Kalau dilihat-lihat, PRJ Surabaya mirip sama PRJ yang diadakan tiap tahun di Jakarta.
Dalam rangka merayakan ulang tahun provinsi Jawa Timur yang ke-78, pemprov menggelar berbagai acara untuk turut memeriahkan perayaan tersebut. Ada banyak sekali acara yang digelar, misalnya bazaar, jalan sehat, hingga upacara bersama di gedung Grahadi Surabaya. Tapi buat saya yang paling menarik tahun ini adalah event baru di Surabaya yang diberi tajuk Pekan Raya Jatim atau PRJ. Biar lebih gampang, saya akan menyebutnya sebagai PRJ Surabaya sesuai nama di akun Instagramnya.
Dilansir dari beritajatim.com, Pekan Raya Jatim ini merupakan acara pengganti Jatim Fair yang sebelumnya lebih berfokus pada pameran UMKM dan acara musik. Nah, PRJ Surabaya ini jauh lebih meriah karena acara ini merupakan cabang dari Pekan Raya Jakarta yang tiap tahun diadakan di Jakarta dan identik dengan pameran jajanannya sekaligus konser musik pada malam hari.
Acara PRJ Surabaya merupakan inovasi dari PT Jakarta International Expo dan juga pemerintah, sehingga dari segi konsep dan acara memang bisa dibilang hampir sama dengan Pekan Raya Jakarta. Sama-sama banyak diskon, banyak lomba, banyak obral, pokoknya mirip. Sayangnya, menurut saya, event PRJ Surabaya ini kok malah terasa maksa, ya. Bukannya jadi bagus, malah banyak kekurangannya. Biar jelas kenapa, berikut saya berikan alasan-alasannya.
Daftar Isi
#1 Dari namanya aja udah maksa banget
Pertama, mari kita lihat dari hal paling sederhana dulu, yaitu soal nama. Dilihat dari namanya, Pekan Raya Jatim yang kemudian disingkat menjadi PRJ ini sebenarnya udah kelihatan banget maksanya. Masalahnya gini, nama PRJ itu udah identik banget dengan Pekan Raya Jakarta, jadi kalau ada PRJ kedua kok rasanya maksa banget, ya?
Oke, saya paham bahwa yang dijadikan acuan adalah nama provinsi dan bukan nama kotanya, sehingga benar adanya kalau huruf J pada PRJ ini bisa memiliki makna ganda, yakni untuk DKI Jakarta dan Jawa Timur. Saya juga paham kalau yang mengadakan acara ini juga sama-sama PT Jakarta International Expo, jadi adanya kesamaan nama event sangat lumrah. Tapi, bukankah kalau namanya disamakan malah kelihatan nggak kreatif, ya?
Maksud saya, memangnya harus banget ya menggelar event layaknya PRJ tapi tetap menggunakan embel-embel Pekan Raya? Ya nggak salah, sih, tapi kalau untuk konteks Jawa Timur tuh kesannya maksa gitu. Mana kalau disingkat jadi PRJ Surabaya dan PRJ Jakarta biar bisa dibedakan lagi. Jangan bilang kalau misal diadakan di Bandung namanya sama juga PRJ Bandung karena bertempat di Jawa Barat? Harusnya sih namanya bisa beda gitu, misalnya pakai bahasa Inggris, kan nggak ada salahnya.
Baca halaman selanjutnya: Venue dan persiapan kurang pas…
#2 Venue dan persiapan PRJ Surabaya kurang pas
Saya datang ke PRJ Surabaya hanya sekali, yakni dua hari sebelum penutupan. Kalau ditanya soal kesan pertama, jelas saya kaget karena ramenya itu nggak mashok blas. Banyak orang yang datang ke event ini padahal venue yang digunakan relatif kecil.
PRJ Surabaya diadakan di Grand City yang memang biasanya menjadi tempat andalan untuk mengadakan pameran. Tapi, saya rasa untuk pameran berskala besar seperti PRJ ini kok nggak cocok kalau diadakan di Grand City. Menurut saya, penempatan tenant-nya sangat dekat satu sama lain sehingga jalan menjadi sempit. Belum lagi pengunjung yang datang membludak, sehingga membuat pengalaman jalan-jalan di acara ini jadi kurang nyaman.
Tata letak pamerannya juga kurang bagus menurut saya. Ketika masuk ke area PRJ Surabaya, bukannya melihat bazaar, pengunjung malah disuguhi panggung besar dari samping. Alhasil baru masuk aja telinga sudah ketar-ketir mendengar suara dari speaker yang kencang. Selain itu, perjalanan menuju Grand City sendiri juga sulit karena ternyata banyak jalan yang ditutup dan ini malah bikin ribet pengunjung yang datang karena harus memutar jauh untuk mencari jalan pintas.
#3 Konsep boleh sama, tapi lihat sitkon dong!
Saya sempat membaca salah satu komentar netizen di Instagram PRJ Surabaya yang mengatakan bahwa sebaiknya nggak mengadakan event outdoor mengingat Surabaya panas. Saya setuju banget dengan komentar tersebut. Asal kalian tahu ya, Surabaya saat ini sedang panas-panasnya, bahkan menurut BMKG, suhunya mencapai 39 derajat!
Saat saya pergi ke PRJ Surabaya, panasnya bener-bener ora mashok padahal saya datang sore, lho. Baru turun dari mobil aja langsung keringetan. Bayangin deh, kombinasi nikmat panasnya Surabaya ditambah sumpeknya venue PRJ, nggak bahaya ya?
Selain itu, soal wilayah saya rasa Surabaya nggak seluas Jakarta. Surabaya memang kota besar, tapi secara wilayah tentu masih kalah sehingga nggak punya venue untuk event besar-besaran kayak JiExpo. Makanya kalau ada event bazaar besar ditambah konser musik dalam satu waktu di Surabaya saya rasa malah jadinya mengganggu. Mengganggu orang sekitar, mengganggu lalu lintas juga. Banyak lho pengendara motor yang berhenti di pinggiran flyover untuk mengintip acaranya dan itu meresahkan menurut saya.
Sebaiknya sih pihak penyelenggara bisa melakukan riset kecil-kecilan seperti apa cuaca di Surabaya, bagaimana wilayahnya, cocoknya mengadakan event outdoor atau indoor, dsb. Harapannya tentu saja agar event yang dilangsungkan bisa berjalan dengan lancar. Pengunjung nyaman, penyelenggara acara juga tenang.
Begitulah alasan yang membuat PRJ Surabaya terkesan maksa banget. Katanya sih tahun depan bakal ada acara ini lagi. Semoga saja pihak penyelenggara bisa mengevaluasi acara kemarin dan memperbaiki kekurangan yang ada.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Meluruskan Anggapan Keliru Warga Ibu Kota Jakarta Terhadap Surabaya.