Jurusan atau bahasa bekennya program studi adalah satu hal yang sering ditanyakan setelah, “kuliah di mana?” Makhluk inilah juga yang sering membuat kelas dua belas galau tujuh hari tujuh malam saat mau milih program studi. Bukan apa-apa, kegalauan tersebut memang hal yang pantas buat direnungkan karena selain menentukan perjalanan hidup 4 tahun ke depan, jurusan juga 70% agaknya menentukan: mau-jadi-apa-kalian-nanti-?
Masalah tersebut pun menjadi kompleks sebab selain ada banyak pilihan program studi yang bikin makin bingung, juga banyak prodi-prodi yang tidak jelas atau diragukan prospeknya. Belum lagi ditambah mempertimbangkan pilihan orang tua yang selalu ingin anaknya kuliah di Kedokteran atau Hukum jika ayah ibunya keluarga dokter atau hakim. Tentu sang anak seperti sudah ditakdirkan jalan hidupnya untuk meneruskan tradisi keluarga.
Ada pula yang ingin anaknya jadi PNS dengan menyarankan si anak masuk sekolah kedinasan atau militer. Enak, sih, banyak keuntungannya. Tapi, saingannya banyak. Mana ada barang enak nggak butuh pengorbanan? Selain menyesuaikan prospek dan keinginan orang tua, biaya, sebaran pesaing juga menjadi perhatian calon-calon mahasiswa baru ini.
Oke, cukup deh, basa-basinya. Lantaran, saya mengambil jurusan Statistika di kampus, maka saya akan sedikit lebih banyak menjelaskan rasanya kuliah di jurusan yang katanya nggilani ini. Pada intinya, jurusan Statistika (biasanya berada di level S1/D4 tapi ada pula D3) adalah jurusan yang umumnya di bawah fakultas MIPA. Keilmuan Statistika pada dasarnya adalah anakan matematika yang terkonsentrasi pada data (khususnya data statistik).
Ada beberapa hal yang melekat pada anak jurusan Statistika, di antaranya:
Satu: Jago Menghitung Tanpa Kalkulator
Itu, HOAKS.
Sering menjadi kesalahan persepsi masyarakat awam bahwa anak yang pandai matematika juga pandai berhitung, begitu pula sebaliknya. Kesalahan tersebut mungkin terjadi ketika kurikulum matematika kita dipenuhi dengan hitungan yang mana jika hitungannya salah maka salah, dengan kata lain tidak mengedepankan proses. Matematika sejatinya adalah proses merumuskan dan menyelesaikan sebuah masalah menjadi lebih efektif dan efisien.
Statistika sebagai ilmu yang berdasarkan matematika sudah pasti turut mendapatkan kesalahan persepsi, “Anak statistik kalo ngitung nggak usah pakai kalkulator sudah ketemu jawabannya.” Ya, mungkin adakalanya pernyataan tersebut benar untuk hitungan-hitungan lazim sederhana karena dari SD kita semua sudah diajarkan berhitung. Namun dalam statistika, angka yang digunakan (berupa data) mulai dari variabel, konstanta, parameter, maupun statistik yang dihasilkan biasanya berupa desimal dan harus menuliskannya sampai 4 digit di belakang koma. Untuk data-data ekonomi tak jarang pula angkanya mencapai jutaan.
Lalu, apakah kami menggunakan oret-oretan untuk menghitung itu semua? Tidak, untuk level pembelajaran tatap muka dan ujian kami menggunakan kalkulator scientific (umum, yang biasa dipakai anak-anak MIPA, yang warnanya putih tombolnya banyak gaess). Sedangkan untuk mata kuliah tertentu misalnya terlalu rumit memakai kalkulator, maka kami diperbolehkan memakai Excel atau software–software statistik seperti R dan SPSS. Untuk skripsi dan penelitian lainnya juga biasanya disarankan menggunakan software tertentu.
Dua: Jenius Luar Biasa, Hafal Rumus-Rumus Tak Lazim
Ini, HOAKS.
Menurut Sensus Mojok.co (koreksi dari anak statistik : Survei Mojok.co), Statistika berada pada peringkat pertama sebagai mata kuliah tersulit yang katanya membuat IP bobrok, diikuti oleh kalkulus. Walaupun begitu, kuliah di jurusan Statistik bukanlah sesuatu yang wah-wah amat, susah-susah amat, atau repot-repot amat. Mungkin yang ditakutkan calon-calon mahasiswa baru jurusan Statistika adalah ketika mereka lemah dalam hitungan. Hal ini tentu tidak perlu dikhawatirkan karena ada alat bernama kalkulator. Selain itu soal rumus yang njlimet, iya adakalanya memang kita sampai murojaah rumus semalaman. Namun, ada pula mata kuliah yang memberikan cheatsheet dan ujian openbook.
“Iya lah, wis mumet mikiri uripku dewek koh dikongkon mikiri makhluk sing arane kolmogorov smirnov, lehmann schefe, horvitz thomson nganti shapiro wilk.”
