Sebagai pendengar setia musik ber-genre rap, saya sering sekali mendengar ungkapan bahwa Eminem adalah salah satu MC (sebutan lain rapper) terbaik sepanjang masa. Saya pun ikut mengamini opini ini karena Eminem memang punya diskografi yang luar biasa hebat dalam dunia rap, seperti The Marshall Matter LP, The Eminem Show, dan Relapse-nya yang memberi sumbangan luar biasa pada perkembangan genre rap.
Lantaran keistiqomahan Eminem dalam dunia rap, menjadikannya simbol dalam dunia rap. Sungguh mustahil seorang yang mengaku dirinya sebagai pendengar setia rap tapi tidak mengenal Eminem. Bahkan orang awam pun jika pertama kali mendengar kata rap pasti langsung muncul keyword Eminem dalam benak.
Namun, yang disayangkan orang awam paham kehebatan Eminem hanya ketika ia ngerap dengan sangat sangat sangat cepatnya, seperti dalam lagu “Rap God” yang liriknya meraih rekor sebagai lagu dengan kata terbanyak.
Akan tetapi, bukan hanya karena keahlian Eminem atau rapper lain untuk menuturkan kata satu per satu dengan cepat yang menjadikannya rapper hebat. Setidaknya ada beberapa hal yang membuat rapper jadi luar biasa, di antaranya:
#1 Rhyming
Rhyming atau bersajak adalah nafas dari rap. Seolah tanpa bersajak maka bukan rap namanya. Bersajak yang digunakan dalam rap memiliki perbedaan ketimbang sajak yang digunakan para penyair dalam membuat puisi.
Sajak dalam rap memiliki keunikan tersendiri karena lebih menekankan pada penggunaan kata yang berima ketimbang kata yang mendayu. Seperti menyusun puisi berakhiran a-a-a-a atau puisi berakhiran a-b-a-b.
Bedanya pemilihan kata yang disusun oleh rapper lebih lugas dan tegas sehingga pendengar bisa langsung menangkap maksud kata yang dibicarakan.
Kemampuan seorang rapper dalam bersajak menjadi tolok ukur dalam menilai hebat tidaknya seorang rapper.
#2 Flow
Selain permainan rima yang ditawarkan, rapper juga harus bisa membungkus rima tadi dalam kemasan yang enak untuk disantap. Pemilihan beat yang tepat juga sangat penting karena dapat mempengaruhi emosi para pendengar. Sebenarnya pemilihan beat dapat dilakukan “DJ” tapi rapper pun harus paham karena ketika rapper paham dengan pemilihan beat membuktikan bahwa rapper paham tentang musik dan tidak sekadar menulis rima.
Flow juga melingkupi cara pembawaan ketika bersajak. Setiap rapper biasanya punya ciri khasnya masing-masing ketika ngerap. Gaya ngerap seperti yang bersemangat macam Tupac atau gaya rap yang kalem seperti A$AP Rocky menjadi keunikan tersendiri bagi setiap rapper. Genre rap tidak mengharuskan rapper untuk punya suara yang merdu, jika punya pembawaan yang khas sudah memberi banyak nilai plus.
#3 Konteks
Genre hip-hop lebih tepatnya rap terlahir dari budaya orang-orang Afrika Amerika yang pada saat itu sering diperlakukan rasis oleh orang-orang kulit putih. Orang kulit hitam ini diperlakukan berbeda dengan mereka yang kulit putih, bahkan masih dianggap sebagai kasta manusia terendah di muka bumi sehingga membuat kehidupan orang kulit hitam tidak begitu dipentingkan.
Polisi di Amerika bisa dengan mudah membunuh orang kulit hitam tanpa adanya proses pengadilan sebelumnya. Hal ini membuat orang kulit hitam melakukan perlawanan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai manusia pada umumnya tanpa memedulikan warna kulit.
Rap menjadi salah satu sarana untuk berekspresi dan mengutarakan pendapat pada isu rasisme. Maka tidak sedikit rapper yang mengangkat isu ini sebagai tema utama sebuah lagu atau album. Contohnya seperti grup N.W.A. dalam debut albumnya Straight Out the Compton yang menceritakan keadaan rasisme yang terjadi di lingkungan mereka.
Namun, tidak selamanya rap menceritakan tentang isu rasisme. Seiring dengan berjalannya zaman dan kekreatifan rapper dalam menulis lirik, bermunculan rap dengan sub genre yang membahas isu-isu lainnya seperti kesehatan mental, perjalanan karier dan hidup, pandangan hidup, gangster, percintaan, dan lain-lain. Rapper seperti Lil Uzi Vert, Drake, Kid Cudi, Lil Wayne dll yang menjadi pionir gerakan rap era baru pada modern ini.
Sekalipun begitu, isu rasisme masih tetap saja relevan untuk terus dibicarakan, mengingat rasisme masih terus ada bahkan hingga sekarang. Album Kendrick Lamar, To Pimp A Butterfly cukup menunjukkan bahwa rasisme masih sering terjadi di Amerika.
Rapper yang hebat adalah mereka yang kreatif dalam mengemas isu dan dapat menceritakannya dengan baik. Tak sedikit rapper yang lebih senang diakui sebagai pencerita yang hebat ketimbang penulis lirik yang andal. Karena sejatinya rap (maupun musik bergenre lain) adalah wadah untuk berekspresi dan bercerita.
Maka sungguh tidak masuk di akal ketika rap hanya dipandang sebagai ajang cepat-cepatan ngomong. Rap itu kompleks. Lantaran jika hanya dilihat dari kecepatan berbicara, ibu-ibu kompleks bisa dikatakan rapper ketika ngegibahin tetangganya.
BACA JUGA Problematika Timbul dan Tenggelamnya Musik Hip Hop di Indonesia atau tulisan Nafiis Anshaari lainnya.