Kaliwungu. Mungkin ada yang mengira kalau saya sedang membahas Kaliwungu yang ada di Demak. Bukan. Kali ini saya menulis tentang Kaliwungu yang terletak di Kabupaten Kendal.
Jadi, perubahan cukup besar sedang terjadi di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Ada yang terasa positif, ada juga yang tidak. Bahkan, perubahan itu tidak terasa enak untuk warga asli Kaliwungu. Berikut beberapa di antaranya.
Daftar Isi
Angkringan dan coffee shop yang menjamur di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal
Saat ini, angkringan dan coffee shop sudah menjamur di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Perubahan ini terasa sangat nyata. Sebelum 2019, kami biasa menemukan angkringan di sekitar alun-alun saja. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Namun, sekarang, hampir di setiap pinggir jalan raya sampai jalan desa, kamu bisa menemukan angkringan. Fakta yang sama juga terjadi kepada keberadaan coffee shop yang sudah mulai ramai sejak tiga tahun yang lalu. Salah satu sebabnya adalah semakin banyak perantau yang bekerja di Kawasan Industri Kendal (KIK).
Sebelumnya, mendirikan coffee shop di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal adalah tantangan yang berat. Masyarakat di sini sudah nyaman membeli es teh seharga Rp2 ribu dan nasi rames Rp3 ribu. Tentu hal ini merupakan perubahan yang baik, di mana kehidupan ekonomi masyarakat Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal semakin berkembang.
Baca halaman selanjutnya….
Harga kos yang kurang masuk akal
Setelah perkembangan positif, sekarang kita masuk ke perkembangan yang bikin nggak enak di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Salah satunya adalah soal harga sewa kos, di mana teman-teman saya mengeluhkannya.
Lagi-lagi, hal ini terjadi karena geliat orang-orang yang merantau dengan alasan bekerja atau berkuliah di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Untuk Kaliwungu sendiri, sebaran kos paling banyak berada di daerah Sekopek dan Sarirejo.
Harga satu kamar kos berkisar antara Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Sebentar, mungkin kalian pikir ini harga yang murah. Namun, untuk sebuah kecamatan kecil, tarif tersebut terbilang mahal. Sudah begitu masih dapat “bonus” banjir dan kemacetan. Saya, sebagai warga lokal, hanya bisa ikut prihatin melihat penderitaan mereka.
Banjir yang semakin akrab dengan masyarakat Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal
Saya sudah sempat menyinggung perkara banjir ini sebelumnya. Pada 2022, Kaliwungu sudah dilanda banjir beberapa kali dengan ketinggian hampir 1,5 meter. Hal ini cukup aneh karena sebelumnya jarang sekali terjadi banjir.
Banjir ini disebabkan, salah satunya, karena meluapnya aliran sungai. Namun, sebenarnya bukan itu alasan utamanya. Saat ini, banyak daerah hijau yang beralih fungsi menjadi daerah permukiman. Hampir di setiap desa terdapat perumahan yang mengorbankan daerah resapan air. Bahkan ada daerah yang awalnya tambak berubah menjadi perumahan dan sekarang menjadi daerah langganan banjir.
Revitalisasi Alun-Alun Kaliwungu
Satu ini merupakan isu yang sampai saat ini sering dibicarakan oleh masyarakat Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, apalagi di grup Facebook. Banyak yang pro dan kontra terkait revitalisasi alun-alun. Pasalnya, Alun-Alun Kaliwungu menjadi tempat berjualan, seperti pakaian, makanan, dan barang-barang lainnya dan biasa disebut sebagai Pasar Sore Kaliwungu.
Sampai saat ini sudah dibangun toko/kios pengganti yang berada di belakang alun-alun. Namun, hal itu belum menyelesaikan ketidakpuasan masyarakat akan rencana tersebut. Masyarakat yang kontra juga menyayangkan revitalisasi karena nantinya tidak bisa digunakan untuk kegiatan pasar malam yang rutin dilaksanakan pada bulan Syawal yang berbarengan dengan tradisi Syawalan.
Pasar malam yang menghadirkan hiburan berupa wahana bermain, kuliner, dan sensasi kecopetan tidak akan bertempat lagi di alun-alun. Sementara itu, masyarakat yang pro berpendapat jika revitalisasi alun-alun bisa membuat tata Kota Kaliwungu menjadi lebih indah. Bukan hanya hamparan tanah lapang dengan pondasi yang sudah retak.
Seperti itulah beberapa perubahan yang terjadi di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Perubahan memang diperlukan untuk masa depan yang lebih baik, tapi tetap perlu diperhatikan dampak yang akan dihasilkan.
Penulis: Sandy Racmawan
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Alasan Orang Kendal Terpaksa Mengaku Asli Semarang di Perantauan