Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Purwokerto Punya Fenomena Baru, yaitu Paksel alias Ngapak Jaksel: Logat Ngapak, Gaya Jaksel

Sayyid Muhamad oleh Sayyid Muhamad
27 Juli 2025
A A
Selamat Datang di Purwokerto, Kota Tanpa Ojol di Stasiun

Selamat Datang di Purwokerto, Kota Tanpa Ojol di Stasiun (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Entah sejak kapan tepatnya, Purwokerto benar-benar bisa disebut sebagai daerah akulturasi budaya. Bagaimana tidak, kini Purwokerto dipenuhi oleh para pendatang dari berbagai penjuru Indonesia. Terutama sejak Purwokerto jadi magnet pendidikan, dengan kampus-kampusnya yang makin menjanjikan. Yang paling kentara? Logat para penghuninya.

Dulu, suara khas “ora ngapa-ngapa, sing penting bungah” mendominasi obrolan warung kopi. Dan sekarang, kamu bisa dengar kalimat seperti, “Gua be iya, sama-sama laper.”

Gaya ini disebut oleh netizen lokal sebagai dialek Paksel—perpaduan Ngapak dan Jaksel. Mereka pakai “lu-gua”, tapi tetap disisipi bumbu ngapak yang tak bisa ditinggalkan: “gua be iya,” “lu ngerti mbok?.”

Kalimat-kalimat ini secara linguistik terdengar ganjil, tapi menyimpan daya tarik sosiologis yang tak bisa diabaikan. Gaya berbahasa ini muncul dari dorongan untuk membuka ruang komunikasi yang luas, dan memang karena sudah mendarah daging, akhirnya ciri khas lokal tetap terbawa dalam setiap ucapan.

Ditambah lagi kenyataan sosiolinguistik yang sangat nyata: pertemuan budaya urban dan lokal yang terus berlangsung tanpa henti.

Purwokerto kini tak lagi hanya milik orang ngapak murni. Setiap tahun, ribuan mahasiswa dari Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan kota besar lainnya datang menuntut ilmu di kampus-kampus seperti UIN, Unsoed, Poltekkes, UMP, UNWIKU, hingga AMIKOM. Mereka membawa gaya bicara masing-masing, dan saat bertemu dengan gaya lokal—maka terciptalah dialek baru: Paksel.

Ada juga sisi lucunya. Beberapa konten kreator lokal mulai menjadikan dialek Paksel sebagai bahan konten. Misalnya, konten parodi kuliah daring, sketsa anak kos, atau percakapan sehari-hari yang semuanya pakai campuran gaya Jaksel dan Ngapak. Penonton ngakak dan juga merasa dekat.

Paksel hilang saat liburan

Meski gaya bicara Paksel makin merajalela, tetap saja ada orang-orang yang merasa gengsi untuk menggunakannya. Bagi mereka, mempertahankan logat Ngapak adalah soal harga diri dan keaslian identitas. Campuran kosakata seperti “lu” atau “gua” dianggap justru mengaburkan jati diri orang Purwokerto yang seharusnya khas dan membumi.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

Namun begitu, percampuran ini tak bisa dicegah sepenuhnya. Bahasa berjalan mengikuti penggunanya, dan selama pergaulan terus mempertemukan anak daerah dengan pendatang, gaya-gaya baru akan terus lahir, meskipun tak semua orang merasa nyaman dengannya.

Dan seolah di-pause, ketika musim libur tiba dan para pendatang mudik ke daerah asalnya masing-masing, suasana Purwokerto berubah drastis. Obrolan warung kopi kembali didominasi logat Ngapak murni tanpa sisipan “lu-gua” yang sempat akrab di telinga. Jalanan jadi lebih lengang, kos-kosan lebih sepi, dan kampus-kampus seperti kembali ke ritme lokalnya. Dialek Paksel yang sempat ramai diunggah dan ditiru mendadak hilang dari percakapan sehari-hari, seperti menunggu tuan rumahnya pulang lagi.

Sebab ngapak tidak hanya milik Purwokerto saja

Bahwa saya sebagai warga asli Purwokerto, terkadang memang merasa risih mendengar logat ngapak dilafalkan dengan cara yang setengah-setengah. Seolah dipakai hanya untuk lucu-lucuan, bukan sebagai bentuk penghormatan terhadap identitas lokal. Rasanya ganjil, ketika seseorang yang baru beberapa bulan tinggal di sini, tiba-tiba menyelipkan kata “mbok” atau “be iya” hanya untuk mengundang tawa. Ada perasaan yang sulit dijelaskan—antara senang karena logat ini dikenali, tapi juga was-was karena bisa saja maknanya bergeser jadi sekadar gimmick.

Meski begitu, saya mencoba melihatnya dari sisi lain. Kalau memang ini bagian dari proses adaptasi, dan tidak dimaksudkan untuk merendahkan, mungkin memang begitulah jalan bahasa: ia selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Maka saya pikir, semoga saja ini membawa hal baik. Setidaknya logat ngapak tidak punah, malah mungkin sedang berkembang dengan caranya sendiri.

Satu lagi, karena ngapak bukan cuma milik Purwokerto. Bagaimana dengan daerah lain seperti Cilacap, Tegal, atau Purbalingga?

Penulis: Sayyid Muhamad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Purwokerto Adalah Daerah Paling Aneh karena Bukan Kota, Kurang Pas Disebut Kabupaten, Apalagi Menjadi Kecamatan. Maunya Apa, sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Juli 2025 oleh

Tags: logat jakselngapakpurwokerto
Sayyid Muhamad

Sayyid Muhamad

Santri penuh waktu, mahasiswa separuh waktu, insyaallah warga negara Indonesia seumur hidup.

ArtikelTerkait

Hidup di Patikraja Banyumas: Jauh dari Keramaian, Restoran yang Ada Cuma Rocket Chicken, tapi Suasananya Bikin Damai di Jiwa

Hidup di Patikraja Banyumas: Jauh dari Keramaian, Restoran yang Ada Cuma Rocket Chicken, tapi Suasananya Bikin Damai di Jiwa

22 Mei 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
4 Pekerjaan di Purwokerto yang Punya Prospek Cerah

4 Pekerjaan di Purwokerto yang Punya Prospek Cerah

14 September 2025
Wisuda UIN SAIZU Purwokerto: Wisuda Terbaik yang Nggak Menguras Duit, Justru Dapat Banyak Benefit

Wisuda UIN SAIZU Purwokerto: Wisuda Terbaik yang Nggak Menguras Duit, Justru Dapat Banyak Benefit

5 Desember 2023
Sudah Saatnya Warga Jogja Menggunakan Fitur Klakson Saat Berkendara, Sebab Jalanan Jogja Sudah Mulai Berbahaya jogja istimewa purwokerto

Saya Baru Bisa Mensyukuri Purwokerto Setelah Merantau ke Jogja, Kota Istimewa yang Malah Bikin Saya Gundah Gulana

12 Mei 2025
Purwokerto dan Masalah Lalu Lintas yang Bikin Pengendara Murka (Unsplash)

Lampu Lalu Lintas Perempatan Tanjung, Lampu Merah Paling Bedebah di Purwokerto yang Membuat Pengendara Murka

5 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.