Mengikuti perkembangan teknologi baru-baru memang membuat kita mengelus dada. Dalam kurun waktu setahun 2020 kemarin saja saya sudah menyaksikan banyak hape pintar kelas wahid (baca: flagship) yang diluncurkan oleh beberapa produsen hape pintar. Sayangnya, semua hape flagship itu tidak ada yang nyaman di kantong masyarakat kere-hore seperti saya ini. Saya hanya bisa menikmati hape-hape tersebut melalui review-review dari para YouTuber gadget.
Membeli barang flagship tentu tidak menjadi masalah, kalau Anda adalah seorang sultan, tetapi bagi masyarakat kere-hore yang setiap hendak membeli barang harus menabung dul. Tentu membeli barang flaghsip bukanlah pilihan yang terbaik. Ada beberapa alasan yang menarik untuk saya sampaikan mengapa membeli barang flagship itu merupakan tindakan yang sia-sia alias mubazir.
#1 Tidak value for money
Kebanyakan dari kita merupakan orang-orang memiliki sumber daya yang terbatas, sesuai dengan ilmu ekonomi, kita harus membeli barang yang memberikan kepuasan terbaik dengan sumber daya yang kita miliki. Kebanyakan hape flagship hanya menawarkan fitur-fitur yang kurang berguna bagi orang seperti saya ini.
Sedangkan fitur-fitur mendasar dari sebuah hape pintar sudah bisa diakomodasi oleh hape-hape midrange, dan bahkan entry level. Itu artinya tidak ada nilai lebih yang Anda beli dari sebuah hape flagship. Hal inilah yang menjadikan saya enggan untuk membeli fitur-fitur yang sebenarnya tidak begitu saya butuhkan. Alasannya jelas itu barang itu tidak value for money.
Jika kita teliti lebih jauh, kecepatan prosesor flagship dan non-flagship itu tidak jauh berbeda jika hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Antara processor Snapdragon 865 dan Helio G80 akan sama rasanya jika digunakan untuk membuka WhatsApp. Akan menjadi berbeda jika Anda punya gebetan atau pacar, sehingga membuka WhatsApp dengan hape Redmi 3S menjadi sangat istimewa.
Processor kelas tinggi memang menjanjikan clock speed yang tinggi dan pemrosesan data yang lebih cepat. Akan tetapi, jika hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang karyawan yang memiliki gaji UMR Jogja tentu sangat overkill. Hal itulah menjadikan hape flagship tidak lagi benilai alias tidak value for money. Performa processor yang tinggi tentu juga harus dibayar dengan konsumsi daya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak hape flagship yang baterainya cepat habis.
Menurut saya, daripada Anda harus mati-matian untuk mendapatkan hape yang memiliki processor cepat, lebih baik Anda membeli hape pintar yang memiliki kapasitas baterai yang besar. Pasalnya, kebanyakan dari kita memiliki mobilitas yang sangat padat. Jujur saja, jika dalam sehari kita harus nge-charge hape sebanyak dua atau tiga kali, itu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kebanyakan dari kita ingin hape yang di-charge sekali waktu tidur lalu bisa digunakan seharian tanpa ribet-ribet membawa charger.
Percayalah, hape semacam ini tidak akan pernah Anda temui di hape pintar yang diberi label flagship. Jangankan mengharap baterai kapasitas besar, charger saja tidak diberikan dalam paket pembelian. Semprul.
#2 Jebakan gaming
Jujur saja, Anda ingin membeli hape kelas tinggi untuk bermain game, kan? Hal ini tidak bisa dimungkiri karena memang satu-satunya aktivitas yang saat ini membutuhkan dukungan processor hape berkecepatan tinggi hanya aktivitas bermain game.
Saya sangat jarang melihat desainer 3D atau video editor menggunakan hape flagship untuk bekerja. Kebanyakan dari mereka pasti menggunakan personal komputer atau laptop untuk bekerja. Dengan demikian, sepertinya tidak salah jika saya katakan bahwa hape flagship hanya sebuah jebakan agar Anda menguras tabungan untuk bermain game.
Sebagai penikmat game sejak kecil, menurut saya bermain game hape itu kurang berfaedah. Saya bermain game untuk mencari hiburan agar otak bisa rileks setelah bekerja dan berpikir keras. Akan tetapi, kebanyakan game yang ada di Playstore dan kerap dimainkan oleh anak-anak sekarang justru membuat otak tegang. Deretan game yang laris di Playstore dan membutuhkan hape flagship agar bisa bermain dengan grafis terbaik seperti PUBG dan Mobile Legend merupakan game toxic yang sebaiknya berhenti untuk dimainkan. Pasalnya, game tersebut selain membuat otak tegang juga menguras emosi.
Kalau boleh jujur, daripada saya memainkan game toxic semacam itu lebih baik saya bermain Shopee Tanam. Jelas, ia menghasilkan koin yang bisa saya pakai untuk belanja kebutuhan di Shopee. Bermain Shopee Tanam tidak memerlukan peripheral yang bagus, bahkan hape-hape kelas entry level pun bisa memainkan Shopee Tanam dengan lancar. Lalu, masih yakin mau beli hape pintar flagship?
#3 Hape bukan barang investasi
Hape merupakan barang yang cepat usang, sehingga nilainya akan menurun drastis seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan teknologi dari waktu ke waktu sangat pesat, bahkan hampir tiap bulan produsen-produsen hape mengeluarkan model baru. Sehingga model-model lama menjadi usang dan nilainya turun.
Hape memang sudah menjadi kebutuhan primer di era sekarang, tetapi kita harus bijak dalam membeli. Sebelum membeli hape seharusnya benar-benar diperhatikan kegunaannya lalu dikalkulasikan dengan keadaan dompet. Membeli hape yang sekiranya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Tidak usah menabung mati-matian untuk membeli hape flagship hanya untuk pamer ke anak-anak tongkrongan bisa bermain PUBG dengan high frame rate. Percayalah hal itu sebuah kesia-siaan.
Seni dari sebuah rancangan teknologi itu tidak terletak pada banderol dan kecepatanya, tetapi bagaimana kita bisa merancang sebuah teknologi yang mampu menunjang produktivitas dengan biaya yang seminimal mungkin. Dengan demikian, ketika Anda hendak membeli sebuah produk teknologi, pertimbangan utama yang harus Anda tanyakan berulang-ulang adalah sejauh mana teknologi akan membantu produktivitasmu? Jika produk teknologi itu mampu menunjang produktivitasmu belilah. Namun, jika teknologi hanya digunakan untuk kebutuhan pamer dan bermain game, lebih baik tunda saja keinginanmu itu dan mulailah berinvestasi. Ingat, kamu bukan Rafathar yang masa depannya sudah cerah meskipun memborong iPhone 12 Pro sebanyak seratus biji. Sekian dari saya, salam teknologi!
BACA JUGAÂ Nggak Ganti Hape dengan Alasan Hemat Itu Konyol