Tren investasi saham yang sedang naik daun akhir-akhir ini ternyata diikuti juga dengan tren pamer keuntungan investasi saham yang diunggah di medsos pribadi. Satu dari seribu followers kita di medsos mungkin ada yang pernah meng-upload hasil keuntungan investasi saham miliknya untuk dijadikan konten story.
Alih-alih berkampanye mengedukasi followers tentang ilmu investasi, mereka malah cuma pamer keuntungan investasi saham yang pada saat itu kebetulan sedang hijau dan melambung tinggi seolah hanya dapat untung saja dari investasi saham dan tanpa risiko sama sekali. Padahal, kenyataannya ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diketahui lebih dalam sebelum memutuskan investasi di dunia pasar modal.
Dan ternyata tren ini juga memancing kaum rebahan yang pengin jadi sultan dalam semalam. Bayangan jadi kaya raya dalam sekejap berkat untung berkali-kali lipat dalam setahun, atau mungkin hanya beberapa bulan, bikin masyarakat gegabah mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang demi investasi. Misalnya dengan cara pinjam sana-sini, lalu ikut-ikutan peruntungan nasib, dan berakibat gelagapan tidak bisa mengembalikan pinjaman karena sudah diteror pemberi utang setiap hari.
Nah, sebelum terjun ke dunia investasi, sebaiknya warga masyarakat kita yang hobi latah ini diedukasi terlebih dahulu tentang betapa pentingnya perencanaan keuangan. Karena uang yang kita peroleh dari gaji atau honor ketika freelance tidak semua bisa dialokasikan untuk investasi semata. Memangnya dalam sebulan nggak beli makan, nggak beli bensin atau nggak beli paketan internet, ya?
Aturan yang lebih penting dari investasi adalah mempunyai dana darurat terlebih dahulu. Dana darurat yang dimaksud adalah dana yang sudah disiapkan untuk keadaan di luar kondisi dan situasi normal kita. Atau dengan kata lain dana untuk berjaga-jaga jika berada di kondisi yang tidak terduga. Misalnya seperti kondisi pandemi sekarang ini. Tiba-tiba kantor tempat kita bekerja bangkrut, dan dengan terpaksa merumahkan seluruh karyawannya. Otomatis berdampak pada kita yang kehilangan sumber penghasilan satu-satunya. Maka dari itu, dana darurat sangat perlu disiapkan sebelum mengalokasikan uang untuk investasi. Minimal menyiapkan dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran kita per bulan jika masih single dan minimal 7 kali pengeluaran per bulan jika sudah berkeluarga.
Hal terpenting selanjutnya adalah investasi wajib pakai uang dingin. Bukan uang yang dimasukkan ke lemari es terus jadi uang dingin, bukan gitu ya maksudnya. Uang dingin itu uang yang benar-benar nganggur. Bukan uang untuk keperluan makan sehari-hari, bukan untuk bayar cicilan motor Scoopy-mu misalnya, apalagi uang untuk jatah bapak ibu di kampung. Jadi, uang untuk investasi haruslah uang yang memang sudah tersisa setelah dikurangi keperluan untuk semua kebutuhan harian kita, diperkirakan tidak akan digunakan dalam waktu dekat, dan memang direncanakan untuk tabungan jangka panjang, misalnya dana pensiun.
Sangat tidak dianjurkan melakukan investasi dengan cara berutang. Karena investasi apa pun, apalagi investasi saham, pasti memiliki risiko. Semakin tinggi nilai timbal balik yang didapat, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Jangan membayangkan untung yang banyak dalam sekejap dulu, bayangkan jika nilai investasi yang kita alokasikan turun atau malah rugi. Apakah sudah siap mental menghadapi situasi seperti itu?
Aturan selanjutnya yang harus dimiliki sebagai calon investor adalah jangan mudah ikut-ikutan orang lain, apalagi berkiblat pada influencer di medsos dalam berinvestasi. Karena sekali lagi, uang yang kita investasikan itu uang beneran, bukan uang mainan, atau daun-daunan. Nantinya ketika nilai investasi kita sedang berada pada iklim yang tidak bagus, kita tidak panik, tidak menyesal, dan tidak menyalahkan siapa pun.
Cara yang paling baik sebelum memulai investasi adalah dengan banyak riset, banyak mencari referensi dengan berbagai sumber yang kredibel. Lalu pelajari risiko, tahap-tahapnya, dan analisisnya. Jangan hanya menuruti nafsu yang ingin investasi karena melihat Instastory teman yang lagi naik tinggi porto sahamnya. Apalagi dengan jalan mencari pinjaman, jangan sekali-kali mencobanya, deh. Karena yang kita tahu mereka meng-upload ke Instastory memang saat lagi naik-naiknya, kita tidak tahu sebelum dan sesudah mereka upload story tersebut. Bisa jadi nilai investasinya semakin naik, tapi ada kemungkinan juga semakin merosot turun. Apakah ketika turun akan mereka upload juga di medsos? Belum tentu, kan? Maka dari itu, mulai sekarang setop latah ikut-ikutan tren tanpa mempelajari terlebih dulu.
Daripada pamer untung investasi ke medsos yang belum tentu juga followers kita peduli dengan unggahan itu, alangkah baiknya upload ilmu-ilmu tentang investasi atau ilmu seputar financial planning. Siapa tahu ada beberapa followers yang masih awam tentang keuangan dan sedang butuh pencerahan. Kalau belum bisa sedekah rezeki, dimulai saja dengan sedekah ilmu dan pengetahuan dulu.
BACA JUGA Harga Saham Anjlok, Berikut Tips Investasi Saham Ketika Pandemi Buat Pemula.