Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Pilkades Rasa Pilpres

Abdulloh Suyuti oleh Abdulloh Suyuti
4 Agustus 2019
A A
pilkades

pilkades

Share on FacebookShare on Twitter

Hari Rabu tanggal 31 Juli 2019 kemarin saya bela-belain cuti demi bisa pulang kampung guna turut serta menyumbangkan suara pada Pilkades di tanah kelahiran saya. Memang Pilkades serentak ini masih kalah pamor dengan hingar bingar Pilpres. Ya iya lah, Presiden kok dibandingkan Kepala Desa, jauh banget. Jelas ramashook. Kepala Desa dibanding anggota DPR aja sudah jauh—kesejahteraannya—apalagi Presiden. Tapi siapa yang menduga drama politik yang terjadi selama Pilpres bisa menular di Pilkades tempat saya berasal.

Tempat kerja saya berjarak 3 kota dari tanah kelahiran saya di Gresik. Mau tak mau saya pun lebih sering berada di luar kampung halaman. Sewaktu pulang kampung kemarin saya melihat suasana Pilkades meriah, ramai, tapi tetap kondusif seperti yang dulu-dulu. Tiap calon Kades punya basis massa masing-masing tapi tetap rukun satu sama lain. Lah gimana nggak rukun, pagi itu saya lihat ketiga calon Kades malah sarapan bareng di TPS sambil bercanda. Suasana guyup rukun khas desa masih nampak normal dan baik-baik saja.

Saya tinggal di Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Di desa saya ini ada 3 orang yang bersaing memperebutkan kursi Kepala Desa. Kalau anda sempat browsing, atau anda tinggal tak jauh dari lokasi ini, tentu anda akan tahu bahwa Pilkades di desa ini endingnya tidak baik-baik saja.

Singkat cerita ketika perhitungan suara usai. Dua calon Kepala Desa nomor urut 02 dan 03 mendapat perolehan suara sama persis. Yakni sebanyak 563 suara dari total empat tempat pemungutan suara (TPS). Sedangkan calon Kepala Desa dengan nomor urut 01 tertinggal di angka 509 suara. Ketika hasil draw begini, adu pinalti, eh, drama pun dimulai.

Percaya atau tidak, tontonan di TV selama ini memberikan kita inspirasi. Mulai dari resep masakan baru, tempat wisata baru, tren gaya berpakaian kekinian, hikmah dari suatu kejadian, pengalaman untuk menghadapi sebuah situasi, sampai dengan cara memanfaatkan barang tak terpakai menjadi sesuatu yang berguna.

Itu tadi beberapa contoh positifnya. Negatifnya juga tak kalah banyak. Kan yang tayang di TV juga ada tokoh antagonis dari sinetron, dunia criminal, hedonisme, dan lain sebagainya. Inspirasi cara berkelahi bisa didapat, modus kejahatan baru pun bisa didapat, belajar dari kegagalan penjahat sebelumnya. Setidaknya ada banyak pelajaran untuk menirukan apa yang dilakukan karakter / tokoh yang tayang di TV, entah itu baik atau buruk.

Kini ditambah lagi dengan asupan berita online dan berita provokatif yang menyebar lewat grup whatsapp, lengkap sudah gizinya, empat sehat lima semburat.

Kali ini yang menginspirasi warga desa saya adalah sikap para elit politik yang berkelit dan bernafsu ingin memenangkan calon yang didukung masing-masing, apapun caranya. Benar-benar menginspirasi deh!

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Berkali-kali Kehabisan Bensin Setelah Isi di Pertamini, Apakah Mesin Tersebut Bisa Dipercaya?

Kembali menyoal hasil draw Pilkades. Jika menilik Peraturan Bupati (Perbup) no 10 tahun 2019 tentang perubahan ketiga atas Perbup nomor 12 tahun 2015 tentang pedoman pencalonan, pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian bakal calon kades, apabila perolehan sama maka pemenangnya adalah calon yang dapat suara terbanyak di TPS paling banyak pemilihnya.

Simak baik-baik, Ferguso!

Dalam hal ini, calon dengan nomor urut 03 lah pemenangnya. Sebab ia mengungguli calon lain di 2 TPS yang penduduknya paling banyak. Calon nomor urut 02 memperoleh 204 suara di TPS wilayah 1, 187 suara TPS wilayah 2, 81 suara TPS wilayah 3 dan 91 suara di TPS wilayah 4 (total suara 563). Sementara calon nomor urut 03 mendapatkan 231 suara di TPS wilayah 1, kemudian 249 suara di TPS wilayah 2, lalu 20 suara di TPS wilayah 3, dan 63 suara di TPS wilayah 4 (total suara 563).

Jika melihat data jumlah penduduk desa saya, TPS paling banyak pemilihnya berada di TPS 1 dan 2. Di TPS itu yang unggul nomor 03. Artinya yang keluar sebagai pemenang nomor 03. Tapi hasil itu ditolak oleh calon nomor 02 dan pendukungnya. Mereka mengklaim hasilnya imbang dan belum ada pemenang. Hitung ulang atau Pilkades putaran kedua perlu dilakukan. Dugaan kecurangan pun spontan diujarkan.

Suasana balai desa yang semula kondusif, berubah jadi tegang. Bahkan meski panitia membacakan berita acara dan hasil rekapitulasi yang disaksikan oleh semua calon Kepala Desa dan pendukungnya, sorak sorai warga semakin menjadi. Konvoi kemenangan urung dilakukan sebab kubu lawan menghalangi dan tak mau tanda tangan hasil rekapitulasi. Suasana malam itu semakin ramai, kedua supporter mulai panas, tinggal dikomporin sedikit saja sudah bentrok, untung saja bisa diredam seiring berdatangnya rombongan Polisi.

Hingga tulisan ini dibuat, keputusan masih menggantung. Kasus berlanjut dan diserahkan ke pihak Pemerintah Kabupaten Gresik.

Saya jadi de javu melihat peristiwa semacam ini. Mirip dengan apa yang saya lihat selama ini di TV dan sosial media. Terlepas dari siapa yang benar dan salah. Setidaknya drama politik Pilpres telah mengajari warga ditempat saya tentang bagaimana cara bikin drama serupa.

Saya menduga kalau apa yang dilakukan oleh warga desa saya itu semata-mata merupakan sebuah pengamalan dari keteladanan yang sudah dipertontonkan para bapak dan ibu di Senayan sana? Yah, bisa jadi begitu.

Atau jangan-jangan mereka yang disana sudah mewakili kita yang doyan ribut untuk ribut sendiri disana. Yah kita kan rakyat dan mereka wakil rakyat jeh.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: CurhatkecurangankerukunanpilkadesPilpresPolitik Indonesiasosial masyarakat
Abdulloh Suyuti

Abdulloh Suyuti

ArtikelTerkait

dpr

Ibu Saya Anggota DPR yang Sedang Didemo dan Anak-anaknya Ribut di Grup WhatsApp

30 September 2019
ngidam

Apa Pun Ngidamnya, Ojek Online Solusinya

3 Agustus 2019
ping

Balada Pengguna WhatsApp: Jika Penting dan Genting Itu Telepon, Bukan PING!

22 Juli 2019
pacaran

Pas Kecil Lihat Orang Dewasa Pacaran, Pas Dewasa Lihat Anak Kecil Pacaran

8 Agustus 2019
dear diary

Kapan Terakhir Kali Kita Menulis ‘Dear Diary’?

29 Agustus 2019
huft

Kejadian-Kejadian ‘Huft’ yang Menahan Kamu Keluar Dari Rumah

27 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.