Meminjam kata dari Dea Anugerah, Jatinangor bukanlah kakus mampat. Meski bising, polusi di mana-mana, mal yang hanya satu, cinta yang kandas, atau pendidikan yang mahal, ia senantiasa menyajikan hal-hal yang patut kita syukuri dan rayakan. Warung kopi sepanjang Desa Sayang, misalnya, yang membuat perkuliahan tidak melulu soal tugas yang menjemukkan, melainkan humor-humor receh yang memicu kehangatan. Atau perpustakaan legendaris bernama Perpustakaan Batoe Api yang meski tempatnya kecil, menyimpan pengetahuan yang luas.
Batoe Api bisa dibilang semacam surga kecil berukuran 7×6 meter bagi mereka yang tertarik dengan dunia buku, musik, hingga film. Bangunannya terselip di antara bangunan-bangunan kapitalis yang megah macam Jatos dan Toko Buku AA, dan kadang gerbang masuknya tertutupi oleh mobil-mobil yang parkir sembarangan. Perpustakaan ini terletak di Jalan Pramoedya Ananta Toer 142A. Jelas ini merupakan sebuah “jalan fiksi”, barangkali karena pemiliknya gemar betul pada karya-karya Pram, karena sebetulnya Batoe Api beralamat resmi di Jalan Raya Jatinangor No. 142 A.
Bagi mahasiswa rumpun humaniora, Batoe Api jelas bukanlah tempat yang asing. Perpustakaan yang berdiri sejak 1999 ini merupakan tempat di mana mereka dapat mencari bahan-bahan untuk penulisan tugas/skripsi, membaca buku-buku lawas yang langka dengan santai, hingga ber-fafifuwasweswos ria. Sebelum pandemi, Batoe Api sering mengadakan acara diskusi dan nobar film bersama dengan sastrawan dan sejarawan yang cukup terkenal, sebut saja Seno Gumira, Ayu Utami, hingga Harry Poeze.
Selain menyediakan berbagai koleksi buku, musik, sampai film dari yang lawas hingga kiwari, perpustakaan ini juga punya koleksi arsip-arsip sejarah seperti surat Goenawan Muhammad kepada H.B Jassin di tahun ‘66, misalnya, atau tulisan mantan Bupati Bandung 1920-an, R.A.A Wiranatakusumah, kliping berita, dan artikel-artikel lawas. Tak heran, tempat ini sempat ramai di Twitter beberapa bulan yang lalu sebagai hidden gem.
Yang unik, Bang Anton, sapaan pemilik perpustakaan ini, hafal betul letak-letak setiap buku yang berjumlah ribuan itu di luar kepalanya. Jika kamu kebingungan mencari buku yang pengin kamu baca, Bang Anton hanya perlu berjalan beberapa langkah dan sejurus kemudian mengambil buku tersebut dari rak seperti seorang ibu ketika menemukan barang yang sukar ditemukan anak-anaknya.
Saya pertama kali datang ke perpustakaan ini di tahun 2019, saat masih menjadi mahasiswa baru, saat-saat di mana dunia masih terasa dalam genggaman. Masuk Fakultas Sastra dengan tidak disengaja, mau tidak mau saya mesti banyak membaca untuk tugas atau sekadar bersenang-senang. Berbagai bacaan tersebut saya peroleh di perpustakaan ini. Koleksi bukunya sangat beragam dari mulai sastra, sejarah, filsafat, antropologi, agama, politik, dan lain-lain
Untuk meminjam buku di sini, pertama-tama kamu harus mendaftar dulu sebagai anggota sebesar 15 ribu. Setelah registrasi, kamu akan mendapatkan sebuah kartu hitam dengan logo Batoe Api beserta nomor anggotanya. Saya sendiri merupakan anggota ke 13.852. FYI, per Mei 2021 kemarin, jumlah anggotanya sudah mencapai 15 ribuan. Lalu, kamu hanya perlu mengeluarkan 3000 rupiah per buku untuk durasi peminjaman satu minggu.
Jika Hipotesa ditahbiskan sebagai warung makan legendaris di Jatinangor, maka Batoe Api bisa dibilang adalah warung pengetahuan legendaris di daerah ini. Dengan Hipotesa, perutmu akan kenyang, namun dengan Batoe Api, kamu akan terus lapar dengan pengetahuan. Karena di hadapan ribuan buku tersebut, kamu akan seperti Socrates: kamu tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa.
Sumber Gambar: Unsplash