Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Punya Anak Tantrum Saja Pusing, apalagi Punya Presiden yang Tantrum

Maryza Surya Andari oleh Maryza Surya Andari
12 Januari 2024
A A
Punya Anak Tantrum Saja Pusing, apalagi Punya Presiden yang Tantrum

Punya Anak Tantrum Saja Pusing, apalagi Punya Presiden yang Tantrum (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Anak tantrum udah bikin ngeri kan? Bayangin kalau itu presiden

Debat Capres memang sudah berlalu beberapa hari, tapi riuh rendahnya masih terasa hingga sekarang. Format debat yang dibatasi masa yang singkat mampu mengeluarkan sisi terbaik dan terburuk setiap orang yang tertekan, baik oleh waktu maupun lawan. Pemirsa pun jadi bisa melihat bagaimana gaya setiap Capres ketika menjawab, dengan respon atau reaksi.

Sampai sekarang saya masih belum tahu mau nyoblos apa nggak di tanggal 14 Februari. Kalaupun tergerak datang ke TPU, saya juga masih bingung mau nyoblos siapa. Pikir saya mau mbelani atau nyoblos siapa pun, kok sepertinya hidup ya masih tetap sama saja, besok masih tetap harus makaryo lagi. Nggak ada yang ujug-ujug jadiin saya komisaris atau salah transfer dari Cayman Island gitu, eh.

Sikap saya yang cenderung nggak peduli ini berubah 180 derajat setelah Debat Capres terakhir di tanggal 7 Januari. Berhari-hari saya galau dan bimbang perihal Capres ini, mikir negara banget nggak tuh. Setelah saya pikir dan analisis berulang-ulang, ternyata trigger kegalauan ini adalah ketakutan saya punya presiden yang tantrum.

Daftar Isi

  • Anak kecil tantrum itu memang uwaw sekali
  • Bagian-bagian otak
  • Regulasi emosi begitu penting
  • Anak tantrum banting mainan, presiden tantrum, gimana?

Anak kecil tantrum itu memang uwaw sekali

Saya ibu dua orang anak laki-laki yang menggemaskan, tingkah mereka lucu kalau mereka cukup makan dan tidur. Dalam kondisi lapar, lelah, dan tidak nyaman, polah mereka yang gemoy bisa berganti menjadi badai tantrum. Marah, berteriak, menangis, menjerit, memukul, membanting barang, adalah hal yang biasa terjadi ketika tantrum datang.

Menjadi ibu masa kini memang diuntungkan dengan akses informasi yang tidak terbatas. Dari membaca buku, ikut webinar parenting atau sekedar google keyword “tantrum”, jawaban atas permasalahan parenting hadir dalam sekejap mata. Knowledge is power. Dari hasil riset kecil-kecilan sebagai ibu, saya jadi mengerti kalau tantrum bukan sekadar permasalahan anak mau nurut atau tidak.

Tantrum ternyata erat kaitannya dengan kemampuan otak meregulasi emosi. Regulasi emosi ini menjadi penting diajarkan sedari dini agar anak, yang nantinya menjadi manusia dewasa, mampu mengambil keputusan dengan baik bahkan di saat-saat sulit. Kemampuan yang tinggi dalam mengelola emosi akan memampukan individu untuk menghadapi ketegangan dalam kehidupannya (Gross, 1998).

Bagian-bagian otak

Dalam buku The Whole Brain Child, Daniel Siegel menjelaskan bahwasanya otak manusia bukan hanya terbagi menjadi otak kiri atau kanan saja, tetapi juga ada otak bawah dan atas. Otak bawah biasa disebut otak primitif, bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi dasar seperti bernafas, reaksi naluriah dan impulsif, serta emosi-emosi kuat. Otak lantai atas adalah tempat proses mental yang lebih kompleks terjadi, seperti berpikir, menganalisis, berimajinasi dan membuat rencana.

