Pada hari raya tahun ini, undangan silaturahmi berdatangan. Saya menyempatkan diri untuk hadir di semua acara silaturahmi selama waktunya tidak bentrok. Salah satu acara halalbihalal yang saya hadiri yaitu silaturahmi bersama rekan kerja. Kebetulan, acaranya berada di Kecamatan Kutasari. Lokasinya hanya berjarak 15 menit dari pusat Kota Purbalingga.
Sesampainya di sana, ada beberapa kawan senior saya yang menggerutu lantaran kemacetan yang dialami. Pasca Lebaran, kemacetan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan. Tak terkecuali di kota yang terkenal sebagai sentra knalpot ini.
Saat senior saya menyampaikan keluh kesahnya mengenai beberapa titik kemacetan di Kota Perwira, saya mendengarkan dengan seksama. Saya banyak setuju dengan pernyataan yang beliau sampaikan. Memang, di Purbalingga beberapa persimpangan yang menjadi langganan macet. Bukan hanya saat libur lebaran saja, melainkan juga pada hari-hari biasa.
Sebagai warga Purbalingga, saya merasa sungkan untuk melewati perempatan atau persimpangan yang lamanya nggak karuan. Bahkan, seorang kawan bergurau kalau melewati wilayah ini bisa disambi kuliah 14 semester. Ungkapan tersebut tentu hanya satire lantaran saking macetnya daerah tersebut.
Daftar Isi
#1 Perempatan Sirongge momok bagi warga Purbalingga
Perempatan satu ini menjadi momok bagi pengendara Purbalingga. Selain durasi lampu lalu lintas yang lama, di titik ini banyak pengendara roda empat yang memaksa untuk menyerobot antrian. Perempatan Sirongge menjadi pertemuan tiga jalan besar. Mulai dari Jalan Aw Sumarmo di sisi selatan dan utara, Jalan Letnan Sudani di sebelah barat hingga Jalan Tentara Pelajar di sisi timur.
Para pengendara dari arah Purbalingga kota yang akan menuju Pemalang atau pantai utara Jawa pasti akan melewati persimpangan ini. Makanya, tak heran kalau Perempatan Sirongge selalu dipenuhi oleh kendaraan besar seperti bus dan truk. Cukup berbahaya memang.
Untuk menembus kemacetan di lampu lalu lintas perempatan ini perlu kesabaran ekstra. Berdasarkan penuturan senior saya, beliau terjebak hingga 5 kali lampu merah di perempatan ini. Saya geleng-geleng kepala. Jangankan saat Lebaran, di hari biasa pun saya sering terjebak hingga tiga kali lampu merah di perempat tersebut manakala menggunakan mobil.
Kadang, para pengendara roda dua pun kesulitan untuk menerobos hingga ke bagian depan lampu lalu lintas. Hal ini tentu karena bus dan truk besar tidak memberikan celah sedikit pun para pengendara bermotor untuk melintasinya. Mau nggak mau, saya harus sedikit bersabar sambil banyak mengumpat manakala terjebak di perempatan ini.
Baca halaman selanjutnya: Perempatan Karang Sentul …
#2 Perempatan Karang Sentul macet tiap pagi dan sore hari
Perempatan Karang Sentul berada di sebelah barat Alun-Alun Purbalingga. Perempatan ini menjadi penghubung antara empat jalan, Jalan Mt Haryono di sisi barat dan timur, Jalan Letnan Yusuf di sebelah selatan, dan Jalan Letnan Sudani di sebelah utara.
Kemacetan di titik ini biasa terjadi saat pagi hari ketika para pelajar dan pekerja berangkat. Sebenarnya nggak hanya pagi hari, saat sore pun sama saja. Mereka (para pelajar dan pekerja pabrik) akan memadati perempatan yang terletak di dekat Taman Edukasi Sentul ini. Apalagi perempatan satu ini menjadi pintu gerbang sebelah barat menuju pusat kota Purbalingga. Kemacetan sering menumpuk dari arah barat. Para pengendara yang datang dari arah Purwokerto harus menunggu lampu lalu lintas dengan kesabaran setebal baja.
#3 Pertigaan Patung Knalpot macet karena nggak ada lampu lalu lintas
Pertigaan Patung Knalpot menjadi tempat yang ikonik di Purbalingga. Pasalnya, di tengah pertigaan ini dibangun sebuah patung yang menjadi simbol Kota Perwira sebagai salah satu sentra penghasil knalpot. Kemacetan di tempat ini disebabkan karena tidak adanya lampu lintas. Selain itu, ukuran jalan di sekitar pertigaan ini tergolong sempit sehingga para pengendara harus bersabar dan mengurangi kecepatan saat melintasinya.
Saya juga sempat melihat beberapa pengendara yang melambat dan hampir berhenti di tengah jalan manakala melintasi pertigaan ini. Bukan karena mogok, melainkan karena mereka ingin mengabadikan kemegahan patung orang yang sedang jongkok sembari memegang palu itu. Bahkan, ada juga pengendara yang rela berhenti di pinggir jalan untuk memotret Patung Knalpot. Mereka yang menepikan kendaraan di pinggir jalan terkadang menimbulkan kemacetan lalu lintas di pertigaan ini. Belum lagi para pengendara yang parkir liar di sekitar Jalan Panjaitan. Hal ini tentu semakin memperparah keadaan.
Itulah tiga titik di Purbalingga yang bakal melatih kesabaran pengendara. Jika kesabaran kalian setipis tisu, saya sarankan supaya kalian memperbanyak istighfar manakala melewati tiga titik kemacetan tersebut. Kalau nggak, lebih baik cari jalan lain saja, Lur!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Purbalingga Bikin Warga Bangga karena Bisa Mengalahkan Purwokerto
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.