Merawat motor Honda Astrea Grand adalah sebuah keniscayaan bagi para pemiliknya. Bapak saya juga punya Astrea Grand. Lebih tepatnya Honda Astrea Impressa rakitan tahun 1999. Lisnya berwarna kuning gradasi oranye kemerah-merahan.
Kondisi si Astrea saat ini udah nggak terawat, nggak layak pakai, dan kalau mau kembali ke sediakala, langkah yang tepat adalah merestorasinya. Tapi sayangnya hal itu belum mampu dilakukan sebab faktor keuangan. Ya kebutuhan pokok aja dulu yang harus terpenuhi. Kalau sudah, baru yang lain-lain.
Sejujurnya saya ingin melakukan itu. Alasan yang mendasari saya ingin merestorasinya, karena motor itu adalah motor pertama yang Bapak miliki. Ada nilai histori yang sangat berharga. Meskipun cuma Astrea, motor itu sangat mewah bagi kami. Kemudian motor itu turun ke saya, turun lagi ke adik saya. Dan sekarang, motor itu teronggok di pojokan ruangan belakang. Kini si Astrea udah menjadi tempat tinggal laba-laba, menjadi sarang debu, dan di atas joknya menjadi tempat berjajarnya perabotan dapur si emak.
Sejujurnya saya sangat merasa berdosa, sebab telah lalai menjaga dan merawat si Astrea yang sudah diamanatkan oleh bapak. Adik saya pun demikian. Lima hari yang lalu, saya sempat berdikusi dengan adik perihal angan-angan restorasi ini. Saya sih nggak muluk-muluk. Cuma kepingin mengelas rangka motor yang udah keropos, memperbaiki jeroan mesin, mengecat ulang body dan rangka, terakhir yang penting starter elektrik harus bisa hidup lagi.
Kemudian ketika itu semua terjadi, biarkan motor itu menjadi teman Emak atau Bapak beraktivitas. Bisa buat pergi ke pasar, buat berangkat kerja, buat beli nasi uduk, buat kendaraan si emak ke sawah, buat belanja sayuran. Atau mungkin menjadi teman bapak di akhir pekan sambil keliling kampung boncengan sama emak seraya mengenang masa-masa jaya si Astrea. Rasanya mungkin ini akan menjadi hadiah yang sangat berarti untuk beliau dari kedua anaknya ini.
Kenapa harus direstorasi? Nggak dijual aja nih?
Ya habis harus gimana lagi, dijual nggak laku. Didiemin gitu aja, ya sayang. Laku sih, tapi dengan harga murah. Mungkin saja bakalan laku 1,5-2 juta. Saya yakin itu harga tertinggi yang berani diambil oleh pembeli. Atau mungkin laku dengan harga ratusan ribu kalau yang beli tukang loak. Saya sih cukup sadar diri ketika ada yang menawar Astrea kami dengan harga segitu. Pasalnya pajak kendaraan dan plat nomor udah “mati” sejak 2016. Dari sini saja udah tercium aroma-aroma duit yang bakal keluar banyak kalau mau Astrea itu bebas dari cegatan isilop di jalan.
Lebih parahnya lagi kondisi mesin yang sudah nggak standar ting-ting. Kini kondisi blok mesin sudah bore up, noken as sudah digerus, head mesin sudah modif biar oil cooler bisa terpasang. Ditambah lagi kenalpot racing, kopling manual, foot step ala-ala road race, karburator pakai Honda Karisma.
Lah emangnya emak atau bapak saya joki road race apa?! Pakai motor dengan mesin ala-ala racing kek gitu. Emak saya mana bisa ngendarain motor koplingan. Mau nggak mau ni motor memang kudu distandarin sesuai pabrikan lagi biar bisa dipakai oleh beliau.
Kalau saya ditanya, part standarnya masih ada atau enggak, Saya jawab ada. Saya yakin ada, sebab saya tahu keluarga saya bukanlah tipikal yang suka jualin barang-barang spare part motor nganggur di rumah. Atau dibarter ke abang jual beli barang bekas yang hasil barternya berupa gelas belimbing atau piring.
