Melihat program televisi saat ini memang membuat bosan. Reality show yang minim ide baru, jokes receh yang berulang-ulang. Belum lagi program variety show yang sering menampilkan adegan para artis bertindak “seenaknya”, bahkan tak senonoh, di atas panggung, yang membuat kita gelisah ketika menonton bersama orang tua.
Mungkin hanya berita update virus corona yang bisa memastikan saya menyalakan televisi setiap hari. Itu saja nggak bertahan lama. Bosan, karena info yang disampaikan sudah diketahui lebih dulu dari jagat maya.
Bosan banget, karena pilihannya sangat terbatas. Kalau nggak berita, ya sinetron absurd, hingga acara kuis yang monoton. Ada satu lagi acara, yang nyebelin, tapi punya segmen penonton sangat luas, yaitu reality show. Terutama yang menampilkan kehidupan para artis.
Program yang sesuai dengan pasar penonton Indonesia yang suka kepo akan kehidupan orang lain, yang suka ngehaluin hidup bermewah-mewahan, yang suka berkhayal berada dalam keluarga kaya raya sehingga tiap keinginan yang keluar dari mulut langsung muncul di depan mata tanpa ada kata-kata “Tunggu ada uang dulu ya, Nak.”
Janji Suci, Diary Asix, Diary The Onsu, atau Keluarga Bosque merupakan reality show yang menampilkan keseharian keluarga selebriti. Program seperti ini banyak diangkat dari kanal YouTube. Isinya, hampir selalu soal potret keseharian dari bangun tidur lalu tidur lagi. Hampir segala aktivitas mereka diabadikan lewat vlog YouTube. Views jutaan yang didapat membuat pihak TV tertarik membuat program serupa di platform televisi.
Publik seolah disuguhkan tontonan Youtube dalam program televisi reality show. Namun, jika sebagian orang mengatakan program seperti ini hanyalah ajang pamer kekayaan atau hanya membuat iri banyak orang, saya akan berada di pihak sebaliknya.
Reality show artis di televisi itu bagus dan mendidik. Asalkan kita menyikapinya dengan cara yang terdidik. Disaat orang bilang, “ah Raffi Ahmad mah enak kebutuhan ini itu nya aman, kalo mau seneng-seneng belanja pas PSBB kaya gini tinggal onkang-ongkang klik handphone aja,” saya akan bilang, “iya dong Raffi Ahmad bisa begitu, tapi dia nggak bisa tidur seenak dan senyenyak kita. Dia kerja mulu dari pagi sampe pagi. Toh dia juga keluarin duit banyak buat gaji karyawan di rumahnya.”
Ketika banyak orang terseret arus ego nya yang menginginkan hidup mewah dan serba ada, kita jangan terpaku akan hal itu. Coba mulai mengarahkan fokus ke arah perjalanan hidup mereka yang berliku hingga meraih sukses.
Komedian Sule, misalnya. Dalam tayangan Podcast Deddy Corbuzier dia bercerita bagaimana masa kecil remajanya yang keras. Hidup di jalanan, mengais rezeki dari tongkrongan, sampai kabur dari rumah gara-gara konflik dengan sang ayah. Tidak etis rasanya kita hanya melihat “wujud” mereka yang sekarang bergelimang uang tanpa mencontoh etos perjuangan hidupnya.
Lain Sule lain pula Raffi Ahmad. Sosok yang digadang-gadang sebagai artis terkaya Indonesia ini bahkan “meninggalkan” masa SMP dan SMA demi bekerja keras setelah ayahnya sakit-sakitan dan ekonomi keluarga terguncang. Sudah bekerja sedari SMP membuatnya memiliki karakter pekerja keras yang kuat. Sampai-sampai Image “gila kerja” pun melekat dalam dirinya.
Coba deh dilihat acara seperti Janji Suci Trans7 tentang keluarga Raffi Ahmad. Terlihat dalam kesehariannya, Raffi merupakan implementasi dari image “gila kerja”. Bagaimana tidak “gila kerja”. Wong ke sana ke mari di dalam rumah saja diikuti kamera lengkap dengan kru-kru di belakangnya.
Bayangkan jika kegiatan Anda di rumah, bahkan di dalam kamar, dikuntit oleh orang lain. Hal semacam ini hendaknya disikapi dengan meniru etos kerja seperti itu. Tidak harus “gila kerja”, namun “suka kerja” saja cukup agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Program reality show Keluarga Bosque juga setidaknya menambah semangat hidup berkeluarga kita. Lihat kehangatan Baim Wong kepada istri dan anaknya. Pun dengan mereka yang gemar berbagi rezeki secara random.
Jika tidak mengenal seseorang, kita cenderung menilai dari perkataan media atau gosip orang-orang. Dengan program reality show artis ini, yang notabene hampir menembus privasi kehidupan mereka, kita dapat mengenal mereka lebih dari yang dikatakan media. Kita bisa mengenali dan memotivasi diri agar lebih menghargai proses menuju kesuksesan serta mendapat role model yang baik bagi diri kita.
BACA JUGA Kengenesan yang Dialami Pengendara Motor Smash atau tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.