Kabupaten Jember punya kuliner khas yang memicu perdebatan panjang. Bagaimana tidak terjadi perdebabatan, dari namanya, kuliner ini menggabungkan dua makanan yang punya citra kuat, yakni Rawon Pecel. Jadi makanan ini rawon atau pecel?
Sebagai warga kelahiran Jember, sana nggak pernah menyangka cita rasa panganan ini bisa ada. Namun, ternyata, kuliner ini sudah diresmikan oleh Bupati Jember sebagai makanan khas. Rawon pecel merupakan makanan kombinasi kaldu dicampur dengan salad bersaus kacang.
Ketika mendengar kuliner baru khas Jember yang satu ini, saya tentu mengapresiasi upaya pemerintah itu. Sebab, saat ini makanan khas Kabupaten Jember masih diklaim dari mulut ke mulut saja. Bahkan, untuk melanggengkan dan mengonfirmasi kalau panganan ini khas Kabupaten Jember, bupati telah mensosialisasikan resep panganan ini ke 31 kecamatan. Harapannya, biar nanti ada varian-varian yang lain.
Rawon Pecel yang membingungkan
Ketika saya pertama kali mencoba, sekilas memang biasa saja. Bahkan, orang yang baru pertama kali mencoba pun nggak akan ngeh kalau ini kombinasi antara rawon dan pecel. Orang mungkin hanya bingung saja, ada makanan semacam rawon yang ditambahkan sambal kacang.
Beberapa hari yang lalu, teman saya dari Krian, Sidoarjo, saya ajak menikmati kuliner ini di daerah Kecamatan Rambipuji. Komentar yang keluar dari mulut pertama kali, makanan khas Jember satu ini sangat membingungkan lidahnya. Soalnya, orisinalitas dari kedua kuliner seolah sudah tergerus dan susah dijelaskan di lidah. Mau dibilang rasa kaldunya nendang, tapi kok tercampur sambal kacang. Mau dibilang sambal kacangnya gurih, tapi kok ada semburat rasa kluweknya.
Nggak seperti pecel rawon yang saya lihat di Banyuwangi. Versi Jember punya perbedaan dari sisi teknik penyajian dan komposisinya. Kalau pecel rawon di Banyuwangi, pecelnya yang disiram kuah rawon. Kalau rawon pecel di Jember, santapan rawon yang diberi topping pecel.
Saya sejujurnya nggak kaget-kaget amat dengan percampuran dua kuliner ini. Pasalnya, banyak hal di Jember yang lahir dari tabrak-menabrak seperti itu. Bisa dilihat batik Jember yang terlihat indah justru karena warnanya saling tabrak, misal merah dengan hijau, orange dengan ungu, dan warna cerah lain. Masyarakatnya juga bertabrakan antara Jawa dengan Osing dan Madura yang melahirkan masyarakat Pandhalungan.
Akan tetapi, bagi orang lain yang tidak terbiasa dengan tabrak menabarak seperti ini, kehadiran rawon pecel bisa sangat membingungkan. Atau malah bikin penasaran ya? Kalau pensaran dengan kuliner ini, jangan lupa mencicipinya ketika mampir ke Jember.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Orang Jember Pasti Madura Adalah Salah Kaprah yang Harus Saya Luruskan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.