Memiliki pengalaman menginjak pecahan gelas kaca membuat saya lebih berhati-hati dalam membuang sampah yang punya potensi membahayakan makhluk hidup. Pengalaman yang membuat saya tidak bisa jalan seperti biasanya selama berhari-hari itu ternyata jadi makanan sehari-hari bagi para petugas sampah. Saat berkesempatan ngobrol dengan beberapa petugas sampah, mereka selalu bilang kalau terkena pecahan kaca beling atau terkena tusukan sate adalah risiko pekerjaan yang harus mereka hadapi.
Namun, petugas sampah bukanlah seniman debus. Walaupun mereka sudah memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu boots, sarung tangan dan pakaian yang menutup seluruh tubuh, potensi terkena benda tajam akan selalu ada.
Apalagi jika benda tajam tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri, kuman, hingga virus dari sampah yang telah tercampur aduk, potensi membahayakan tubuh makin besar. Bahkan beberapa waktu lalu, muncul berita tentang seorang petugas kebersihan di Bandung meninggal karena infeksi tetanus akibat tertusuk tusuk sate saat bekerja.
Tusuk sate dan beling, momok bagi petugas sampah
Ada dua sampah yang sering membahayakan petugas sampah akibat tidak dibuang dengan cara yang baik. Dua sampah ini dihasilkan dari konsumsi rumah tangga hingga pribadi. Dua sampah tersebut adalah pecahan kaca beling dan tusuk sate.
Sampah kaca dan tusuk sate ini bisa dibuang dengan cara yang baik agar tidak membahayakan orang lain. Terutama petugas sampah yang sehari-hari berjibaku dengan sampah. Apalagi sampah yang harus dihadapi oleh para petugas sampah adalah sampah campur aduk, sehingga potensi membahayakan fisik dan kesehatan pun dipertaruhkan.
Cara menangani beling dan tusuk sate
Untuk membuang sampah kaca beling seperti pecahan gelas, botol, piring hingga jendela, nggak cukup dibungkus pakai kantong plastik kresek. Sampah kaca beling perlu dibungkus dan dibuang dengan baik agar tidak membahayakan orang lain terutama petugas kebersihan.
Setelah pecahan beling dikumpulkan, bungkus pecahan dengan kertas lalu dengan kain bekas. Setelah itu, hancurkan menjadi sangat halu dengan palu untuk mempermudah proses daur ulang. Terakhir, letakkan buntelan yang berisi kaca yang telah dihaluskan tersebut ke dalam kardus.
Agar bungkus sampah beling tersebut tidak menimbulkan suudzon karena ketidakjelasan isi, beri keterangan dengan ukuran font jumbo dan bold. Misalnya, “HATI-HATI PECAHAN GELAS KACA”. Untuk lebih detail kalian bisa lihat tips membungkus sampah pecahan beling di sini.
Kedua, membuang sampah tusuk sate bekas makan sate ayam, cilok, sempol atau telur gulung. Setelah beres makan, kumpulkan tusuk sate dan bersihkan dengan air. Tumpulkan ujungnya dengan cara dibengkokkan, gaes. Kalau sudah bengkok, bungkus dengan kertas dan bungkus kembali dengan plastik bekas. Beri keterangan isi bungkus yang merupakan sampah tusuk sate, ya!
Bisa juga dengan cara dimasukkan ke dalam botol plastik bekas. Setelah penuh tutup kembali botolnya, seperti konten video yang diunggah di TikTok ini. Kalian juga bisa mengkompos atau mengubur sampah tusuk sate ke dalam tanah, karena tusuk sate masuk dalam jenis sampah organik.
Petugas kebersihan dilatih dan bekerja untuk mengangkut dan mengatasi masalah sampah. Bukan dilatih dan bekerja sebagai seniman debus yang bisa terus-terusan kebal terkena benda tajam yang membahayakan. Walaupun pemerintah masih acak-aduk ngurusin masalah sampah, setidaknya dengan kita membuang sampah dengan baik. Rakyat 1 vs 0 pemerintah, hahaha!
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA (Petugas) Kebersihan yang Seringkali Disepelekan