Beberapa waktu lalu, di Twitter ramai cuitan vlogger traveler yang kemalingan iPad ketika menaiki PO Rosalia Indah. Cuitannya mengundang netizen lain untuk berkomentar. Kasus kehilangan semakin viral setelah tercium media massa.
Kemarahan vlogger traveler dalam cuitan itu sebenarnya tidak berlebihan. Dia sudah sudah kehilangan barang berharga, sementara respon dari customer service PO Rosalia Indah kurang menenangkan. Bahkan, cenderung tidak acuh dan tidak menunjukkan kepedulian.
Setelah kasus kemalingan PO Rosalia Indah viral, korban-korban lain membagikan cerita apes yang serupa. Ternyata banyak penumpang bus pernah kehilangan barang berharga yang disimpan di dalam tas seperti iPad, tablet, atau laptop. Para korban tidak menyadarinya karena barang yang diambil ditukar dengan buku, keramik, genteng, atau barang lain yang berbentuk serupa.
Sebagai manusia yang menempatkan bus di kasta tertinggi dalam moda transportasi untuk bepergian, kabar ini tentu mengecewakan bagi saya. Apalagi kasus semacam ini sebenarnya sudah terjadi berulang kali dan tidak hanya di PO Rosalia Indah saja, tapi juga di bus-bus lain. Sementara itu, selama ini seolah-olah tidak ada penanganan serius dari berbagai pihak dari pihak keamanan dan pengelola bus. Di sisi laun, penumpang bus tampak tidak melakukan langkah antisipasi ketika berada di kendaraan umum.
Berkali-kali terjadi
Risiko kemalingan di ruang publik memang bisa menimpa siapa saja. Namun, saya merasa, kasus kemalingan di bus terasa terlalu sering dibanding moda tranportasi lain. Seperti ada pembiaran dan tidak ada upaya-upaya perbaikan.
Selain kasus kehilangan di PO Bus Rosalia Indah yang viral kemarin, sebenarnya ada banyak kasus lain yang tidak terangkat ke publik. Ratusan kasus kehilangan di PO Sinar Jaya misalnya. PO yang satu ini memang terkenal sebagai bus sarang maling laptop dan handphone.
Senior saya adalah satu korbannya. Pada saat itu dia naik PO Sinar Jaya dari Weleri. Dia kehilangan tas yang disimpan di bagasi. Beruntungnya, tas tersebut hanya berisi pakaian. Namun, namanya kehilangan, tetap saja ada perasaan yang mengganjal di hati.
Kehilangan barang di bus juga terjadi di PO Handoyo. Pada waktu itu saya melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta mengunakan PO ini. Ketika tiba di rumah makan di area Ngawi, armada bus PO Handoyo lain yang tengah parkir ramai dikelilingi orang karena tas salah satu penumpang diambil oleh sindikat maling yang sering beroperasi di Jawa Timur. Beruntungnya pelaku berhasil diamankan pada saat itu juga oleh awak bus.
Kejadian apes juga menimpa penumpang PO Medali Emas. Teman saya pernah mendapati seorang penumpang yang cekcok dengan orang lain yang dicuragi maling. Orang tersebut ketahuan meraba-raba tas calon korban saat dalam perjalanan Surabaya ke Semarang.
Saya tidak bermaksud memojokkan PO-PO di atas. Saya hanya ingin menunjukan, kasus kemalingan bisa terjadi di mana saja, tidak tergantung dari PO busnya. Selain 4 PO yang saya sebutkan di atas, pasti banyak penumpang lainnya yang punya pengalaman apes kemalingan di PO lain, hanya saja kasusnya tidak terekspose.
Perlu upaya serius
Kasus kemalingan di PO Rosalia Indah dan bus-bus lain tidak bisa dianggap sebagai hal yang lumrah. Selain sudah terlalu sering terjadi, kasus kemalingan di bus dicurigai ada sindikat di baliknya. Oleh karena itu, perlu penanganan serius untuk mengatasinya.
Polisi dan Dinas Perhubungan sebagai pihak yang bertanggungjawab perihal keamanan semestinya punya inisiatif lebih untuk menyelesaikan ini. Mekanisme keamanan di terminal-terminal AKAP harus dibuat yang sistematis.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah memberlakukan double check penumpang saat verifikasi tiket dan sebelum naik bus. Langkah ini bisa meminimalisir penumpang-penumpang bodong. Data diri para penumpang pun tercatat di sistem, baik di database Dinas Perhubungan atau PO. Data ini berfungsi untuk melacak penumpang yang mencurigakan.
Kemudian pihak pengelola bus, terutama yang mengaku sebagai PO eksekutif, paling tidak punya CCTV di tiap armadanya. Kru bus, dalam hal ini kenek, juga mesti sigap mengecek secara berkala penumpangnya saat perjalanan. Kalau perlu, PO membuat selebaran atau foto pelaku atau copet yang disebarluaskan atau dibagikan ke para penumpang agar mereka tahu dan lebih waspada.
Penumpang perlu selalu waspada
Pencegahan terhadap barang hilang di bus juga harus dilakukan oleh para penumpang. Penumpang bisa menghindari kursi yang berada di area tengah. Biasanya, posisi tersebut jadi sasaran empuk para maling karena mereka bisa mengamati gerak-gerik calon korbannya.
Jadwal perjalanan bus juga berpengaruh. Mayoritas maling melakukan aksinya di bus malam. Saat perjalanan malam hari, penumpang relatif kurang awas karena banyak yang memilih tidur. Apabila memungkinkan, lakukanlah perjalanan pada pagi atau siang hari.
Hal sederhana lain yang bisa dilakukan penumpang, jangan pernah meletakkan barang berharga jauh dari jarak pandang, misal di bagasi atas. Lebih baik meletakan barangnya di area bawah dengan kaki menutup atau menindih barang tersebut. Kalau mau lebih aman lagi, letakan barang berharaga dalam pelukan kalian. Tidak kalah penting, gembok resleting tas supaya maling kesulitan melakukan aksinya.
Kemalingan di bus terjadi karena ada kesempatan dan pembiaran yang berlarut-larut. Aparat keamanan, PO, dan penumpang harusnya sadar dan mengambil sikap bijak dengan melakukan langkah-langkah pencegaha dan penganangan secara serius. Jangan sampai kasus kemalingan viral seperti sekarang ini baru kebakaran jenggot dan dicari solusinya. Hadeeh..
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sisi Gelap Trans Jateng Solo-Sumberlawang yang Belum Diketahui Banyak Orang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.