ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Pidi Baiq Akan Menuliskan Kisah Helen dan Sukanta Seperti Ini Andai Beliau Lahir di Imogiri

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
2 Juli 2020
A A
helen dan sukanta pidi baiq bandung novel cinta bagus recommended karl marx mojok.co

helen dan sukanta pidi baiq bandung novel cinta bagus recommended karl marx mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi saya, Pidi Baiq merupakan penyihir yang mampu merubah banyak kosa kata yang sejatinya biasa saja menjadi indah. Ia mengguguskan satu demi satu kata menjadi kalimat, lalu diberikan sebuah artian yang berkesan. Apapun yang keluar dari mulut Dilan, siapapun Dilan itu, dan walau katanya celotehan Dilan itu bukan dari sosok Pidi Baiq, yang jelas blio adalah dalang yang sempurna.

Belum habis saya memuji Drunken Series yang belakangan saya beli satu demi satu untuk menjelajahi pola pikir Pidi Baiq, akhirnya novel terbaru Pidi Baiq terbit dan (akhirnya) saya membeli dengan lunas walau dibubuhi diskon 10% dan bonus sampul yang kurang rapih. Buku tersebut berjudul Helen dan Sukanta, terbitan The Panas Dalam Publishing disertai ilustrasi cover yang amat manis.

Jujur, saya membeli buku ini secara diam-diam. Walau pun merasa bebas dari stigma novel Ayah diperuntukkan kepada perempuan, namun otak saya terus nggateli untuk bilang “awas, nanti dikira kamu sedang mencari tips mengikat hati seseorang”. Ya, pikiran itu jahat, namun sesampainya di rumah, saya langsung memamerkannya di sosial media. Bebas buos!

Sejujurnya, tulisan ini bukan merupakan resensi khusus untuk kisah Helen dan Ukan, yang jelas imajinasi saya selalu merujuk kepada wajah Iqbaal ketika masih menjadi personel Coboy Junior. Sampai tahap ini, bayangan kisah Dilan masih menguasai. Lambat laun, lembar demi lembar, sosok Dilan dan Milea malah terganti pada bayangan Minke dan Annelies entah mengapa. Bukan bermaksud menyamakan, namun saya melihat adanya kesinambungan masa kolonial.

Di tulisan ini saya ingin membuat sedikit menyenangkan. Bukan bermaksud merubah, namun saya ingin membayangkan sosok Helen dan Ukan yang berlari di pemantang sawah yang basah oleh embun dingin Ciwidey, ingin saya ubah menjadi lapangan tembak Imogiri. Atau, rumah indah Helen yang diapit oleh lembah, saya anggap itu berada di Selopamioro.

Tentunya, kisah tersebut akan sedikit berubah. Namun, dengan mengutip beberapa kata indah yang tersemat dalam novel karya Ayah, namun tidak bermaksud memberi spoiler secara berlebihan. Begini sekiranya.

Sekarang, dengarkan bagaimana aku memulai. Namaku Helen Maria Eleonora. Aku lahir di tahun 1924 di kawasan Sompok, Sriharjo, Bantul, Ngayogyokarto Hadiningrat. Hobiku bermain biola, kalau lagi selo aku bermain bola di Lapangan Karang Wetan. Lapangan yang 80% tanahnya terbuat dari krikil. Jadi, jika kamu nendang bola, suaranya begini, “mak klotakkk”.

Aku ada di sini karena ikut Papa dan Mama. Seorang Londo totok yang memiliki perkebunan jati di Bantoel, Hindia Belanda. Tempat ini bagiku adalah tanah yang aku kagumi. Aku tidak setuju bagaimana kaum kulit putih berada di strata tertinggi walau tidak tertulis secara pasti. Yang jelas, aku ingin main di galengan sawah, walau Papa jelas akan melarangnya.

Rumahku tidak terlalu besar, pun tidak terlalu kecil. Sedesamu palingan. Hehe, guyon.

