kencang dari G35 milik Realme C12. Baterainya memang hanya 5020mAh, tetapi bisa dicas dengan daya 18W jika mau membeli adaptor aftermarket alias menawarkan keseimbangan pengalaman pakai dan cas yang lebih baik. Port pengecasan pun lebih kekinian dengan USB Type-C.
Resolusi layar sudah Full HD (1080p) alias bisa memaksimalkan pengalaman menonton film yang sudah mendukungnya. Saya tidak perlu memilih mau lensa depth sensor atau ultrawide, karena Redmi 9 menyediakan keduanya lengkap dengan lensa kamera makro untuk membentuk sistem quad camera beresolusi 13+8+5+2 MP. Dia juga mengusung RAM 3GB dan ROM 32GB. Jelas, Redmi 9 adalah all-rounder, bukan seperti Realme C12 yang serba tanggung.
Bagi Anda yang ngotot harus memiliki baterai berkapasitas 6000mAh dan tidak masalah dengan brand, Infinix Hot 9 Play (4GB/64GB) adalah pilihan menarik khususnya jika bisa diperoleh melalui flash sale seharga Rp1,6 juta. Sekalipun harus mencarinya ke toko-toko, harganya tidak melebihi Rp1,7 juta. Prosesor dan GPU memang kalah dari Helio G35 di Realme C12 karena hanya mengandalkan Helio A25 (setara Snapdragon 439), tetapi RAM dan ROM lebih besar jelas penting untuk multitasking dan menyimpan data serta aplikasi yang lebih banyak. Jika pernah membaca artikel saya sebelumnya, kalian tentu paham bahwa kombinasi 3GB/32GB itu sesak khususnya bagi pelaku work dan study from home. Tidak ada lensa B/W tidak apa-apa karena bagi saya tidak penting juga. Layar pun sedikit lebih lega dengan ukuran 6.82 inch. Why not? Setidaknya, lebih baik dari Realme C12 dan tetap berhemat!
Sekian ulasan dari Redmi 9A dan Realme C12. Keduanya memiliki posisi yang nanggung di pasaran dan di atas kertas sulit direkomendasikan. Redmi 9A masih bisa dipilih sebagai solusi hemat untuk anak yang membutuhkan ponsel demi study from home, tetapi pendahulunya (8A) masih lebih baik untuk daily driver. Realme C12 adalah upgrade dari C11 yang kurang pas dan tetap terasa overpriced sehingga lebih baik memboyong pulang Redmi 9 atau Infinix Hot 9 Play. Selamat memilih~
BACA JUGA Butuh HP Android Murah? Lirik Ponsel Zaman Old untuk Alternatif di Tengah Pandemi! dan tulisan Christian Evan Chandra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.