Video klip berfungsi sebagai medium utama penyanyi untuk menyampaikan makna lagu kepada pendengar. Bak sepakbola tanpa fans, rasanya kurang lengkap apabila lagu tidak disertai dengan video klip. Lihat saja lagu-lagu laris di pasaran, pasti memiliki video klip dengan alur cerita masing-masing.
Hal itu tidak hanya berlaku pada lagu-lagu berlirik Indonesia dan Inggris, tapi berlaku juga bagi lagu berlirik jawa. Almarhum Didi Kempot selalu merilis lagu berbarengan dengan video klip, baik lagu yang hits maupun kurang dikenal masyarakat luas. Kebanyakan lagu hits di Indonesia adalah lagu bertema cinta, cinta yang ruwet itu seakan memiliki magnet tersendiri untuk dilagukan. Konteks cintanya pun kebanyakan serupa, yaitu cinta antara lelaki dan perempuan.
Jarang disadari oleh para penikmat lagu cinta bahwa terdapat sebuah disparitas peran antara lelaki dan perempuan dalam video klip lagu cinta berlirik Indonesia dan Jawa. Keduanya selalu saling beradu wacana dalam video klipnya. Setidaknya saya menemukan tiga perbedaan mencolok dalam video klip lagu cinta berlirik Indonesia dengan Jawa:
Perempuan sebagai korban vs Lelaki sebagai korban
Video klip lagu cinta berlirik Indonesia kebanyakan menempatkan aktris perempuan sebagai korban pada alur ceritanya. Lihatlah video klip lagu “Usai Di Sini” milik Raisa yang memperlihatkan kekecewaan wanita terhadap kekasih prianya. Ada juga video klip “Yang Terlewatkan-Sheila on 7” dan “Semua Tentang Kita-Peterpan” pun melakukan hal serupa dengan menempatkan perempuan yang menangis karena ditinggalkan oleh kekasih prianya. Video klip lagu cinta berlirik Indonesia sering menempatkan perempuan sebagai sosok lemah dalam hubungan sehingga wajar bila menjadi korban.
Seolah ingin membuat wacana tandingan atas persepsi bahwa perempuan selalu menjadi korban. Video klip lagu cinta berlirik Jawa menempatkan lelaki sebagai korban. Perempuan pada video klip lagu cinta berlirik Jawa digambarkan sebagai sosok yang pandai menyakiti perasaan lelaki. Tengok video klip musisi macam Deny Caknan, Guyon Waton, hingga penyanyi lawas macam almarhum Manthous dan Didi Kempot. Hampir semua video klip lagu cinta mereka menempatkan lelaki sebagai korban dari kekasih wanitanya. Sayangnya, penyanyi semacam lagu cinta berlirik Jawa perempuan seperti Nella Kharisma dan Via Vallen, video klipnya tidak berisi alur cerita sehingga susah untuk ditebak penempatan peran perempuan dan lelaki.
Perempuan selingkuh vs Lelaki selingkuh
Pada lagu cinta berlirik Indonesia menggambarkan lelaki sebagai sosok yang gemar berselingkuh dengan perempuan lain. Coba deh liat video klip lagu #terlanjurmencinta yang sedang trending di YouTube berkat kelihaian buzzer label. Ketiga video klipnya memiliki alur cerita serupa yang mana hubungan sepasang kekasih rusak akibat lelaki tergoda selingkuh dengan perempuan lain. Orang ke-3 selalu dihadirkan sebagai wanita lain, bukan pria lain.
Berbanding terbalik dengan video klip lagu cinta berlirik Jawa yang menempatkan perempuan sebagai sosok gemar selingkuh. Pada lagu “Los Dol” dari Deny Caknan penggambaran perempuan selingkuh dengan mantan digambarkan secara sempurna lewat video klip. Tagar #bojomusemangatku berhasil menggulirkan wacana tandingan atas video klip lagu #terlanjurmencinta. Deny Caknan seolah memberi peringatan kepada kita semua berupa “hati-hati, perempuan juga bisa berselingkuh”. Hal serupa juga terdapat pada video klip Guyon Waton, NDX AKA, dan Ndarboy Genk. Jadi siapa nih yang memiliki peluang lebih besar untuk selingkuh, lelaki atau perempuan.
Penampilan lelaki dan perempuan dalam video klip
Video klip lagu berlirik Indonesia menggambarkan semua tokoh lelaki dan perempuan sebagai kalangan menengah ke atas. Meski perempuan ditempatkan sebagai korban, ia tetap ditampilkan sebagai sosok yang anggun dan berkecukupan. Hampir semua video klip lagu berlirik Indonesia penampilan lelaki dan perempuan selalu rapi, bersih, ganteng, cantik, dan berkecukupan secara materi. Dampaknya, kadang tidak bisa relate dengan kisah cinta yang terbentur kasta sosial maupun fisik.
Video klip lagu cinta berlirik Jawa justru suka mengambil topik tentang cinta yang terbentur kasta sosial maupun fisik. Jangan heran bila lelaki yang ditasbihkan sebagai korban PHP, selingkuh, dll dari sosok perempuan selalu ditampilkan dengan wajah pas-pasan, dan bersahabat dengan kemiskinan. Khusus perempuan tetap ditampilkan sebagai sosok anggun dan berkecukupan secara materi seperti halnya video klip berlirik Indonesia.
Cerita video klip lagu berlirik Indonesia dan Jawa sama-sama digandrungi oleh kalangan anak muda. Melihat perbedaan penggambaran peran lelaki dan perempuan dalam video klip menimbulkan kecenderungan laki-laki ambyar lebih suka mendengarkan lagu cinta berlirik Jawa karena kemungkinan besar sesuai dengan kenyataan kisahnya, sedangkan perempuan galau justru suka mendengar lagu cinta berlirik Indonesia karena memiliki peluang besar sesuai dengan kenyataan kisahnya. Semoga saja, tulisan ini menggelitik para peneliti untuk bisa mencari data pasti perihal laki-laki dan perempuan ambyar banyak mendengarkan lagu cinta berlirik Indonesia atau Jawa.
BACA JUGA Gimana sih Rasanya Kuliah dan Lulus dari Jurusan yang Katanya “Madesu”? dan tulisan Rofi’i Zuhdi Kurniawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.