Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Nabati

Porang dan Tradisi Latah Petani Banyuwangi

Fareh Hariyanto oleh Fareh Hariyanto
12 November 2021
A A
Porang dan Tradisi latah petani banyuwangi
Share on FacebookShare on Twitter

Latah, sepertinya, sudah jadi tradisi bagi petani Banyuwangi. Tidak percaya? Mari kita lihat lewat porang.

Petani porang di Banyuwangi mengeluh menyusul anjloknya harga porang hingga Rp5.000-Rp6.000 per kilogram. Porang di kawasan Banyuwangi turunnya pun ugal-ugalan, dari tahun lalu masih di kisaran harga Rp12.000-Rp13.000. Saat ini anjloknya nggak ketulungan, ruginya bisa sampe Rp7.000-Rp8.000 per kilogram.

Porang sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Di Banyuwangi, tanaman ini tumbuh liar di pekarangan rumah warga. Intinya, tanaman ini tidak terkenal. Padahal jika mundur ke belakang pada masa penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan pernah dipaksa untuk mendapatkan porang sebagai bahan pangan dan industri mereka.

Tanaman porang merupakan tanaman anggota famili Arecaceae yang secara umum dikenal dengan nama bunga bangkai karena baunya yang tidak sedap. Di Banyuwangi, porang dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya iles-iles, iles kuning acung atau acoan.

Sepintas, tanaman porang mirip dengan suweg (Amorphophallus Campanulatus), iles-iles putih (Amorphophallus Spp), dan walur (Amorphophallus variabilis). Namun, semua itu hanya serupa saja, jenis dan bentuknya tetap nggak sama dan harganya berbeda pula.

Apabila seseorang menanam porang di Banyuwangi tentu pundi-pundi rupiah lah yang jadi tujuan. Sebab, ketika pertama kali warga tahu jenis tanaman ini mahal, semua warga berbondong-bondong menanam. Sampai lahan produktif yang biasa digunakan untuk menanam padi disulap oleh petani untuk ditanami porang.

Namun, apa benar keputusan menanam porang akan mendatangkan cuan? Serta apakah benar adanya komoditas tanaman baru selalu menarik keuntungan bagi petani? Jawabannya bisa kadang iya, kadang tidak. Petani yang akan diuntungkan tentu mereka yang pertama menanam dan merasakan madu manisnya harga awal di pasaran yang melambung tinggi.

Pun begitu, hukum ekonomi dasar menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan barang di pasar (supply) dengan permintaan pembeli (demand). Titik temu antara permintaan dan pengadaan adalah penetapan harga jual produk. Ketersediaan porang yang melebihi permintaan pembeli akan menurunkan harga porang itu sendiri.

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Pesanggaran, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Banyuwangi

Sehingga para petani yang menanang porang paling akhir tentu hanya merasakan pahitnya. Sebab, harga yang didapat tidak sesuai dengan biaya produksi. Padahal ketika awal saat ketersediaan porang yang lebih rendah daripada permintaan pembeli, hal itu sempat menyebabkan harga melambung tinggi.

Fenomena ini sebenarnya tak hanya terjadi sekali, sebab tabiat latah yang dimiliki petani Banyuwangi—dan tentu saja, orang-orang latah yang lain—tampaknya sudah mengakar. Sebut saja saat ramai-ramai buah naga jadi komoditas tanam yang menggiurkan 2015 lalu, orang berbondong-bondong sawah dan ladang berubah ditanami buah naga.

Dampaknya tentu bisa ditebak, akhir 2018 sempat viral jika buah naga dari Banyuwangi harganya anjlok. Hingga buah naga berakhir dibuang di jalan, ada juga yang malah jadi pakan ternak. Setali tiga uang pengalaman buah jeruk juga sama, saat petani melihat peluang jeruk yang menggiurkan, tidak diiringi dengan literasi pertanian yang mumpuni.

Nasib cabai pun tak jauh berbeda. Sempat menembus harga di kisaran 100 ribu, harga cabai terjun bebas hingga diharga 10 ribu di tingkat petani.

Asbabul wurud-nya pun tak jauh berbeda dengan sebelumnya: petani yang tergiur harga cabai melambung beralih menanam cabai. Meski kalkulasi sudah dilakukan mulai saat masa tanam dan kemungkinan harga saat panen, namun kenyataannya berbeda. Harga yang diharapkan justru merosot saat petani panen, sebab kondisi pasar kewalahan untuk menerima komoditas cabai.

Kalau yang menanam terakhir, dalam logika pertanian tentu potensi kerugian akan menerpa. Apalagi potensi tersebut sebenarnya bisa ditebak sejak awal. Upaya-upaya yang terus dilakukan di Banyuwangi tampak belum membuahkan hasil. Misalnya. Upaya Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi untuk mengedukasi agar petani tidak jadi kutu loncat tampak tidak berhasil.

Potensi cuan bikin mereka tetap mengupayakan hal naif, meski tahu potensi gagalnya begitu besar. Atau, bila ada inovasi, pasti jadi cibiran.

Efeknya pun mengerikan. Sebab cibiran itu bikin petani enggan berinovasi dan telalu nyaman di menara airnya yang berkubang lumpur dan jelaga. Padahal ada tuntutan untuk upaya menemukan hal-hal yang memudahkan kerja pertanian.

Banyuwangi tengah mengupayakan gerakan petani muda lewat Jagoan Tani. Program ini diinisiasi oleh Pemkab Banyuwangi. Inovasi muncul begitu banyak lewat program ini. Namun, sayangnya, terganjal halangan paling umum pun paling menyebalkan: administrasi.

Semoga kendala ini segera bisa diurai dan dibenahi. Sebab, tradisi latah ini tak bisa lagi dibiarkan begitu saja. Sudah saatnya petani tak perlu rugi hanya karena perkara ikut-ikutan dan potensi cuan yang sebenarnya semu.

Tapi, semoga saja pihak yang untung tetaplah petani. Sebab, kalau pihak lain yang untung gegara program ini, ya sama saja. Tengkulak, misalnya.

Sumber gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2021 oleh

Tags: BanyuwangiPetaniporang
Fareh Hariyanto

Fareh Hariyanto

Perantauan Tinggal di Banyuwangi

ArtikelTerkait

Puan Maharani bertani

Puan Maharani Menanam Padi Saat Hujan Itu Satire, Bukan Pencitraan

14 November 2021
Kenaikan UMK Banyuwangi Nggak Ada Efeknya, Realitasnya dari Dulu Pekerja Banyuwangi Diupah Tak Manusiawi

Kenaikan UMK Banyuwangi Nggak Ada Efeknya, Realitasnya dari Dulu Pekerja Banyuwangi Diupah Tak Manusiawi

10 Desember 2023
Kereta Api Sri Tanjung, Transportasi Terbaik dari Jogja ke Banyuwangi. Jangan Naik Bus!

Kereta Api Sri Tanjung, Transportasi Terbaik dari Jogja ke Banyuwangi. Jangan Naik Bus!

15 Februari 2024
Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember (Unsplash)

Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember

17 April 2023
Tak Melulu Santet, Banyuwangi Juga Gudang Musisi, SBY atau Wiranto

Tak Melulu Santet, Banyuwangi Juga Gudang Musisi

21 April 2020
Percuma Jalur Gumitir Diperbaiki Jika Masalah Utamanya Diabaikan

Percuma Jalur Gumitir Diperbaiki Jika Masalah Utamanya Diabaikan

5 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.