Nah, otak manusia bekerja paling optimal ketika bagian atas dan bawahnya saling terintegrasi. Ketika otak atas dan bawah dapat tersambung dengan baik, maka seseorang mampu mengambil keputusan yang beretika, mempertimbangkan konsekuensi, maupun perasaan orang lain. Kalau sekarang calon pemimpin negara sudah kasar dan galak ketika dikritik, dengan gampangnya berkata ‘goblok’ atau ‘ndasmu’ di forum-forum diskusi yang dihadiri para cendekia, bukankah itu seharusnya red flag?

Regulasi emosi begitu penting

Setiap kali anak saya tantrum, saya akan mengajaknya masuk ke dalam kamar untuk memvalidasi perasaannya dan memeluknya jika diijinkan. Tindakan saya ini bertujuan untuk menenangkan bagian amigdala atau otak primitif. Ketika ia mulai kalem, biasanya anak saya bisa mengungkapkan keinginannya yang kadang sepele misalnya, “Aku ingin makan mie goreng, bu”.

Proses meregulasi emosi memang ribet dan membutuhkan waktu yang lebih lama, karena anak masih nangis jejeritan kadang guling-guling dulu. Bandingkan jika saya memarahinya ketika tantrum, meneriakinya “nangis teross ya!” Badai tantrum itu seketika hilang, tapi anak jadi tidak mengerti bagaimana mengelola emosinya, dan yang terpenting tidak belajar mengintegrasikan otak bagian bawah dan atasnya.

Latihan memvalidasi dan meregulasi emosi ini akan membantu individu membentuk tangga metafora yang menghubungkan bagian otak atas dan bawah. Dengan latihan dan dukungan lingkungan yang baik, otak bagian atas baru akan matang di usia pertengahan dua puluhan. Bagaimana jika otak atas tidak matang dan tidak ada tangga yang menghubungkan otak atas dan bawah? Contoh konkretnya bisa dilihat sekitar kita jika banyak manusia dewasa yang mengutamakan penyelesaian dengan kekerasan atau manipulasi, bahkan memilih flight mode dalam kehidupan.

Saya hanya seorang ibu clueless yang memberdayakan diri dengan membaca dan mempelajari kinerja otak, semata-mata karena anak saya pernah mengalami tantrum parah. Sebagai orang dewasa yang sekarang tingkah lakunya selalu diikuti oleh anak saya, saya menjadi semakin berhati-hati berucap dan bertindak di kala stress atau terpapar tekanan pekerjaan. Sebagai ibu, saya ingin anak saya memiliki kemampuan membuat keputusan yang baik bahkan di kala situasi hidup tidak berpihak kepadanya.

Itu semua gambaran betapa rumitnya anak tantrum. Bayangkan kalau presiden yang tantrum, bayangkan.

Anak tantrum banting mainan, presiden tantrum, gimana?

Saya suka overthinking dengan isu bangsa dan negara Indonesia yang complicated, rakyatnya banyak, agama dan budayanya beragam. Pastilah mengatur negeri ini akan lebih stressful daripada mengelola Singapura, negara dengan luas dan populasi yang jauh lebih sedikit. Belum lagi mengelola kekayaan alam dan mineral yang menurut undang-undang seharusnya dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kejernihan dan kebijaksanaan harus diutamakan oleh kepala pemerintahan, agar keberlimpahan di bumi Indonesia bisa dimanfaatkan rakyat, bukan oligarki. 

Semakin tinggi jabatan, berbanding lurus pula dengan tanggung jawab, dan tekanan. Saya tidak bisa membayangkan jika pemimpin negara reaktif, setiap dihimpit dan didesak permasalahan lokal maupun global. Masalah yang ada bisa jadi hanyalah masalah tak perlu yang dibesar-besarkan.

Ngeri juga emang membayangkan orang nomor satu di negara punya emosi yang tak stabil. Kalau bocil tantrum banting mainan, bisa jadi presiden tantrum bakal banting… harga rumah. Siapa tahu kan?

Penulis: Maryza Surya Andari
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Menangisi Capres Adalah Hal yang Mubazir, Nangisin UMR Jogja noh, Udah kayak Bawang, Bikin Mata Perih!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Januari 2024 oleh

Tags: Anak-Anakpresidenregulasi emositantrum
Maryza Surya Andari

Maryza Surya Andari

Ibu bekerja yang bercita-cita menjadi penulis.

