Agustus adalah masa yang lumayan menyita perhatian untuk civitas academica UNS, sebab, UNS sedang punya hajat bernama PKKMB. Atau, untuk angkatan lama, kalian biasa menyebutnya Ospek. Sebenarnya tak hanya kampus ini saja yang sedang ribet PKKMB, kampus lain pun banyak.
Terlepas dari euforia dan keribetan ospek, UNS “seakan-akan” punya misi tersendiri untuk acara ini.
Seperti yang kita ketahui, kampus ini telah menuai kontroversi akibat ulah para petingginya. Dan seolah mereka ingin menutup rapat-rapat keburukan citra UNS melalui program pengenalan kampus.
Awal mula kasus yang menerpa UNS
Kasus ini bermula dari keputusan Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim, yang membatalkan rektor terpilih UNS periode 2023-2028. Hal tersebut juga disertai dengan dibekukannya MWA (Majelis Wali Amanat) UNS karena dinilai bertentangan dengan perundang-undangan. Namun masih belum jelas di mana letak kesalahan dari MWA ini.
Tak lama setelah kasus pertama tersebut mulai surut, muncullah masalah baru yaitu pencopotan gelar guru besar Hasan Fauzi dan Tri Atmojo Kusmayadi. Masing-masing merupakan wakil ketua dan sekretaris MWA, yang dilakukan oleh Nadiem Makarim.
Setelah pencopotan gelarnya, mungkin karena nggak terima diperlakukan seperti itu atau karena alasan lain, kedua petinggi MWA tersebut gantian melaporkan adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh rektor UNS. Bahkan sampai mendatangi Mas Gibran loh. Pak Rektor pun menyangkal tuduhan tersebut dan bilang agar petinggi MWA tersebut legowo dengan keputusan Kemendikbud Ristek. Hmmm, apakah ini jadi ajang balas dendam?
Baca halaman selanjutnya: Kasus dugaan korupsi ampuh memancing emosi mahasiswa…