Kabupaten Purbalingga Bakal Menuai Bencana jika Pertumbuhan Destinasi Wisata Baru Tidak Direncanakan Secara Matang

Kabupaten Purbalingga, Bencana Pariwisata di Depan Mata (Unsplash) purwokerto

Kabupaten Purbalingga, Bencana Pariwisata di Depan Mata (Unsplash)

Ekonomi kreatif menjadi salah satu program pemerintah. Salah satu cara menggeliatkan industri tersebut adalah dengan membuka destinasi wisata baru. Harapannya, destinasi wisata baru tersebut mampu memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Salah satu kabupaten yang gencar membuka destinasi wisata baru adalah Kabupaten Purbalingga. 

Untuk tahun ini saja, Kabupaten Purbalingga mempunyai destinasi wisata yang melimpah. Misalnya, ada wisata alam, edukasi, kuliner, hingga wisata religi.

Namun, saya rasa, kemunculan berbagai destinasi wisata di Kabupaten Purbalingga bisa menjadi prahara di masa depan. Nah, sebelum prahara itu meletus, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan syarat kemunculan destinasi wisata yang baru. Izinkan saya menjelaskan.

Destinasi wisata baru di Kabupaten Purbalingga harus mempunyai nilai jual

Sebelum menentukan sebuah daerah menjadi destinasi wisata baru, sebaiknya pemerintah menggali lebih dalam mengenai potensi dan nilai jual. Contohnya, saat membangun sebuah kolam renang sebagai sarana rekreasi, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah ketersediaan air.

Kabupaten Purbalingga sendiri mempunyai beberapa kolam renang yang menjadi destinasi wisata. Objek Wisata Bojongsari, misalnya, menjadi salah satu wisata kolam renang yang paling sering menjadi tujuan pelancong dari dalam maupun luar kota.  

Sistem pengairan yang bersumber langsung dari mata air Gunung Slamet membuat air di kolam renang selalu berotasi. Sistem drainase dan pengisian yang bagus membuat kondisi air di Owabong tetap segar dan steril. Hal ini membuat Owabong menjadi objek wisata yang memahami betul potensi wilayahnya.

Sayangnya, ada juga beberapa wilayah di Kabupaten Purbalingga yang membuka destinasi wisata tanpa memperhatikan potensi dan nilai jual. Hal ini sering terjadi pada destinasi wisata alam. 

Lihat saja berapa banyak wisata alam yang terlihat monoton di Kabupaten Purbalingga. Hanya karena pemandangannya nampak indah, ditambah spot foto berbentuk love tidak membuat destinasi wisata memiliki nilai jual. Saya rasa hal tersebut sudah terlalu banyak sehingga terlihat monoton dan kurang menarik. Maka, saya rasa pemda harus paham betul daerah mana yang layak dan tidak layak untuk menjadi sebuah destinasi wisata.

Publikasi dan promosi yang baik adalah kunci keberhasilan

Sering kita melihat beberapa wilayah di Indonesia yang dalam sekejap dikunjungi oleh banyak wisatawan lantaran viral di Instagram. Sebut saja rumah Abah Jajang di Cianjur yang sempat viral dan menarik ribuan pengunjung. 

Nah, media sosial memiliki peran yang penting dalam proses promosi sebuah wisata. Image yang dibangun sebuah wisata berawal dari publikasi di sosmed. Zaman yang serba digital ini seharusnya dimanfaatkan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk menggencarkan promosi sebuah wisata. 

Selain itu, perlu adanya kolaborasi dengan para influencer lokal dan nasional untuk melakukan branding wisata. Kalau perlu, di setiap wisata harus ada divisi media yang bertugas melakukan proses publikasi dan promosi secara masif di sosmed.

Setiap destinasi wisata harus memiliki nyawa yang terus menyala

Kalian pasti bingung dengan pernyataan tersebut, kan? Jadi gini. Menurut saya, wisatawan banyak mengunjungi tempat wisata karena manajemen yang bagus dan memiliki “nyawa”. Yaps, kata nyawa yang saya maksud adalah sebuah acara atau kegiatan rutin yang bisa menghidupkan destinasi wisata dan meningkatkan jumlah wisatawan.

Sebetulnya, pemerintah Kabupaten Purbalingga sendiri sudah gencar melakukan kegiatan yang dilaksanakan di lokasi wisata. Misalnya, wisatawan menantikan Festival Gunung Slamet yang menjadi agenda tahunan. Oh ya, yang terbaru, ada Golaga Music Festival di objek wisata Goa Lawa. 

Kabupaten Purbalingga harus gencar menggelar event seperti itu. Tujuannya supaya sebuah wisata tidak mati secara perlahan. Festival dan konser musik bisa menjadi solusi untuk memperpanjang nafas sebuah destinasi wisata yang mulai tersendat.

Jika mampu menjalankan beberapa hal di atas secara maksimal, bukan tidak mungkin Kabupaten Purbalingga bisa menjadi pesaing kota-kota besar. Yah, bukankah saat ini sudah saatnya Purbalingga menunjukan taringnya di dunia wisata?

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Berbagai Fasilitas dan Kemudahan di Purwokerto Membuat Saya Sebagai Orang Purbalingga Cemburu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version