“Bayar pakai QRIS ya,” mungkin jadi salah satu kalimat yang paling banyak diucapkan dalam beberapa tahun terakhir. Nggak heran sih, sistem pembayaran nontunai ini kian banyak tersedia di berbagai penyedia barang dan jasa. Bahkan, penjual cilok Rp5.000-an pun menempelkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di salah satu sisi gerobaknya.
Kehadiran QRIS memang memudahkan kehidupan banyak orang. Secara teknis, kalian nggak perlu lagi repot-repot mencari dompet ketika membayar. Pedagang pun nggak perlu repot-repot menyediakan uang kembalian. Pembeli cukup scan QR yang tersedia dan uang yang dibayarkan sudah pasti pas.
QRIS juga memudahkan bagi mereka yang terbiasa tertib dalam menelusuri pengeluaran harian. Sebab, setiap pembayaran akan tercatat dalam mutasi keluar mbanking atau aplikasi pembayaran yang digunakan lainnya.
Sekilas, QRIS memang tampak simpel dan memudahkan. Kenyataannya, banyak kerepotan yang tersembunyi di balik sistem pembayaran itu. Adakalanya, bayar pakai QRIS malah lebih merepotkan daripada pakai tunai.
#1 QRIS bikin lebih boros
Kepraktisan yang ditawarkan QRIS nyatanya malah bisa merepotkan apabila kalian tidak pandai mengelolanya. Kalian bisa menjadi lebih konsumtif daripada melakukan pembayaran dengan secara cash. Mungkin karena tidak membayarkan uang secara fisik ya, jadi orang-orang merasa dana mereka seolah-olah nggak berkurang. Baru terasa uang berkurang ketika memeriksa sisa saldo.
#2 Bergantung pada jaringan internet
Setelah direnungkan lagi, QRIS sebenarnya nggak praktis-praktis amat ya. Ketika melakukan pembayaran, kalian harus memastikan gadget kalian terhubung pada koneksi internet. Sialnya, kalau koneksi internet sedang buruk, kalian juga akan kesulitan menggunakan QRIS.
Jangan bayangkan koneksi internet buruk itu berarti kalian sedang berada di pedalaman. Koneksi internet buruk bahkan bisa terjadi di dalam mal. Misal, ketika mampir gerai toko yang terletak di basement. Jaringan buruk juga bisa terjadi sewaktu-waktu kalau provider sedang dalam periode perbaikan.
Baca halaman selanjutnya: #3 Terbiasa tidak …