ArtikelTerkait

shinchan

Label Nakal Crayon Shinchan, Bukti Orangtua Asia Tak Pernah Salah

24 Juni 2019
generasi 90-an

Buat Generasi 90-an: Biarkan Anak-Anak Bermain Sesuai Dengan Jamannya

26 Juli 2019
7 Janji Jokowi yang Telah Terpenuhi terminal mojok.co

7 Janji Jokowi yang Telah Dipenuhi

27 Agustus 2021
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Menghibur Aja

13 Mei 2020
puasa beduk belajar puasa setengah hari mojok

Puasa Beduk, Cara Efektif Mengajari Puasa untuk Pemula. #TakjilanTerminal11

18 April 2021
Cerita Rakyat Nusantara yang Sebenarnya Nggak Cocok untuk Anak-anak Terminal Mojok

Cerita Rakyat Nusantara yang Sebenarnya Nggak Cocok untuk Anak-anak

7 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Masuk Ilmu Administrasi Negara supaya Gampang Jadi PNS, Eh Formasi untuk Jurusan Ini Ternyata Dikit, Loker Swasta Juga Sulit Mojok.co

Masuk Ilmu Administrasi Negara supaya Gampang Jadi PNS, Eh Formasi untuk Jurusan Ini Ternyata Dikit, Loker Swasta Juga Sulit

16 Juli 2025
3 Ciri Siomay Enak Dilihat dari Gerobak Penjualnya, Mata Pembeli Harus Jeli

3 “Dosa” Pedagang Siomay Keliling yang Merugikan Pembeli: Ini Siomay atau Karet Ban?

16 Juli 2025
3 Hal Sepele yang Nggak Boleh Dilakukan di Hadapan Orang Tegal

3 Hal Sepele yang Nggak Boleh Dilakukan di Hadapan Orang Tegal

16 Juli 2025
Tidak Semua Orang Doyan Makan Nasi Pecel GOR Satria Purwokerto yang Menyalahi Kodrat, Sebaiknya Pikir Ulang Sebelum Mencicipinya Mojok.co

Tidak Semua Orang Doyan Pecel di GOR Satria Purwokerto yang Menyalahi Kodrat, Sebaiknya Pikir Ulang Sebelum Mencicipinya

11 Juli 2025
Jualan di TikTok Shop Nggak Lebih Mudah dari Shopee: Udah Diburu Waktu untuk Segera Kirim, tapi Duit Cairnya Super Lama

Jualan di TikTok Shop Nggak Lebih Mudah dari Shopee: Udah Diburu Waktu untuk Segera Kirim, tapi Duit Cairnya Super Lama

16 Juli 2025
Motor Bagus Sebanyak Itu di Pasaran dan Kalian Masih Memilih Beli Motor Honda BeAT? Ya Tuhan, Seleramu lho yamaha mio m3

Honda BeAT Terbaru: Motor Paling Laris, tapi Juga yang Paling Cepat Rusak, Mending Beli Yamaha Mio M3!

13 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=ek8g_0FrLQM

DARI MOJOK

  • Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Menu Enak dan Murah, tapi Kerap Kurang Dihargai Pembeli
  • Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah, Merasa Dikucilkan di Kampus Sendiri
  • Sheila on 7 Menjadi Legenda Bukan Hanya karena Musik, tapi Juga Fashion Mereka yang Sederhana dan Membuat Fans Merasa Dekat
  • Naik Bus Jaya Utama Surabaya-Semarang Selalu Mengoyak Batin, Bocah dalam Gendongan Sudah Harus “Mencari Uang” demi Bertahan Hidup
  • Laptop ASUS: Meski Busuk dan Bikin Malu sama Orang Berlaptop “Apel Kroak”, Tapi Saksi Banyak Orang Tuntaskan Skripsi hingga Cari Cuan
  • Apresiasi untuk Ayah yang Antar Anak ke Sekolah Hanyalah Perayaan Simbolis, Pemerintah Belum Selesaikan Masalah Utama

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.