Iya, udah telat. Seharusnya April lalu saya mengucapkan selamat pesta pernikahan perak untuk Inul Daratista dan Adam Suseno. Telat tentu nggak papa, ketimbang lupa. Selamat ya, Mbak Inul dan Mas Adam. Langgeng terus sampai Tuhan memanggil kelak.
Saya melihat pasangan Mbak Inul dan Mas Adam sebagai “pasangan abad ini”. Mas Adam, bisa jadi diri sendiri di depan Mbak Inul. Sementara itu, Mbak Inul nggak pernah merasa seperti diva di depan suaminya. Malah keduanya terlihat begitu bersahaja setelah 25 tahun menikah.
Akhir-akhir ini kita bisa melihat kekonyolan keduanya lewat aplikasi TikTok. Namun saya yakin, ketika tidak ada kamera yang merekam, keduanya ya tetap seperti itu. Tetap genuine untuk masing-masing pasangan. Tidak dibuat-buat. Keduanya bisa saling mengekspresikan diri depan pasangan tanpa rasa rikuh. Kalian panutan saya dan istri saya, lho Mbak Inul, Mas Adam.
Dewa 19, lewat “Satu Hati”, bilang begini: “Melati, maafkan aku lagi. Ternyata tak semudah di angan. Mencoba untuk bertahan, di sela pertengkaran yang terjadi. Mengapa satu rasa berlari mengejar segala perbedaan yang seharusnya tak ada di batas bening jiwa. Kita semestinya satu hati meraih cinta, jangan ada lagi perbedaan.”
Dulu, jauh sebelum menikahi istri saya, pernah mencoba jadi orang yang berbeda. Yang sok perhatian, yang justru bikin saya jadi orang posesif menyebalkan. Kami pacaran selama 9 tahun dengan 1 tahun masa hiatus alias putus. Ketika “hiatus” itu saya sadar bahwa tidak ada gunanya menjadi “orang lain” di depan orang tersayang. Menjadi diri sendiri seperti Mas Adam di depan Mbak Inul justru sikap terbaik.
Mengapa saya harus “mengejar perbedaan” dan susah payah menjadi yang terbaik? Padahal perbedaan justru harus ada sebagai bentuk ragam manusia. Dan di depan “yang terbaik” kita tak perlu lagi memoles diri. Menjadi orang lain, justru mencelakakan saya. Karena saya yakin, untuk semua pasangan, dengan memaksakan perubahan, rasa tidak nyaman akan muncul.
Mas Adam Suseno dan Mbak Inul Daratista mengajarkan bahwa menjadi konyol bersama adalah kebahagiaan paling hakiki. Karena artinya, perbedaan tidak lagi menjadi uneg-uneg tidak berguna, tetapi untuk dirayakan. Mas Adam jadi bayi, makan mie lalu ditumpahkan ke wajah, dan lain sebagainya di TikTok Mbak Inul jadi bentuk kerelaan membahagiakan pasangan.
Saya tahu, dulu, Mbak Inul sempat minta pisah karena tidak juga diberi karunia momongan setelah lama menikah. Namun, Mas Adam tidak menjadikan situasi itu sebagai masalah. Seperti wajarnya orang jawa: Kalau belum rezekinya, ya sudah tidak perlu dibikin ribet. Menerima kekurangan pasangan, kembali menjadi diri sendiri. Tidak perlu dibuat-buat.
Amy Brunell, profesor psikologi di Ohio State University, pernah bilang begini: “Jika Anda jujur pada diri sendiri, lebih mudah untuk bertindak membangun keintiman dalam hubungan, dan itu akan membuat hubungan Anda lebih memuaskan.”
Usia pernikahan saya dan istri baru seumur jagung. Satu tahun saja belum ada. Namun, pada titik tertentu, kami pacaran dalam waktu yang panjang. Sebuah waktu yang bagi kami cukup untuk saling memahami dan menerima situasi. Jadi, ketika sekarang sudah menikah, apalagi harus menjalani long distance marriage karena virus corona, kami bisa menjalaninya dengan tenang. Karena pada dasarnya, kami nrimo ing pandum, santai menjalani hidup bersama.
Saya bersyukur, dulu pernah putus. Karena dengan begitu, saya belajar menjadi diri sendiri, yang tidak perlu bersusah payah mengubah sifat pasangan. Wis opo anane, wis berkah saking Gusti Allah, disyukuri lan dilakoni kanthi ikhlas.
Dengan menjadi diri sendiri seperti Mbak Inul Daratista dan Mas Adam Suseno, artinya membuka diri sendiri untuk dicintai secara tulus. Tidak perlu memoles, menyiksa diri dengan mengubah sesuatu. Tidak perlu ada kepura-puraan. Mungkin, inilah yang membuat pernikahan Mbak Inul dan Mas Adam bisa mencapai usia 25 tahun dan hampir tidak ada isu-isu negatif di luar sana.
Terima kasih Mbak Inul dan Mas Adam. Untuk sekali lagi mengingatkan saya bahwa menjadi diri artinya mencintai pasangan apa adanya. Untuk menjadi genuine, tidak ada kepura-puraan. Ya seperti kata kasih yang terkadang tidak menuntut perubahan, tetapi keikhlasan.
BACA JUGA Bundesliga Menjadi Tamparan Keras Untuk Jokowi dan Para Pembantunya dan tulisan Yamadipati Seno lainnya. Follow Twitter Yamadipati Seno.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.