Rumahku berada di tempat yang indah, di atas perbukitan menghadap Pantai Selatan. Jika malam, mak wushh angin akan menyapaku dengan sumringah. Jika siang, duh dek puanas e puol. Kepalaku rasanya mak treteg ameh njeblos ra karuan. Kabut yang turun bukan karena dingin seperti di Ciwidey (bagaimana kisah asli Helen dan Sukanta), namun itu adalah asap hasil Mbah Karjo sedang mbakar gabah buat bikin bata. Duh, mbah, mbah, kesehatanmu lho.

Perkenalkan, dia namanya Sukanto (karena di Bantul jarang ditemui nama akhiran ‘a’. Tapi kalau Sukanta jadi Sukonto kan nggak elok). Namun, biasa dipanggil Ukan. Ia adalah keponakan Darsono, tukang kebun di rumahku. Ia baru pulang ke Imogiri setelah selesai sekolah di Ngayogyakarto. Katanya, Ngayogyakarto sepi karena tidak ada aku. Dan Sompok, adalah gugusan perasaan yang dipadukan dengan hamparan sawah yang menggelepar karena hadirnya diriku. Aww malu bgt.

Cerita berubah ke bagian ketika Helen dan Ukan versi asli pulang dari sekolahan menuju Situ Cileunca. Sedangkan Helen dan Ukan versi Imogiri ini, mereka perginya ke pinggiran Kali Oyo. Di mana batu cadas, kerikil mbeling dan lumut lunyu menyambut kedatangan mereka.

Dalam rintik hujan sepanjang jalan Siluk yang pating gronjal, Ukan berbisik kepada Helen yang sedang naik kebo milik Lik Darmo. “Hutan Pinus Mangunan kuy, gas?”

“Emoh, ah,” jawab Helen yang blas nggak kelihatan londo. Bahkan ia kalah londo dengan Cinta Laura. “Banyak gondes mendes yank-yankan, Ukan. Kita masih empat belas tahun, mending kungkum di Kali Oyo. Siapa tahu dapat wangsit.”

“Mantap, Nona Helen. Sambil menyelam, nyari gaman,” canda Ukan yang seakan membuat Imogiri semakin berwarna. Seakan, Imogiri selalu bersolek ketika aku lewati. Padi-padi yang selalu menunduk dan menguning, juga penduduknya yang selalu tersenyum tanpa henti.

“Helen,” katanya.

“Iya?”

“Jangan bilang ada yang menyakitimu, Helen,” kata Ukan sambil ngemil bakmi pentil pemberian Mama. “Nanti orang itu akan….”

“Itu quotes-nya Dilan, Ukan.”

“Oiya.”

Jika di Situ Cileunca Helen dan Ukan paranoid dengan kisah hantu Lulun Samak, maka Helen dan Sukanta versi Imogiri mereka ketakutan dengan legenda Banaspati yang sering mengelilingi sekitaran Kali Oyo. Tidak ada suara mengerikan burung cungcuing, yang ada hanyalah burung kuntul yang terbang dari arah Sleman.

Kisah ini ditutup dengan tidak mengambil ending asli dari novelnya karena kalian harus baca sendiri. Saran saya, siapkan tisu terlebih dahulu. Tak jauh beda dengan ending dari kisah Helen dan Ukan versi Imogiri. Ending kisah ini pun harus menyiapkan tisu, tapi bukan karena sedih. Melainkan karena mereka setelah pulang dari Kali Oyo memutuskan makan sate klatak Mbak Bela yang super pedas dan bikin kemringet.

