Pulau Nusa Barong adalah sebuah pulau yang berlokasi di ujung selatan Kabupaten Jember. Pesonanya nggak kalah cantik dibandingkan pulau-pulau lain yang ada di Jawa Timur. Meski popularitasnya nggak setenar pulau-pulau lainnya, saya yakin pulau ini bisa menjadi destinasi wisata yang bakal dikunjungi banyak wisatawan. Tapi dengan catatan, warga Jember harus menghilangkan semua framing negatif soal pulau ini.
Daftar Isi
Pulau Nusa Barong, pulau terbesar di Jember yang punya beragam flora dan fauna
Pulau yang secara administratif berlokasi di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, ini merupakan pulau terbesar di Kabupaten Jember. Keberadaan Pulau Nusa Barong hingga saat ini telah menjadi kawasan yang dilindungi sebagai cagar alam oleh pemerintah, bahkan sejak tahun 1920.
Berdasarkan laman dari KLHK RI, sejak tahun 1920, Pulau Nusa Barong sudah diakui sebagai cagar alam dengan nama Cagar Alam Pulau Nusa Barung. Hal ini sesuai dengan SK. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor GB. 46 Stbl 1920 yang diterbitkan dalam Staatsblad No. 736 pada tanggal 9 Oktober 1920 silam. Penetapan ini kemudian diperbaharui melalui SK Menteri Pertanian No. 110/VIII/1957 dengan luas 6.100 hektare.
Kawasan Cagar Alam Pulau Nusa Barung ini juga termasuk bagian dari Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Timur, dengan total luas lebih kurang 1.361.146 hektar. Yakni sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 417/Kpts-II/1999 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juni 1999. Kemudian, diubah kembali melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.395/Menhut-II/2011. Pulau Nusa Barong Jember selanjutnya diumumkan sebagai Suaka Margasatwa (SM) dengan luas 7.635,9 ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.314/MENHUT-II/2013, pada tanggal 1 Mei 2013.
Keberadaan Pulau Nusa Barong tentu mengundang decak kagum para pencinta alam dan tentunya warga Jember sendiri. Bagaimana tidak, Nusa Barong dikenal sebagai surganya flora, fauna, dan ekosistem. Kadisparbud Kabupaten Jember, Bambang Rudianto, menyatakan kalau pulau ini memiliki empat jenis ekosistem, yakni ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan rawa, dan hutan payau. Sementara itu, terdapat pula sebanyak 20 jenis hewan dan 16 jenis tumbuhan yang mendiami kawasan ini.
Pusat penghasil sarang walet Kerajaan Blambangan
Aktivitas niaga yang terjadi pada masa lampau di Pulau Nusa Barong Jember, pada dasarnya menjadi sejarah kebangkitan ekonomi sekaligus hancurnya ekonomi Kerajaan Blambangan. Yakni akibat dari berubahnya komoditas ekonomi sarang walet menjadi komoditas politik.
Peristiwa itu ditandai ketika Adipati Danuningrat, penguasa Blambangan, meminta bantuan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), perusahaan dagang Belanda, untuk melepaskan pengaruh dari bayang-bayang Kerajaan Mengwi di Bali. Dengan imbalan, VOC akan diberikan imbalan berupa sebagian produksi sarang walet.
Namun, di sisi lain, hal itu membuat VOC ikut campur tangan. Campur tangan VOC sekaligus diiringi oleh ancaman-ancaman lain, seperti bajak laut, dsb. Juga, perlawanan dari Kerajaan Blambangan sendiri. Ancaman-ancaman tersebut membuat VOC sesegera mungkin mengosongkan Nusa Barong. Yakni dengan cara memasukkan belerang ke goa-goa, agar tidak ada lagi burung walet yang bersarang di sana.
Keindahannya tertutup oleh kisah mistis dan kisah kelam pertarungan antara Kerajaan Blambangan dan VOC
Lebih jauh, di balik keindahan alam dan sejarahnya itu, Pulau Nusa Barong Jember juga dikelilingi oleh kisah-kisah mistis dan mitos-mitos yang mengerikan. Salah satu mitos yang kerap diceritakan oleh warga-warga setempat adalah keberadaan ular besar yang konon menjaga pulau itu.
Sebab, nama “Barong” sendiri ada yang meyakini memiliki arti ular. Ada juga yang meyakini kalau kata “Barong” berarti kegelapan dari roh-roh jahat. Selain itu, beberapa warga setempat juga mengisahkan tentang adanya harimau putih sebagai tanda penjaga Pulau Nusa Barong.
Di samping itu, dalam sejarahnya pulau ini juga menyimpan kisah kelam pertarungan internal dari Kerajaan Blambangan. Kisah pertarungan itu membuat pulau ini menjadi saksi bisu pertumpahan darah dan kehancuran. Margarana dalam bukunya Ujung Timur Jawa, 1763-1813: Perebutan Hegemoni Blambangan menceritakan kisah kelam antara Sindukupa dan Sindubrama.
Kisah ini bermula ketika VOC mulai memperluas dominasinya di Pulau Nusa Barong. Maka, sejumlah konflik dan pemberontakan timbul di pulau tersebut. Upaya VOC untuk mengendalikan Nusa Barong pada dasarnya malah menciptakan ketegangan antara penguasa lokal di Blambangan. Konflik lokal ini dimulai saat VOC menyatakan niatnya untuk menguasai pulau tersebut, termasuk penduduknya. Beberapa penduduk setuju untuk tunduk pada sistem ekonomi VOC, sementara penduduk lain menolak.
Hal ini menyebabkan terbentuknya dua kelompok yang berselisih. Kelompok yang mendukung kerjasama dengan VOC dipimpin oleh Sindukupa, sementara kelompok yang menentang dipimpin oleh Sindubrama. Kelompok Sindubrama adalah kelompok yang bersikukuh menolak bekerja sama dengan VOC. Singkat cerita, klimaks dari konflik ini adalah pembunuhan Sindukupa, pemimpin yang pro-VOC, oleh anak tirinya sendiri, Sindubrama, yang kontra dengan VOC.
Dua sisi Pulau Nusa Barong Jember
Pulau Nusa Barong yang ada di kota kelahiran saya, dengan keindahan alamnya yang memesona itu, seolah memiliki dualitas yang tidak pernah terpecahkan. Di satu sisi, kita dapat menyaksikan keajaiban alam yang menjadi tempat perlindungan bagi beragam flora dan fauna.
Akan tetapi di sisi lain, pulau ini juga diselimuti oleh kisah-kisah mistis dan kelam yang membuatnya semakin jarang dilirik. Padahal, bagi saya, pulau ini menjadi bukti bahwa keindahan alam dan sejarah sering kali hadir dengan cerita yang tak terduga. Seperti apa yang terjadi di Pulau Nusa Barong Jember ini.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Julukan Jember Kota Tembakau Sudah Tidak Pantas, Sebaiknya Diganti Aja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.