Tiga: Susah Kuliahnya, Mata Kuliahnya Hitungan Semua
Ini juga HOAKS.
Memang benar, jika pada jurusan lain mata kuliah statistika yang hanya paling banyak 6 SKS, di jurusan ini akan dikupas tuntas sampai saat skripsi nanti. Ya, kalau dihitung-hitung 50% SKS-nya adalah statistika dan matematika, sisanya mata kuliah pendukung seperti pemrograman statistik dan sosial demografi ekonomi. Jadi stereotip mata kuliahnya hitungan semua jelas salah ya, masih ada mata kuliah hiburan kok seperti Bahasa Indonesia, PKN, Bahasa Inggris, Ekonomi, Sosiologi, Kependudukan, dan tentunya Algoritma Pemrograman dan Komputasi Statistik. Namun, kabar buruknya, mata kuliah statistika dan matematika biasanya tetap mendapat porsi lebih banyak yakni 3 SKS per mata kuliahnya, plus menjadi mata kuliah inti.
Empat: Bisa Semua Bidang Ilmu Baik Saintek maupun Soshum
Lagi-lagi ini HOAKS.
Statistika itu alat untuk mempermudah penelitian. Sebuah alat yang bisa untuk menyimpulkan karakteristik sebuah populasi tanpa harus melihat keseluruhan subjek penelitian. Cukup dengan sedikit sampel saja. Statistika juga bisa untuk memprediksi kejadian masa depan. Maka dari itu, apakah orang statistik harus menguasai berbagai model permasalahan baik sains teknologi maupun sosial humaniora?
Dalam penerapan soal-soal uji hipotesis atau statistika lainnya, kita sering dicontohkan berbagai permasalahan dari perekonomian toko kelontong “Sumber Rejeki” sampai masalah statistik tipografi pada halaman depan Terminal Mojok. Namun, semua itu hanyalah contoh penerapannya dan kita hanya diharuskan minimal paham permasalahannya.
Secara umum, statistik masuk ke dalam FMIPA. Maka pastilah lebih akan dikonsentrasikan pada permasalahan-permasalahan sains. Namun, jurusan Statistika tentu punya kekuatan masing-masing setiap universitas tergantung kebijakan universitasnya yang akan mengarahkan ke mana.
Di STIS sendiri, terkonsentrasi pada official statistics (statistik resmi) yang menyangkut data-data statistik potret penduduk Indonesia baik ekonomi, sosial kependudukan, maupun pertanian. Sebagian besar jurusan Statistika juga mungkin berkonsentrasi pada permasalahan sosial dan ekonomi. Pasalnya, data yang banyak tersedia saat ini dan mudah dalam mendapatkannya adalah data sosial ekonomi, khususnya data BPS. Lain halnya dengan Statistika IPB yang mungkin lebih terkonsentrasi ke pertanian dan Statistika ITS yang lebih terkonsentrasi ke teknologi.
Lima: Kalau Lulus Jadi Tukang Sensus
Hadeeeh, ini HOAKS juga.
Tenang saja, ini sebenarnya merupakan sebuah jokes dari masyarakat awam. Bagaimana mungkin lulusan S1 Statistika yang titelnya sarjana, pas lulus hanya jadi tukang sensus saja? Yang saya tahu dari pekerjaan tukang sensus (atau tukang survei) ini adalah petugas mitra yang direkrut BPS (atau perusahaan statistik swasta lain) untuk datang ke rumah responden dan mewawancarainya. Petugas ini biasanya musiman, direkrut ketika ada sensus atau survei-survei besar. Pendidikan minimum menjadi tukang sensus juga biasanya minimal SMA dan dipekerjakan hanya sebulan saja (paling lama). Yang belum isi sensus online bisa isi mandiri di sensus.bps.go.id
Prospek kerja lulusan dari jurusan Statistika tentunya adalah menjadi ahli statistik (statisticians) yang handal. Apa saja pekerjaannya? Menyusun perencanaan kuesioner, mengolah data, sampai menyajikan data menjadi bentuk yang bisa dibaca dan diinterpretasikan oleh orang awam.
Secara umum lulusan statistika ini bekerja di badan pemerintah (seperti BPS) dan perusahaan statistik swasta (seperti lembaga survei yang agaknya muncul musiman ketika mau Pemilu). Untuk lulusan STIS sendiri, jelas langsung melanjutkan ke badan pemerintah baik BPS maupun kementerian lain. Sedangkan, lulusan statistika PTN atau PTS ini biasanya diincar oleh perusahaan-perusahaan untuk menjadi data analis perusahaan, tetapi dapat pula bekerja di BPS jika penerimaan CPNS dibuka.
Jadi bagaimana? Mau gabung bersama kami di jurusan Statistika? Bersama membangun bangsa dengan data yang akurat. Ngomong-ngomong orang statistik punya moto hidup loh, “Statistik boleh salah tapi tidak boleh bohong” Tuh kan, bohongin angka saja nggak berani, apalagi bohongin kamu~
BACA JUGA Terpujilah Wahai Dosen dan Guru Penganut Prinsip Statistik atau tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.