Perantau harus siap mengikuti aturan main tempat di mana mereka menetap. Selain mengikuti tradisi warga setempat, mereka juga harus siap menerima berbagai pertanyaan. Sebagai perantau dari Palembang, saya selalu siap dengan dua hal ini. Bahkan, saya sengaja membekali diri dengan banyak pengetahuan terkait Palembang.
Benar saja, ketika merantau, saya banyak menerima pertanyaan dan pernyataan terkait tempat asal. Untung saya sudah persiapan, jadi setidaknya nggak mempermalukan daerah asal lah ya. Nah, bagi kalian yang ingin merantau keluar Palembang bersiaplah menerima pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Daftar Isi
#1 Perantau dari Palembang akan ditanyai seputar pempek
Makanan khas Palembang yang satu ini memang sudah terkenal di berbagai daerah di Indonesia. Panganan berbahan dasar ikan ini sepertinya cocok di lidah orang Indonesia dari daerah manapun. Tidak heran banyak orang yang kemudian meminta oleh-oleh ketika saya pulang kampung. Saya tahu permintaan itu hanya basa-basi saja, tapi mereka tampak senang sekali kalau dibawakan.
Terkait panganan yang satu ini, orang-orang biasanya juga menanyakan cita rasa asli pempek dan tempat makan yang menjual pempek enak. Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu kalian harus punya pengalaman mengunjungi rumah makan-rumah makan di Palembang. Kalau belum punya, jangan lupa untuk mencari informasi dahulu di internet.
#2 Palembang kota atau kabupaten?
Saya juga kerap mendapat pertanyaan semacam ini. Mereka yang bertanya seperti ini berarti memiliki pengetahuan lebih luas terkait orang Palembang. Provinsi Sumatera Selatan itu luas, secara total terdiri atas 13 kabupaten dan 4 kota. Biasanya, orang-orang Sumatera Selatan akan menyebut dirinya dari Palembang supaya pembicaraan tidak rumit. Toh kalau dijelaskan kabupaten atau kota selain Palembang, orang-orang jarang ada yang ngerti.
Nah, ketika ada lawan bicara yang menanyakan lebih detail, barulah perantau dari Palembang menjelaskan asal kota atau kabupaten yang sebenarnya. Respon orang-orang setelah mendengar jawaban biasanya hanya ngangguk-ngangguk saja. Untung saja rumah saya tidak begitu jauh dari Jembatan Ampera, tempat ikonik dan bersejarah di Palembang. Hampir setiap orang yang ke Palembang sudah pasti ke tempat ini. Jadi, bagi saya, cukup mudah menjelaskan tempat tinggal ke orang-orang.
#3 Disapa wong kito galo
Sebenarnya ini bukan pertanyaan sih. “Wong kito galo” adalah sapaan dengan bahasa daerah, semacam “horas” kalau di Medan atau “ewako” di Makassar. “Wong kito galo” artinya orang kita semua. Saya juga tidak paham asal-usul kenapa sapaan ini bisa sangat terkenal, sehingga orang-orang akan mengucapkan sapaan ini ketika bertemu orang Palembang.
Uniknya, teman-teman saya yang mengatakan sapaan itu kerap kali meleset di pengucapan huruf “o”. Kebanyakan dari kawan saya berasal dari suku Jawa dan Sunda, sehingga pengucapan huruf “o” sedikit berbeda dari seharusnya. Biasanya kalau ada yang memulai menyapa dengan kalimat ini akan berakhir dengan saya mengajarkan pengucapan yang benar.
Di atas beberapa hal yang perlu kalian ketahui sebelum menjadi perantau dari Palembang. Ke mana pun kalian merantau, pertanyaan-pertanyaan itu akan membayangi, jadi jangan lupa mempersiapkan diri ya. Hitung-hitung sekalian memperkenalkan Palembang ke masyarakat luas.
Penulis: Aulia Syafitri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Basa-basi Bahasa Sunda, Panduan bagi Pendatang agar Tidak Dikira Sombong
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.