BACA JUGA Menghitung Pengeluaran Dilan Selama PDKT dengan Milea atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 Desember 2021 oleh

Tags: imogiripidi baiq
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

dilan dan milea, Lanjutan Dilan Versi Bantul: Ketika Duloh Nggak Lolos SNMPTN dan Mirjah Masuk UGM

Skenario yang Terjadi kalo Dilan dan Milea Tidak Putus Asmara

24 Juni 2020
Wonosobo Butuh Sosok seperti Pidi Baiq atau Joko Pinurbo agar Romantisnya Abadi terminal mojok.co

Wonosobo Butuh Sosok kayak Joko Pinurbo atau Pidi Baiq agar Romantisnya Abadi

8 November 2021
Ancika_ Epilog Ideal dari Tetralogi Dilan terminal mojok

Ancika: Epilog Ideal dari Tetralogi Dilan

24 September 2021
ancika mehrunisa rabu novel pidi baiq terbaru serial dilan mojok.co

Menyambut Novel Terbaru Pidi Baiq: Ancika Mehrunisa Rabu, Pacar Dilan yang Baru

20 Juli 2020
dilan dan milea, Lanjutan Dilan Versi Bantul: Ketika Duloh Nggak Lolos SNMPTN dan Mirjah Masuk UGM

Lanjutan Dilan Versi Bantul: Ketika Duloh Nggak Lolos SNMPTN dan Mirjah Masuk UGM

10 April 2020
Kawasan Bukit Patuk Gunungkidul: Jalur yang Memanjakan Mata sekaligus Sumber Derita Para Pengendara imogiri alun-alun gunungkidul

Patuk dan Imogiri: Dua Jalur Paling Dilematis Sobat Nglaju Gunungkidul, Pilih Mana Saja, Tetap Kena Masalah!

4 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
seleksi pppk pns guru honorer birokrasi amburadul mojok.co

Guru Honorer: Gaji Tak Seberapa, Pekerjaan Berlipat Ganda

kota pekalongan warna sungai loji peruntungan tanda alam mitos parameter usaha batik mojok.co

Mengetahui Kondisi Terkini Kota Pekalongan Dilihat dari Warna Sungai Loji

ferdi amira tukang ojek pengkolan keluarga ideal mojok.co

5 Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman

Terpopuler Sepekan

Jogja Kota yang Tega Menyingkirkan Rakyat Sendiri (Unsplash)

Klaim Warisan Budaya Pemerintah Jogja Itu Tidak Masuk Akal karena Malah Mengorbankan Ekonomi Rakyat

9 Juni 2025
Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

14 Juni 2025
5 Roti Ini Sebaiknya Bertobat, Ada yang Bohong dan Penuh Jebakan

5 Roti Ini Sebaiknya Bertobat, Ada yang Bohong dan Penuh Jebakan

15 Juni 2025
Perjalanan Panjang ke Kota Tidore Kepulauan Melelahkan, tapi Begitu Sampai Malah Betah. Hampir Tak Ada Tukang Parkir di Sana

Perjalanan Panjang ke Kota Tidore Kepulauan Melelahkan, tapi Begitu Sampai Malah Betah. Hampir Tak Ada Tukang Parkir di Sana

11 Juni 2025
Jalan Sigura-gura Sebaik-baiknya Tempat Ngekos di Malang, Kenyamanannya Bikin Mahasiswa Tetap Waras Mojok.co

Jalan Sigura-gura Sebaik-baiknya Tempat Ngekos di Malang, Kenyamanannya Bikin Mahasiswa Tetap Waras

14 Juni 2025
Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan!

Kampanye Jogja Murah Itu Memang Penuh “Tipu Daya”, tapi Mau Tak Mau, Harus Kita Terima dan Tak Harus Dilawan

15 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air
  • Bukan Janji, Tapi Jalan : 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinaan Wali Kota Solo
  • 14 Tahun Pakai Yamaha Xeon, Motor Butut yang Kuat Menerjang Jalanan Terjal Tasikmalaya ke Pantai Pangandaran
  • Pernah Ditolak Unair, Kini Jadi Mahasiswa Berprestasi di Kampus Nggak Favorit usai Bikin Bisnis yang Ramah Lingkungan
  • Pengalaman Pertama Orang Klaten Naik KRL Jogja-Solo, Sok-sokan Berujung Malu karena Tak Paham Kursi Prioritas dan Salah Turun Stasiun
  • Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.