Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Perjalanan Melawan Aerophobia, Ketakutan Luar Biasa untuk Naik Pesawat

Samya Miskad oleh Samya Miskad
19 September 2020
A A
Perjalanan Melawan Aerophobia, Ketakutan Luar Biasa untuk Naik Pesawat takut naik pesawat kecelakaan pesawat terminal mojok.co

Perjalanan Melawan Aerophobia, Ketakutan Luar Biasa untuk Naik Pesawat takut naik pesawat kecelakaan pesawat terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Saya tidak pernah percaya besi bisa terbang.” Kalimat pamungkas itu keluar dari mulutnya, bukan sedang bercanda tapi dia serius, nada suaranya mengandung sedikit amarah. Meski begitu, ucapannya disambut tawa membahana. Ia tak jadi meluapkan amarah, tapi ikut menertawai dirinya sendiri. Sebut saja namanya Pak Budi, atasan saya di kantor. Beliau seorang penderita aerophobia atau dikenal juga dengan nama aviophobia, semacam fobia atau ketakutan untuk naik pesawat terbang.

Oleh karena “penyakitnya” ini, beliau beberapa kali menolak tugas ke lapangan. Padahal tupoksi kerjaan kami jelas: ”jalan-jalan”. Kami berada dalam satu divisi yang sama, yaitu bagian Monitoring dan Evaluasi. Singkatnya, kerjaan kami ya ke lapangan, jika hanya duduk manis di belakang meja bukan pengawasan lagi namanya.

Saat itu, saya nekat menyodorkan tiket pesawat kepadanya meski sebenarnya tiket tersebut belum di-issued, hanya berupa dummy tiket. Tujuannya untuk meluluhkan hatinya. Selama ini beliau bergeming, tapi tanpa alasan jelas. Kini dengan tegas dia menyampaikan satu kalimat yang cukup membuat saya terenyak dan lemas.

Sepertinya saya harus kembali menemaninya ke lapangan menggunakan transportasi darat ke ujung timur Pulau Jawa ini. Perjalanan berjam-jam yang sejatinya bisa ditempuh hanya satu jam dari Jakarta. Membayangkan nasib saya yang akan kelelahan di jalan, tak seberapa dibandingkan betapa panjangnya lelah saya ke depannya jika beliau tak sembuh-sembuh.

Saat menertawai beliau, sebenarnya saya tengah menertawai diri sendiri. Dulu saya pernah berdiri di deretan penderita aerophobia. Mungkin terlalu biasa jika beberapa orang mengalami rasa cemas sebelum terbang. Namun, pada seseorang dengan aerophobia, rasa cemas ini merupakan permasalahan serius.

Memang fobia saya tak separah Pak Budi karena saya masih memberanikan diri naik pesawat (sebagai bawahan tentu saya tak punya banyak hak suara untuk menolak pekerjaan). Meski keberanian ini diikuti banyak drama sebelumnya. Saya bisa tidak tidur semalaman, gelisah, panic attack, atau tiba-tiba mengalami gangguan pencernaan. Langsung mual begitu masuk perut pesawat, mulut saya komat-kamit merapal doa sepanjang perjalanan, dan saya bisa bertahan tetap melek sepanjang perjalanan sejauh apa pun. Alhasil, saya akan mendarat dalam kondisi tungkai yang lemah seperti tak bertulang.

Bertahun-tahun saya memelihara ketakutan itu sampai tiba pada satu titik. Saya harus bisa sembuh. Pekerjaan bisa membunuh saya jika tidak juga pulih karena diharuskannya sering-sering memantau pekerjaan di lapangan yang hubungannya dengan pesawat lagi.

Saya pun mencari tahu sebanyak-banyaknya melalui internet, mengapa fobia ini bisa terjadi? Menurut Todd Farchione, Direktur Intensive Treatment Program for Panic Disorder and Specific Phobias di Boston University, fobia tersebut terjadi karena kurangnya kontrol yang dimiliki penderita ketika berada dalam pesawat. Ketika pintu pesawat tertutup, mereka merasa “terjebak” di dalamnya. Mereka tidak dapat keluar dari sana dan itulah yang membuat penderita ketakutan.

Baca Juga:

Hiburan Orang Boyolali Itu Sederhana, Cukup Menyaksikan Pesawat di Sekitaran Bandara Adi Soemarmo Tanpa Pernah Menaikinya

3 Maskapai LCC Paling Bagus di Indonesia Versi Penumpang

Secara naluri, manusia akan bergerak untuk menyelamatkan diri jika situasi buruk terjadi. Berbeda ketika berada dalam pesawat, kita hanya bisa pasrah dan tidak bisa kabur jika terjadi situasi buruk. Menggantungkan hidup pada dua orang, yaitu pilot dan kopilot, takut pada ketinggian dan kecelakaan, serta tidak memahami bagaimana proses penerbangan.

Kemudian sampailah pada suatu masa, ketika saya membaca status teman di Facebook yang mengunggah dirinya sedang berswafoto di depan pesawat. Statusnya kira-kira begini, “Pesawat amannya di darat, tapi dia diciptakan untuk terbang.” Sederhana, tapi cukup menohok. Saya harus menerima takdir mengapa pesawat itu diciptakan, saya harus bisa menaklukkan ketakutan saya bagaimanapun caranya.

Hadapi!

