PNS Brengsek Tendang Motor Perempuan, ketika Arogan dan Kegoblokan Jadi Hal Biasa

PNS Brengsek Tendang Motor Perempuan (Unsplash.com)

PNS Brengsek Tendang Motor Perempuan (Unsplash.com)

Dalam hati saya berteriak “Asu, bajingan!” ketika melihat seorang PNS di Sinjai menendang pengendara perempuan. Makin panas hati ini ketika pengendara perempuan itu jadi kehilangan keseimbangan lalu terjengkang bersama motornya. Bajingan betul. Iya, tidak ada kata selain bajingan untuk menggambarkan kelakukan seseorang yang gajinya digendong oleh rakyat.

Kalau mengamati video yang viral, terlihat motor si perempuan itu terjatuh lantaran senggolan dengan mobil berwarna hitam. Saat bersusah payah mendirikan motornya, pegawai Pemkab Sinjai itu menendang bodi motor sebelah kiri. Korban yang kaget dan tidak siap, spontan menarik tuas gas yang membuatnya tersungkur bersama motornya. Coba saya ada di sana, mungkin saya… ya nggak ngapa-ngapain mengingat kalau ada kekerasan, hukum selalu tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.

Kabar terakhir yang saya baca menyebutkan bahwa si PNS brengsek ini ternyata mantan lurah. Sekarang, dia menjadi ASN Dispora Sinjai. Sebagai mantan lurah, pemimpin sebuah wilayah, seharusnya dia bisa mengayomi semua orang. Mantan lurah yang kini kariernya di ujung tanduk. Modaro!

Selain rasa kesal karena ulah PNS brengsek itu, bayangan yang muncul di kepala saya adalah soal arogansi dan kegoblokan. Dua sifat menyebalkan yang dengan mudah kita temukan ketika membaca banyak berita soal pejabat di Indonesia. Mulai dari PNS hingga menteri.

Arogan sendiri bisa diartikan sebagai sebuah perasaan yang menjadikan seseorang merasa paling hebat (superior). Sifat ini dimanifestasikan ke dalam tindakan yang  angkuh, congkak, pongah dan suka memaksakan kehendak. Arogan juga bisa disandingkan dengan kata sombong, tapi diiringi tindakan fisik.

Sifat arogan sering muncul dari kekhawatiran dari dalam diri akan pendapat orang lain yang dinilai melecehkan mereka. Orang dengan sifat arogan merasa harus selalu lebih baik agar mereka mendapat afirmasi (pengakuan) positif dari orang lain.

Selain PNS brengsek, saya juga jadi muak ketika membaca respons Johnny Plate dan Erick Thohir perihal kebocoran data. Kok ya bisa-bisanya, mereka meminta warga, khususnya “hacker lokal” untuk ikut memerangi Bjorka dan pembobolan data. Arogan sekali.

Akhir-akhir ini, rakyat ditekan dari banyak sisi. Mulai dari kenaikan harga BBM hingga kenyataan bahwa data pribadi rakyat itu sangat rentan. Sudah begitu, ketika menyatakan keprihatinannya, suara-suara rakyat ditekan sekuat mungkin. Kami tidak boleh bersuara, tapi harus selalu jadi korban dan membantu negara. Tai kucing!

Sudah begitu, BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) menegaskan bahwa serangan Bjorka itu masih dalam kategori “skala rendah”. Sudah arogan, goblok pula. Kalau serangan Bjorka masih dalam kategori skala rendah, kenapa lama sekali negara mengatasi masalah ini? Sudah begitu, masih minta tolong rakyat lagi.

Apa sih yang berkembang di dalam kepala PNS yang dibiayai oleh rakyat ini? Hanya soal jabatan, gaji, dan tunjangan? Budget yang dianggarkan untuk keamanan negara, termasuk dari serangan siber itu cukup besar. Apa kabar website 1 triliun yang dikembangkan oleh Kominfo

Pada akhirnya, dari level bawah sampai atas, sebagian PNS masa kini ini memang arogan. Sudah begitu, omongan dan tindakannya, selalu menyudutkan rakyat. Seolah-olah semua damage yang terjadi ini karena rakyat yang bodoh dan layak untuk ditendang sampai terjengkang. Bajingan!

Kini, Indonesia bukan terdiri dari gugusan ratusan pulau, tapi kombinasi antara arogansi dan kegoblokan para abdi negara termasuk oknum PNS. Suram!

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 5 Alasan Template PNS Saat Terlambat ke Kantor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version