Perdebatan perkara IPK menentukan kesuksesan atau tidak hingga kini masih hangat. Dan mungkin perdebatan ini tidak akan pernah hilang. Orang yang bilang IPK tinggi tak menjamin kesuksesan bakal selalu ada, dan orang yang menyanggahnya pun berlipat ganda. Kita bisa saja memberi tahu mereka bahwa benar IPK tidak menjamin kesuksesan tapi bukan berarti IPK rendah itu tidak bermasalah. Namun, saya yakin nasihat itu nggak akan didengar.
Sebab, jika didengar, orang-orang ber-IPK rendah tak lagi punya kartu as yang mereka banggakan selama ini: quote dari Bob Sadino. Yak, tepat, yang berbunyi IPK-nya di atas tiga tandanya bakal jadi calon karyawan. Terlihat menantang arus memang, apalagi diucapkan dari orang yang kekayaannya nggak ngotak. Valid? Oh, jelas, setidaknya bagi orang-orang yang percaya quote tersebut bagai ucapan Nabi.
[cm] Menurut pendapat kalian gimana ? pic.twitter.com/yIEdgEqTh2
— COLLE | BACA PINNED ? (@collegemenfess) September 19, 2020
Kedangkalan berpikir tidak pernah selucu ini.
Jack Ma pernah berkata, “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi. Hal ini sering terjadi. Quote yang terlihat menginspirasi tersebut ditelan mentah. Bisa ditebak, mereka akan biasa saja meraih IPK rendah dan mencaci orang yang punya IPK tinggi karena mereka hanyalah calon budak korporat yang menyerahkan hidup mereka pada rutinitas “9-5”.
Sebenarnya saya ingin bertanya pada penganut quote tersebut, emangnya kalian udah kaya?
Apakah kelak kamu akan mewarisi seluruh harta keluargamu kelak layaknya Bob Sadino yang diwarisi harta seluruh keluarganya di usia 19 tahun? Apakah kamu sudah memulai kehidupan layaknya Bob Sadino yang sejak awal memiliki keluarga yang sangat berkecukupan?
Apa yang dikatakan Bob Sadino soal IPK rendah cocoknya jadi karyawan itu tentu saja nggak bisa dipukul rata. Lihat dulu dan cermati dulu, kehidupan blio sama nggak sama kamu. Kamu bangga-banggain punya IPK rendah ya tetap saja nggak bikin kamu sukses kalau kamu malas, relasi dikit, dan nggak punya privilese. Apalagi hobinya cuma ngutip quotes orang sukses tapi nggak ada niatan mau kerja ya sama saja bohong.
Pikiran-pikiran naif soal IPK rendah lebih baik dari IPK tinggi itu harusnya dikoreksi menjadi kalau IPK bisa tinggi kenapa harus milih IPK rendah? Toh dengan IPK tinggi atau rendah setelah lulus kan sama-sama pengin kerja dan pengin sukses. Dan tampaknya mahasiswa ber-IPK tinggi pun pastinya bisa-bisa saja kalau mau jadi bos dengan buka bisnis atau memilih jadi karyawan.
Nggak perlu IPK rendah juga kalau mau jadi pengusaha. Emangnya nggak ada pengusaha yang pintar atau IPK-nya tinggi? Coba deh tengok Sandiaga Uno atau Erick Thohir. Duo sahabat sekaligus pengusaha itu juga nggak mengabaikan pendidikan demi status pengusahanya. Keduanya berjalan beriringan. Pendidikan iya, bisnis juga iya. Kalau bisa IPK tinggi dan jadi pengusaha sukses, kenapa tidak?
Salahnya punya IPK tinggi dan jadi karyawan apa sih? Toh, di kehidupan yang sebenarnya nyari kerjaan nggak akan semulus quotes hebat yang kamu dengar. Menjadi idealis itu menarik, namun menjadi realistis adalah solusi yang kadang jauh lebih bijaksana.
Maksudnya tuh, IPK tinggi itu membuka kesempatan bekerja di perusahaan yang bisa memberi penghasilan gede. Apakah logika kayak gini nggak nyampe ke orang-orang pemuja IPK rendah, eh, maksud saya pemuja quote Bob Sadino?
Punya IPK tinggi tidak melulu soal ketidakpedulian akan lingkungan sekitar. Banyak sekali kawan-kawan saya punya IPK tiga koma ke atas tapi ikut organisasinya kencang, relasi luas, dan punya skill juga. Emang awalnya siapa sih yang bikin stereotip bahwa IPK tinggi sama dengan ansos gitu? Goblok kali.
Ditambah lagi punya IPK tinggi adalah sebuah bentuk apresiasi tertinggimu terhadap siapa yang membiayai kuliahmu yang harganya nggak murah itu. Masa kamu nggak bangga menyampaikan nilai IPK yang aduhai mantap di depan orang tua yang banting tulang membiayai pendidikanmu? Masa kamu nggak mau melihat senyum bahagia orang-orang sekitarmu melihat pencapaianmu itu?
Pastinya tidak ada yang salah dengan IPK tinggi dalam hidup ini. Usahamu, keringatmu, sampai begadangmu untuk meraih IPK yang bikin orang tua merasa nggak sia-sia menguliahkanmu bukanlah sesuatu yang patut diremehkan. Di sana ada sebuah kebanggaan yang memang harus dibanggakan. Bukan dicibir dengan dalih quotes yang disalahartikan.
Saya yakin Bob Sadino bikin quote nyuruh DO dan jadi pengusaha aja atau nggak apa-apa punya IPK rendah itu bukan berarti kita harus seperti itu juga. Cerdas dikit ngapa. Jangan jadi mereka yang keliru memahami quote “agama adalah candu” dari Karl Marx. Quotes Bob Sadino itu mengajak kita untuk melakukan yang terbaik dengan apa pun yang kita punya dan nggak usah takut dengan rintangan yang ada. Jadinya kalau bisa IPK tinggi ya manfaatkan IPK tinggi itu untuk meraih kesuksesan di masa depan. Dan kalaupun IPK-mu rendah, jangan putus asa, ambil peluang yang ada dan manfaatkan kesempatan itu.
Intinya, IPK tinggi tidak melulu soal terkuncinya kesuksesan-kesuksesan yang lebih besar di masa depan. Dan dengan IPK rendah nggak bakal bikin kamu auto jadi Bob Sadino, Bill Gates, atau Mark Zuckerberg.
IPK tinggi setidaknya membuat dirimu punya banyak pilihan. Ketika mentok dan gagal berkubang di dunia bisnis, IPK tinggimu itu bisa menjadi portofolio yang menarik untuk menjadi budak korporat.
Tapi, lebih dari itu, ketimbang kamu kelewat mabok quotes Bob Sadino atau motivator lainnya soal nggak apa-apa punya IPK rendah karena itu nggak menentukan kesuksesan, gimana mulai saat ini kamu mikir sederhana saja, fokus saja raih IPK tinggi, tingkatkan relasi, dan juga jangan lupa melatih skill-mu. Dan yang terpenting, tengok deh keluargamu, apakah sudah kayak keluarga Bob Sadino? Penting lho itu. Privilese dan orang dalam itu juga harus dipertimbangkan, hehehe.
BACA JUGA Membongkar Rahasia Toko Buku Online Terbesar se-Indonesia dan artikel M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.