Berkali-kali saran itu berdengung di kepala saya. Saya pun paham, semakin menghindar, semakin ketakutan itu menyerang saya. Tapi, bagaimana caranya? Teori tak pernah seindah praktiknya. Saya masih saja menghadapi serangan panik begitu menginjakkan kaki di airport.

Hal pertama yang saya harus lakukan adalah saya harus mengenali “musuh” saya dengan baik. Tak kenal maka tak sayang. Tak ayal, saya mulai berburu referensi tentang pesawat. Saya layaknya penggila pesawat, apa pun literatur tentang pesawat, saya kumpulkan. Mulai dari buku tentang aerodinamika, cara kerja pesawat, hingga ke buku antologi cerita cabin crew saya lahap.

Pelan-pelan saya mulai merasa terbebas, simpul-simpul ketakutan itu terlerai sedikit demi sedikit. Yang paling menenangkan ketika menemukan salah satu forum diskusi di internet. Membernya adalah rombongan penakut seperti saya. Yang menarik dari forum ini adalah kehadiran salah seorang teknisi pesawat.

Bukannya memaparkan teori jelimet tentang “how to”, ia justru membagikan cara menghadapi ketakutan itu dengan santuy dan lucu. Orang inilah yang selalu melepas kita dengan dadah-dadahnya begitu pesawat mau lepas landas. Orang inilah yang memastikan pesawat sudah oke dan laik terbang dengan mengangkat kedua jempolnya pada pilot.

“Kalian pikir kami nggak becus sehingga pesawat yang kalian tumpangi akan jatuh terjerembap di Bumi? Coba buka flight radar di aplikasi kalian, betapa banyaknya pesawat hilir mudik tiap detiknya, dan semua baik-baik saja. Kalaupun ada yang jatuh, hampir dipastikan 90 persen karena human error, bukan karena pesawatnya,” katanya suatu kali. Seketika kami yang ada dalam forum merasa dimarahi.

Berapa kali kami mendengar perkataan seperti itu? Sering! Tapi menerimanya dari orang yang terlibat langsung sungguh menenangkan. Dia juga secara jenaka memberikan jampi-jampi sebelum terbang. Dan percayalah, itu cukup sakti, setidaknya bagi saya. Mantranya seperti ini kira-kira:

Sebelum kalian melangkah masuk pintu pesawat, tepuk-tepuk dinding pesawat, terus bisikin tapi dalam hati saja, “Hai burung besar, baik-baik yah di atas sana, jangan ngambek apalagi nakal, kasihan Om Pilot dan teknisi ganteng yang meloloskanmu di bawah sana.”

Percaya atau tidak, saya sering mempraktikkan itu. Efektif.

***

Yang menyenangkan setelah bisa menghadapi ketakutan itu ketika saya mulai merajut mimpi baru. Traveling. Ini jelas mimpi yang tak akan bisa mampir di kepala saya jika aerophobia masih ada. Saya tak akan bisa ke mana-mana, tak akan berani bermimpi menjelajahi dunia. 

Buku-buku dan literatur yang pernah saya kumpulkan kini telah saya hibahkan ke Pak Budi, sambil saya terus menyemangatinya seperti seorang psikolog kepada pasiennya. Betapa bahagianya, suatu ketika dia memanggil saya.

“Sam, besok kita berangkat yuk! Naik pesawat, jangan tanggung-tanggung. Langsung ke Papua!”

Keberanian beliau disambut tepukan riuh dari para stafnya. Dari sini saya menjadi saksi bagaimana seorang aerophobia berhasil menghadapi ketakutannya.

Seperti yang Farchione pernah katakan, “Tidak ada salahnya memiliki fobia terbang. Yang lebih penting adalah bagaimana Anda bereaksi pada situasi menakutkan tersebut dengan cara yang sehat.”

Yes, I did it.

BACA JUGA Nasihat Pernikahan: Istri Memang Orang Lain bagi Suaminya dan artikel Samsya Miskad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2020 oleh

Tags: pesawattraveling
Samya Miskad

Samya Miskad

Hanya perempuan biasa dari miliaran manusia di Bumi.

ArtikelTerkait

First Class Sebagai Citra Diri Orang Kaya

First Class Sebagai Citra Diri Orang Kaya

13 Februari 2020
Kebiasaan Penumpang Pesawat yang Menjengkelkan, Jangan Lakukan kalau Nggak Mau Dibenci Penumpang Lain Mojok.co

Kebiasaan Penumpang Pesawat yang Menjengkelkan, Jangan Lakukan kalau Nggak Mau Dibenci Penumpang Lain

22 November 2023
6 Hal yang Saya Rasakan Saat Naik Maskapai TransNusa Terminal Mojok

6 Hal yang Saya Rasakan Saat Naik Maskapai TransNusa

10 Maret 2023
Sebelum Bersedia untuk Tukar Kursi Kereta, Pastikan Dulu 3 Hal Ini terminal mojok.co

Sebelum Bersedia untuk Tukar Kursi Kereta, Pastikan Dulu 3 Hal Ini

29 September 2020
Kota Jayapura Nggak Seudik yang Kalian Kira, Jangan Ngadi-ngadi terminal mojok.co

Kota Jayapura Nggak Seudik yang Kalian Kira, Jangan Ngadi-ngadi

4 Februari 2021
Pergi ke Pantai Malam Hari Adalah Hal Bodoh yang Tidak Seharusnya Dilakukan mojok.co/terminal

Pergi ke Pantai Malam Hari Adalah Hal Bodoh yang Tidak Seharusnya Dilakukan

13 Maret 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.