Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Perbedaan Cara Menyajikan Teh Antara Orang Sunda dan Orang Jawa

Akbar Malik Adi Nugraha oleh Akbar Malik Adi Nugraha
18 Juni 2021
A A
Perbedaan Cara Menyajikan Teh Antara Orang Sunda dan Orang Jawa terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Selama 20 tahun hidup di tanah Sunda, khususnya di Bandung, saya sebenarnya tidak terlalu suka teh. Baik manis ataupun tawar, ataupun beragam teh lainnya, sesungguhnya saya tak terlalu suka. Pada masyarakat Sunda, orang biasa menyajikan teh sebagai hidangan untuk tamu. Biasanya, sih, disajikan dengan sedikit gula. Itu pun gulanya sangat sedikit, sehingga manisnya benar-benar sebagai pemanis. Dengan begitu, gula tidak mendominasi rasa teh, melainkan rasa tehnya yang jauh lebih terasa.

Walau menjadi salah satu minuman yang bisa dan biasa disajikan, hal tersebut tidak membuat orang Sunda mengutamakan menyajikan teh ketika ada tamu berkunjung. Teh sama derajatnya dengan kopi, air tawar, atau minuman lain yang rasanya lebih kuat seperti air jeruk atau air soda.

Kalau orang rumah tidak ada pilihan lain selain teh, biasanya orang Sunda akan bertanya lebih dahulu kepada tamu, “Tehnya mau pakai gula atau tidak?”, untuk memastikan tamu lebih suka teh manis atau tawar. Biasanya, kan, tamu suka sok-sokan menolak, “Ah, tidak usah, tidak perlu repot-repot.” Tapi ketika sedikit dipaksa, “Tidak apa-apa, teh manis atau teh tawar?” Barulah mereka akan menjawab dengan mesem-mesem, “Teh manis saja kalau begitu, hehehe.”

Singkatnya, bagi orang Sunda, teh adalah menu minuman yang biasa saja, tidak diunggulkan atau diutamakan, dan terdapat pilihan ketika memesannya: manis atau tawar.

Kebiasaan memandang teh pada orang Sunda ternyata berbeda dengan orang Jawa. Hal tersebut saya sadari setelah merantau kuliah ke Semarang. Dalam pengamatan saya, orang Jawa secara umum pasti menyukai teh manis. Teh manis seolah-olah menjadi primadona minuman di segala bentuk acara.

Asumsi bahwa orang Jawa sudah pasti menyukai teh manis tak lahir dari ruang kosong, melainkan dari pengalaman secara nyata. Ketika saya berbicara orang Jawa, hal tersebut tentu bukan hanya merujuk pada orang Semarang sebagai kota yang saya singgahi, melainkan berlaku secara umum untuk orang Jepara, Magelang, Kendal, Yogyakarta, Pati, dan sebagainya.

Di daerah orang Jawa, ketika saya masuk ke warung atau kedai makanan, dan saya memesan teh, pastilah yang datang teh manis. Padahal saya hanya berkata “teh”, tanpa kata lanjutan “manis”. Kalau saya berkata es teh atau teh hangat, yang datang pun pasti teh manis. Sang pedagang pun tidak pernah bertanya terlebih dahulu, “Manis atau tawar?” Padahal, kan, saya bisa saja ingin memesan teh tawar hangat.

Kalau saya sedang ingin memesan teh tawar, saya sudah harus sigap dan berkata lengkap ketika memesan, “Minumnya teh tawar, Mas/Mbak.” Karena kalau saya hanya menyebut teh, alhasil yang datang pastilah teh manis. Hal itu semacam menjadi kemutlakan ketika kita memesan teh di daerah orang Jawa tinggal, bahwa memesan teh berarti sama dengan teh manis.

Baca Juga:

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Kesadaran bahwa orang Jawa menganggap teh manis sebagai menu yang istimewa tak berhenti di situ. Dalam banyak acara yang saya kunjungi, baik itu acara nonformal seperti mengunjungi rumah teman atau acara formal seperti pengajian, minuman yang dihidangkan pasti teh manis. Pasti. Mutlak. Tingkat keniscayaannya sudah mencapai seratus persen dalam benak saya.

Ketika mengunjungi beberapa teman, mereka biasanya menyediakan teh manis dalam jumlah yang banyak. Teh manis biasa disajikan langsung dengan tekonya. Sehingga kalau mau minum lagi, kita tinggal menuangkannya sendiri. Dari fenomena tersebut saya menangkap bahwa teh manis memiliki posisi yang tinggi dalam pandangan orang Jawa.

Di masjid-masjid pun, baik ketika ada pengajian ataupun tidak, teh manis selalu ada. Ketika ada pengajian, jamaah diberi teh manis. Gelas-gelas berisikan teh manis hangat disodorkan ke depan setiap jamaah. Kalaupun tidak ada kajian, teh manis tersedia di dispenser. Sehingga mahasiswa yang prasejahtera bisa me-refill teh manis ke dalam tumblernya.

Di tempat makan, rumah teman, hingga acara pengajian, teh manis selalu setia menemani. Sangat berbeda dengan ketika saya di Bandung, kalau mau pesan teh manis ya harus spesifik, es teh manis atau teh manis hangat. Kalau sedang berkunjung ke rumah teman ya pasti ditawari pilihan, mau teh manis atau teh tawar. Kalau ada pengajian rasanya tak pernah disuguhi secara langsung teh manis.

Perbedaan tersebut sebenarnya tentu sangat sederhana, hanya pandangan dan kebiasaan soal cara menyajikan teh. Tapi, dari hal sederhana itu sedikit menggambarkan betapa kayanya khazanah kuliner orang Indonesia. Jayalah terus teh manis di komunitas orang Jawa, dan tetap setialah orang Sunda pada pilihan manis atau tawar!

BACA JUGA Teh Prendjak, Kamu Jahat tapi Enak dan tulisan Akbar Malik Adi Nugraha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2021 oleh

Tags: Kuliner Terminalminum tehorang jawaorang sundateh
Akbar Malik Adi Nugraha

Akbar Malik Adi Nugraha

Mahasiswa Universitas Diponegoro

ArtikelTerkait

Soto kok Lauk Kerupuk, Lauk Tempe Lebih Manusiawi! terminal mojok

Soto kok Lauk Kerupuk, Lauk Tempe Lebih Manusiawi!

10 Agustus 2021
idul adha makna penjelasan lebaran haji lebaran kurban khotbah ceramah mojok.co

Makanan Sisa Lebaran yang Menghadirkan Dilema

2 Juni 2021
Sudahi Persoalan Skripsian di Coffee Shop, Saya Skripsian di Angkringan Juga Nggak Selesai-selesai terminal mojok

Sudahi Persoalan Skripsian di Coffee Shop, Saya Skripsian di Angkringan Juga Nggak Selesai-selesai

4 Juni 2021
Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Bingungnya Penutur Bahasa Jawa Memilih Panggilan

27 Desember 2020
Kaum Anti Makan Daging Kambing Wajib Melakukan Hal Ini agar Idul Adha Tetap Merasa Gembira terminal mojok

Kaum Anti Makan Daging Kambing Wajib Melakukan Hal Ini agar Idul Adha Tetap Merasa Gembira

18 Juli 2021
lingsir wengi ponggol setan hantu tuselak mojok

Kenapa Ada Ponggol Setan, tapi Nggak Ada Ponggol Syar’i?

1 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.