Saya yang gemar makan seblak dan seketika was-was ketika mendapat informasi dari salah seorang saudara yang merupakan penjual seblak. Katanya, ada beberapa oknum penjual seblak yang melakukan sederet aksi tidak terpuji demi mendapat cuan sebanyak-banyaknya. Lebih buruknya lagi, tindakan curang itu menbahayakan kesehatan pembeli.
Saudara saya sudah cukup lama menjadi pelaku UMKM jajanan khas Sunda, lebih dari 3 tahun. Itu mengapa dia hafal betul dengan berbagai akal bulus para pelaku usaha ini. Katanya, oknum penjual seblak memakai cara licik ini ketika profit sedang turun-turunnya.
Nah, di bawah ini saya akan paparkan beberapa sisi menjijikan oknum penjual seblak. Saya beri tahu biar kalian lebih berhati-hati ketika beli jajanan Sunda yang satu ini.
Daftar Isi
#1 Mengeringkan cabai yang sudah busuk
Salah satu ciri yang paling menonjol dari seblak adalah sensasi pedasnya. Ini jelas, penyuka seblak sejati pasti nggak mungkin beli seblak, tapi nggak ada pedas-pedasnya. Kurang lengkap rasanya kalau makan seblak, tapi mulut ini belum mendesis kepedasan dan bibir ndower.
Sayangnya, pembeli yang suka sensasi pedas seblak seperti perlu lebih waspada ketika jajan. Usut punya usut, cabai yang dipakai buat seblak itu biasanya ada tiga jenis: cabai merah keriting, cabai merah rawit, dan cabai merah besar. Nah, biasanya, yang cabai merah keriting ini dikeringkan biar pedasnya lebih tajam dan membuat warna merah pada seblak lebih mencolok. Apakah itu yang bikin bahaya? Jelas tidak. Yang bikin bahaya adalah ketika pejual seblak memakai cabai merah keriting yang sudah busuk.
Ada perbedaan antara cabai yang dikeringkan dan cabai busuk. Cabai kering adalah cabai yang masih fresh, tapi sengaja dikeringkan biar pedasnya lebih tajam, awet, dan bikin memesona warna merah pada seblak. Sedangkan cabai busuk, ya cabai yang sudah ada jamur dan bakterinya. Mau diolah sekering apapun, cabai busuk tetaplah bau, nggak enak, dan berbahaya bagi tubuh.
Biasanya, penjual seblak yang punya akal bulus menutupi kebusukan cabai ini dengan mencampurkan cabai yang masih fresh. Tentu saja biar bau busuk dan rasanya nggak terlalu kentara. Maka, kalian kalau mau mendeteksi seblak kayak gini, mau nggak mau harus mencicipinya dulu. Tanda-tandanya selain ada bau busuk, lidah kalian nanti akan merasakan sensasi pedas yang bercampur dengan rasa pahit. Ingat, pahit!
#2 Membekukan daging ayam basi buat bakso
Bagi kalian penyuka seblak dengan topping bakso, maka mulai sekarang berhati-hatilah untuk mengonsumsinya. Rasanya memang enak dan bikin perut kenyang. Bahkan, konon katanya, si seblak topping bakso ini juga bisa jadi pengganti nasi karena mengandung karbohidrat dan protein. Sayangnya, di balik itu semua, ada akal bulus penjual seblak yang wajib kalian waspadai.
Penjual seblak semacam itu biasanya tidak membeli bakso di gerai frozen food atau membuat sendiri dengan cara yang etis. Melainkan mereka membuat bakso dengan memakai daging ayam basi. Iya, basi! Mereka membekukan daging basi itu di freezer kulkas, benar-benar sampai beku, lalu merebusnya dalam waktu lama. Selepas itu, barulah dicampur boraks supaya basinya sulit terdeteksi. Bedebah sekali, bukan?
Sebenarnya, membekukan daging agar tahan lama bukanlah sebuah masalah. Yang menjadi masalah, ketika pedagang seblak menyimpannya terlalu lama sampai warnanya pucat, bau, dan berlendir. Ini jelas bahaya bagi tubuh. Setidaknya menurut Alodokter, kalian bisa sakit perut, mual, muntah, hingga diare. Dan tentu, pedagang seblak berakal bulus peduli setan sama risiko semacam itu.
Mengetahui ciri-ciri seblak menggunakan bakso basi tidaklah sulit. Kalian cukup membelah bakso untuk mencium baunya. Pastikan bagian dalam bakso tidak terkena kuah seblak sehingga aroma asli bakso bisa tercium dengan jelas. Biasanya, kalau bakso menggunakan daging ayamnya basi, pakai boraks, hidung kalian sedikit mencium bau busuk. Kalau masih ragu, coba cicipilah sedikit.
#3 Penjual seblak memakai tulang ayam dan ceker yang tidak laku
Selain topping bakso, kalian juga perlu waspada jika doyan sama seblak tulang ayam dan toping ceker. Ini yang paling gila dan menjijikkan menurut saya. Sebab, ternyata, ada pula oknum penjual seblak yang memakai tulang ayam dan ceker basi. Mengesalkannya lagi, akal bulus ini mereka lakukan dengan pedagang daging ayam di pasaran. Kok bisa?
Ketika belanja tulang ayam dan ceker di pasar, oknum penjual seblak ini berangkatnya saat sore hari. Di saat itu harga tulang ayam dan ceker ketika sore hari itu lebih murah. Tentu saja murah karena ayam sudah tidak segar. Di sinilah akal bulus pedagang seblak dan pedagang daging ayam bersatu. Pedagang seblak bisa dapat untung dan pedagang daging ayam pun jualannya tetap laku.
Adapun cara oknum penjual seblak mengolah tulang ayam dan ceker basi ini dengan merebusnya sama boraks. Tujuannya jelas, supaya bau basi dan rasanya sulit terdeteksi. Tapi tenang saja, walau terkena boraks, sejatinya kalian masih bisa mencermatinya jika sudah membeli. Tanpa kalian makan pun—kalau hidung kalian teliti—sudah pasti tercium bau basi dari tulang ayam dan cekernya. Tapi kalau hidung lagi pilek, ya terpaksa, kalian harus memberanikan diri untuk mencicipinya sedikit.
Saya kurang tahu apakah beberapa akal bulus di atas juga dilakukan oleh pedagang seblak prasmanan. Sebab saudara saya hanya bercerita tentang oknum penjual seblak biasa. Namun, terlepas dari itu, sekarang kalian jadi tahu kan kalau beli seblak memang baiknya jangan hanya bermodalkan duit saja. Sebagian pancaindra juga perlu dipertajam supaya nggak terjebak oknum penjual seblak yang hanya mencari keuntungan.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sisi Gelap Penjual Daging Sapi di Pasar yang Bikin Pembeli Rugi Besar
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.