Emak saya malah suka merapihkan barang-barang motor kalau ada yang berantakan. Tapi yang pasti, saya nggak tahu di mana part originalnya. Kayaknya saya kudu bongkar kardus-kardus spare part motor yang menumpuk di dekat Astrea Impresa itu.
Perkara restorasi ini memang sudah pasti menghabiskan banyak biaya. Tergantung kondisi motornya. Misalnya kondisi motor Astrea kami ini ya, mesin udah gado-gado kayak gitu, jeroannya pasti ganti baru semua. Mungkin printilan barang jaman dahulunya masih ada yang bisa terpakai lagi. Misalnya bak oli, head mesin, atau blok mesin. Dan saya memperkirakan, buat restorasi mesin saja mesti ngantongin duit paling sedikit Rp2.000.000.
Selain itu masih ada spare part lain yang musti diganti. Misalnya batok kepala yang sudah pecah, seal shock breaker yang sudah jebol, dinamo starter udah mati sama sekali, dan spare part lainnya yang nggak bisa saya rincikan di sini. Tapi secara estimasi yang saya buat di atas kertas, spare part kelistrikan dan body motor ini merogoh kocek sampai Rp1.200.000.
Nah buat perkara las rangka motor yang udah keropos, dari tiga bengkel las yang saya sambangi di sekitaran rumah saya (Bekasi Timur) harganya cukup bervariatif. Mulai dari Rp500.000 sampai Rp1.500.000. Ada yang cuma menerima pengelasan saja dan ada juga yang menerima pengecatan lengkap dengan pendempulan.
Catatannya buat saya, mereka cuma menerima rangkanya saja, nggak terima bongkar pasang. Jadi, kalau saya mau memakai jasa las mereka nih, yaaa musti nyopotin semua part yang nempel di motor termasuk roda dan tangki bensin.
Buat cat ulang body motor pun harganya bervariatif. Tergantung mau dicat dengan jenis cat apa dan mereknya apa. Seorang teman menawarkan jasa pengecatannya ke saya. Dengan cat berwana hitam yang ada xirallic-nya dia buka harga Rp1.500.000. Tapi sayangnya, teman saya itu nggak mau bisikin merek apa yang dia pakai.
Kalau mau hemat lagi dan memang terampil, ngecat sendiri pakai Pylox atau cat semprot merek Samurai juga bisa bagus hasilnya. Tapi sayangnya saya nggak punya keterampilan itu. Wqwqwq~
Jika saya total keseluruhan dengan mengambil angka paling tinggi, saya musti punya bujet Rp6.200.000 untuk merestorasi si Astrea. See? Betapa berharganya kan untuk merestorasi sebuah Astrea. Ini masih belum maksimal.
Rencana saya, spare part yang masih bisa dipakai, ya akan saya pakai lagi. Saya perlu mengakali bujet dengan cara itu biar nggak membengkak banget banget.
Total biaya restorasi Honda Astrea Impressa tahun 1999 di atas sebetulnya nggak bisa menjadi patokan untuk restorasi semua Honda Astrea. Yaaa namanya juga motor tua, yekan?! Pasti kondisi kerusakan dan fisiknya berbeda-beda.
Tapi paling enggak, man-teman punya bayangan lah ya, dari perkiraan biaya yang saya sebutkan itu. Dan moon maap nih, nggak bisa saya rincikan di sini juga. Jadi, buat man-teman yang mau merestorasi kira-kira segitulah ya. Perkara kemahalan atau enggak, balik lagi ke kondisi motor masing-masing. Hehehe.
Oh iya jangan lupa, surat-surat kendaran yang udah lama mati juga wajib diperhitungkan biayanya. Persoalan surat-surat cinta, silakan dihitung masing-masing yha~
BACA JUGA 6 Penyebab Motor Mogok di Jalan dan Solusi Memperbaikinya dan tulisan Allan Maullana lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.